Rahasia Dibalik Pembuatan Foto Pada Jaman Kolonial

Rahasia Dibalik Pembuatan Foto Pada Jaman Kolonial
Tidak semua foto - foto menggambarkan kondisi yang sebenarnya, seperti pakaian adat dan atributnya, senjata, perlengkapan seni budaya dan hal lainnya.
FOTO
- foto yang dibuat jaman kolonial Belanda dahulu, selain untuk tujuan ilmiah juga dibuat untuk tujuan komersial.

Tidak semua foto - foto tersebut menggambarkan kondisi yang sebenarnya, seperti pakaian adat dan atributnya, senjata, perlengkapan seni budaya dan hal lainnya. Untuk itu, perlu kejelian dan pengetahuan yang mendalam agar tidak tersesat dalam memahami makna dibalik foto - foto tersebut.

Berikut pengakuan dari "Woodbury & Page", sebuah perusahaan tersohor yang bergerak dibidang fotografi di jaman kolonial Belanda, yang tertulis pada sebuah keterangan foto berjudul "Studio portrait of a group 'Papuan men from Netherlands New Guinea dressed as warriors' pada https://data.collectienederland.nl/page/aggregation/nationaal-museum-van-wereldculturen/TM-ALB-0356-91

"Potret empat orang pria berpose di sebuah studio foto". 

Fotografer Eropa memilih kain latar belakang netral. Ia juga memberikan benda-benda kepada para pria tersebut agar mereka terlihat berpakaian asli Papua. 

Namun jika dilihat lebih dekat ternyata atribut dan pakaiannya tidak sama: para lelaki yang berdiri berasal dari daerah sekitar Danau Sentani, celemeknya terbuat dari kulit kayu dan berasal dari daerah yang sama sekali berbeda: Bomberai, ratusan kilometer jauhnya sebelah barat Danau Sentani. 

Hiasan kepala laki-laki yang berdiri terbuat dari bulu kasuari berasal dari kawasan pegunungan di pedalaman dan hiasan bunga laki-laki yang berjongkok berasal dari kawasan Teluk Humboldt di utara. Jimat yang dikenakan para pria berasal dari pesisir Teluk Geelvink. 

Tujuan dari foto tersebut bukan untuk ilmiah, melainkan untuk komersial. Foto tersebut dijual kepada ilmuwan yang mempraktekkan antropologi dalam studinya di Eropa.

Kadang-kadang foto diambil atas perintah orang dengan memasangkan benda-benda yang dapat ditemukan di museum atau koleksi pribadi di Hindia Belanda.

Belakangan, orang-orang Eropa di wilayah jajahan membeli foto-foto semacam ini untuk menghiasi album foto mereka tentang Hindia Belanda. 

Foto ini juga telah diterbitkan dalam bentuk kartu pos berwarna dengan judul “Papoea” VolkstypenBij het fotograferen.

Oleh karena itu, judul foto tidak pernah memuat nama orang yang digambarkan. Ini hanyalah tentang orang-orang yang mereka wakili. Oleh karena itu, judul foto tersebut adalah : “Marind man”, “Papoea's in krijgskleding” of “Dajak vrouw”. Potret studio seperti itu sering kali memperlihatkan seseorang sedang bekerja. Foto-foto itu diberi judul seperti “Chinese slotenmaker”. 

Woodbury & Walter Woodbury dan James Page membuka studio foto mereka di Batavia, sekarang Jakarta, pada tahun 1857. Studio tersebut berdiri hingga tahun 1908. Mereka melakukan segalanya di bidang fotografi: menjual materi fotografi, mengambil foto berdasarkan pesanan, dan mengirim fotografer keluar dengan tujuan komersial untuk memotret Hindia Belanda. 

Dalam album foto masa itu, yang jumlahnya ratusan di Tropenmuseum, banyak ditemukan foto pemandangan alam, pemandangan kota, dan penduduk asli Indonesia dari studio foto ini. Dengan cara ini, foto-foto Woodbury & Page berkontribusi terhadap citra Hindia Belanda pada abad ke-19. Seperti yang terlihat pada foto keempat pria Papua diatas : sebuah gambaran yang mesti kita lihat dengan pandangan kritis. 

Foto ini diambil sekitar tahun 1880 di studio fotografer Inggris Woodbury dan Page di Batavia (sekarang Jakarta), di pulau Jawa, Indonesia. Laki-laki dalam foto tersebut adalah warga Papua, penduduk pulau New Guinea. Sungguh menakjubkan bahwa atribut yang mereka bawa berasal dari berbagai belahan utara New Guinea. Woodbury & Page (studio foto).

***Ditulis Oleh: Marjafri, pendiri dan ketua komunitas anak nagari.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »