Pohon pinus yang ikonik di Korea Selatan. Musim dingin di Korsel berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Februari, dan puncaknya pada bulan Januari. |
Angin dingin langsung menerpa wajah begitu keluar dari bandara international Incheon (ICN) Seoul pada hari Senin pagi tanggal 13 Januari 2025. Pagi itu suhu -2oC, berarti sudah mulai memasuki puncak musim dingin di Korsel. Bandara Incheon ini lokasinya diluar kota, tepatnya sekitar 50 km dari kota Seoul. Bandara yang mulai beroperasi tahun 2001 ini termasuk salah satu bandara termodern dan terbaik didunia dengan tingkat keamanan yang tinggi, letaknya berada dipulau tersendiri yang dihubungkan dengan jembatan ke daratan Korea. Hampir sama konsepnya dengan bandara Kansai International Airport di Jepang, sama-sama berada terpisah dilepas pantai, tetapi kalau bandara Kansai Jepang betul-betul murni bandara yang dibangun di lautan, bukan berada diatas pulau seperti bandara Incheon. Jumlah penumpang yang dilayani bandara Incheon tahun 2024 sekitar 60 juta orang, menjadikannya sebagai salah satu bandara tersibuk didunia.
Dari bandara Incheon menuju Seoul atau kota-kota lain di Korsel ada banyak sekali pilihan transportasi publik, bisa memakai subway (kereta bawah tanah), kereta cepat, bus, taxi biasa atau transportasi online (uber, k-ride).
Pemerintah Korsel sepertinya sangat peduli dengan transportasi publik, sehingga hampir semua propinsi dan kota-kota besar terhubung dalam jaringan transportasi umum yang sangat efektif dan efisien.
Dengan pertimbangan untuk praktis, dan juga karena baru pertama kali ke Korea, maka dari bandara ke hotel tempat menginap di kota Suwon memakai taksi online (uber). Memesan taksi memakai aplikasi uber sangat mudah di Korsel termasuk di bandara, selain uber juga disarankan untuk mendownload aplikasi taksi online lokal (k-ride), dan bisa di download dari Indonesia. Karena jaringan jumlah kendaraan taksi online k-ride jauh lebih banyak daripada uber, sehingga waktu tunggu taksi jauh lebih cepat memakai k-ride daripada uber.
Tarif taksi (konvensional atau online) di daerah metropolitan Seoul (mencakup Seoul, Incheon dan Suwon) cukup mahal, termasuk tarif toll nya yang juga tinggi, sehingga tarif taksi (uber) dari bandara sampai hotel di Suwon (termasuk biaya toll) mencapai W93.500,- (sekitar Rp1.028.500,- dengan konversi 1 Won = Rp11). Jarak dari bandara ke kota Suwon sekitar 70 Km yang ditempuh dalam waktu 1 jam 20 menit. Sedangkan kalau naik bus dengan rute langsung dari bandara Incheon ke Suwon hanya W11.000,- dan lebih hemat lagi kalau naik Seoul Metropolitan Subway hanya W6.000 dengan 2 kali ganti rute.
Salah satu yang menarik dari kawasan kota metropolitan Seoul adalah selama beberapa hari disana, terlihat lalu lintasnya lancar, walaupun pada beberapa tempat pada jam-jam tertentu kendaraan padat tapi relatif tidak ada kemacetan.
Menurut Kim Inho, direktur sebuah lembaga research and development di Suwon, ada beberapa poin penting kenapa lalu lintas di wilayah metropolitan Seoul yang mencakup Seoul, Incheon dan propinsi Gyeonggi (termasuk Suwon) relatif lancar, padahal jumlah populasi di wilayah metropolitan Seoul tsb adalah sekitar 26 juta jiwa (khusus kota Seoul 10 juta jiwa).
Diantaranya adalah : (1) Sistem Transportasi Umum yang Sangat Efisien, karena mempunyai Subway Seoul dengan 23 jalur yang menghubungkan kota dengan daerah sekitarnya, sehingga banyak orang lebih memilih menggunakan transportasi umum daripada mobil pribadi. Selain subway, juga di backup dengan Kereta Cepat Metropolitan Seoul, yaitu kereta yang hanya berhenti di stasiun tertentu. Berbeda dengan subway yang rel nya dibawah tanah, kereta cepat ini rel nya diatas tanah dan rel layang. Juga ada Bus yang terintegrasi dengan subway dan memiliki jalur khusus (bus lane), yang membuat perjalanan lebih cepat.
(2) Kebijakan Pengendalian Kendaraan, yaitu diterapkannya biaya parkir yang mahal di pusat kota, membuat orang enggan membawa mobil pribadi. Kemudian Pajak kendaraan tinggi, sehingga masyarakat enggan memiliki mobil sendiri dan memilih naik transportasi umum. Juga tarif tol dalam kota yang mahal untuk membatasi penggunaan mobil pribadi dalam kota.
(3) Infrastruktur Jalan yang Baik, dimana konstruksi jalan raya yang lebar dan banyak jalur mengurangi kepadatan lalu lintas. Selain itu juga sistem manajemen lalu lintas pintar yang sudah menggunakan teknologi AI dan sensor termasuk untuk mengatur lampu lalu lintas secara efisien.
(4) Budaya Bertransportasi yang Disiplin, dimana masyarakat metropolitan Seoul lebih terbiasa menggunakan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi, termasuk lebih menyukai naik bus, subway atau kereta cepat dibandingkan taksi, karena ongkos taksi yang jauh lebih mahal dibandingkan menggunakan transportasi umum masal. Kemudian pengemudi yang lebih tertib dalam berkendara, termasuk dalam mengikuti aturan lalu lintas dan penggunaan jalur khusus.
Dengan kondisi lalu lintas yang lancar, hampir semuanya bisa sampai di tujuan tepat waktu, termasuk perjalanan dari bandara Incheon ke hotel di Suwon dengan taksi Uber, ditempuh dalam waktu 1 jam 20 menit, sesuai dengan prediksi awal.
Sesampainya di hotel ternyata juga ada rombongan group wisatawan asal Indonesia yang menginap disana. Dari data terakhir memang jumlah wisatawan asal Indonesia yang berkunjung ke Korsel setiap tahunnya selalu meningkat, dan untuk tahun tahun 2024, jumlah wisatawan Indonesia tujuan Korsel jumlahnya sudah sama dengan jumlah wisatawan asal Korsel yang berkunjung ke Indonesia, yaitu sekitar 300.000 orang.
Padahal pada tahun-tahun sebelumnya selalu jumlah wisatawan asal Korsel jumlahnya lebih banyak yang berkunjung ke Indonesia, terutama Bali.
Tetapi jumlah itu peningkatannya sangat sedikit, dibandingkan peningkatan jumlah wisatawan asal Indonesia yang berkunjung ke Korsel setiap tahunnya, apalagi pemerintah Korsel secara periodik punya kebijakan memberikan kemudahan dalam bentuk pembebasan biaya untuk pengurusan group visa elektronik dengan persyaratan tertentu, guna menarik lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung ke Korea.
Hal ini tentu tidak terlepas dari demam budaya K-Pop yang melanda dunia, tidak terkecuali Indonesia. Budaya K-Pop ini meliputi lagu pop Korea, film drama serial, life style serta segala pernak pernik yang menyertainya. Kesuksesan budaya K-Pop tidak terlepas dari dukungan penuh pemerintah Korsel yang secara aktif mempromosikan budaya pop mereka keseluruh dunia sebagai bagian dari Korean Wave (gelombang Korea) atau Hallyu.
Kemudian pemerintah mendorong tumbuhnya industri hiburan dengan memberikan berbagai insentif untuk setiap investasi dibidang ini termasuk musik, drama Korea (televisi), dan film. Sekarang pemerintah Korsel sudah menikmati hasil dari kesuksesan Korean Wave, dengan begitu banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Korsel.
Data terakhir untuk tahun 2024 jumlah wisatawan asing yang datang ke Korsel sebanyak 18 juta orang, dengan negara asal terbanyak dari China dan Amerika Serikat.
Nami Island
Nami Island sebenarnya adalah sebuah pulau di tengah sungai. |
Winter Sonata dikenal karena ceritanya yang sangat menyentuh, dengan latar musim dingin yang indah, serta popularitasnya yang meluas hingga ke berbagai negara. Lokasi syuting drama serial televisi ini adalah di Nami Island.
Nami Island sebenarnya adalah sebuah pulau di tengah sungai (tepatnya delta) dan mulai menjadi salah satu tempat wisata populer di Korea Selatan setelah dijadikan lokasi syuting drama legendaris Winter Sonata yang meledak di banyak negara. Drama ini, menggunakan Nami Island sebagai latar beberapa adegan romantis, termasuk jalan berhiaskan deretan pohon pinus yang ikonik.
Setelah kesuksesan Winter Sonata, Nami Island langsung menarik perhatian wisatawan lokal maupun internasional, terutama penggemar drama Korea dari seluruh dunia. Dengan pemandangan yang indah. Nami Island kini menjadi simbol romansa dan sering dikunjungi sepanjang tahun, terutama saat musim gugur dan musim dingin.
Nami island ini sebelumnya tidak berpenghuni, memiliki bentuk yang cukup unik, yaitu mirip menyerupai bulan sabit, dengan panjang sekitar 4 km dan lebar kurang dari 1 km.
Hampir semua wisatawan yang datang ke Korsel selalu memasukkan Nami Island sebagai salah satu destinasi wajib, apalagi yang dulunya pernah menonton drama Korea Winter Sonata.
Untuk mencapai Nami Island ini sangat mudah, karena akses transportasi umum tersedia sangat baik. Kalau dari Suwon, ada berbagai pilihan, bisa langsung naik subway (sekitar 2 jam) ke stasiun Gapyeong (2 kali ganti jalur) dengan biaya yang ekonomis, atau naik kereta cepat rute Suwon langsung ke stasiun Gapyeong (sekitar 65 menit). Bagi yang pertama kali ke Nami Island lebih disarankan untuk naik kereta cepat, karena bisa melihat pemandangan indah sepanjang perjalanan, terutama pada musim dingin dapat menikmati keindahan lereng bukit yang diselimuti salju dan rumah-rumah penduduk yang atapnya juga dipenuhi salju putih bersih. Sampai di stasiun Gapyeong terlihat halaman stasiun ini dipenuhi salju, kecuali rel kereta yang selalu dibersihkan untuk menjamin keamanan perjalanan kereta. Stasiun ini adalah stasiun terdekat ke Nami Island. Dari stasiun ini bisa langsung jalan kaki menuju dermaga penyeberangan ferri ke Nami Island yang berjarak sekitar 2 Km, atau naik shuttle bus yang tersedia gratis, bisa juga naik taksi dengan biaya W6.000.
Keluar dari stasiun langsung disambut cuaca dingin -6oC pada hari Jum’at 17 Januari 2025, memang cuaca disini lebih dingin daripada di Suwon atau Seoul. Menurut Kim Inho, cuaca yang menyentuh minus 6 pada hari itu adalah termasuk paling dingin, dan menurutnya ini merupakan dampak anomali cuaca karena climate change yang Korsel juga kena dampaknya.
Untuk ke Nami Island sekitar 8 menit naik ferri dari dermaga, dengan membeli tiket (return/PP) seharga W16.000 per orang, harga tiket tsb termasuk untuk menikmati beberapa tempat permainan yang ada di Nami Island diantaranya ice sleeding yang tersedia pada musim dingin. Untuk yang suka tantangan ekstrem bisa menggunakan zip wire dari menara dermaga menuju Nami Island, dengan lama hanya 2 menit melayang diudara, harga tiketnya W38.000,-. tetapi selama musim dingin jam operasi zip wire sangat terbatas dengan mempertimbangkan keamanan. Kapal ferri yang dioperasikan cukup besar dengan kapasitas penumpangnya cukup banyak. Sewaktu diatas ferri berjumpa dengan beberapa group wisata dari Indonesia yang menginap di Seoul.
Di Nami Island selain banyak tempat-tempat yang indah dan ikonik, tersedia banyak sekali restoran dan coffee shop serta toko souvenir. Bahkan di Nami Island ini ada gedung Unicef Lounge yang dilengkapi dengan International Children’s Library. Disini juga tersedia beberapa paket wisata yang menawarkan napak tilas dari lokasi syuting Winter Sonata.
Yang cukup mengejutkan dan membuat “senang” adalah, ternyata di Nami Island tersedia musholla, dan tertera pada papan penunjuk arah di jalan utama. Musholla tersebut berupa satu ruangan yang bersih dan cukup besar, lengkap dengan sajadahnya serta tersedia juga tempat berwuduk. Berada dekat dengan Gedung Unicef Lounge dan satu gedung dengan sebuah restoran yang cukup besar.
Keberadaan musholla ini tentu karena cukup banyak pengunjung yang datang ke Nami Island beragama Islam, termasuk dari Indonesia. Dan sepertinya ini adalah untuk menghormati pengunjung dari Indonesia, karena pemakaian nama musholla (Bahasa Indonesia), bukan mosque, prayer room atau surau (bahasa melayu). Sehingga wisatawan yang beragama Islam tidak perlu khawatir berlama-lama di Nami Island, karena masih bisa menunaikan kewajiban sholatnya disini.
Dari kunjungan ke tempat wisata lain di Korsel, tidak satupun yang menyediakan Musholla seperti di Nami Island. Selain menemukan musholla, di dermaga Nami Island juga tersedia Halal Restaurant, sesuatu yang langka dan sulit ditemukan di Suwon atau Seoul. Waktu terindah di Nami Island adalah menikmati sunset dari tepi sungai sambil ditemani secangkir kopi panas.
Perpustakaan Starfields Suwon
Perpustakaan Starfields Suwon. |
Salah satu tempat yang patut dikunjungi selama di Korsel adalah Perpustakaan Starfields Suwon. Perpustakaan ini punya desain yang sangat mengesankan, masif, unik dan ikonik. Lokasinya berada dalam sebuah mall terbesar di kota Suwon, menjadikannya sebagai perpustakaan terbesar didunia yang berada di mall. Perpustakaan ini mulai dibuka pada 26 Januari 2024, dan menempati lantai 4 hingga 7 mal tersebut menerapkan model terbuka (void) sehingga menampilkan ketinggian yang mencengangkan, dengan ketinggian rak buku mencapai sekitar 22 meter, dengan jumlah buku yang tersedia lebih 50.000 eksemplar, disamping koleksi buku digital yang lebih banyak.
Perpustakaan terbesar di Starfields Suwon ini adalah tempat yang penuh dengan pesona dan mengundang kekaguman. Setibanya disana akan disambut oleh desain megah yang dirancang dengan arsitektur futuristik dan kaca-kaca besar yang memancarkan cahaya alami keseluruh ruangan.
Rak buku yang tinggi menjulang membuat takjub dan menciptakan suasana yang megah. Semua kategori buku (fiksi dan non-fiksi), serta jurnal ilmiah, tersusun dengan rapi dan mudah dijangkau. Ada area khusus untuk membaca yang nyaman. Perpustakaan ini juga dilengkapi dengan teknologi canggih. Beberapa robot pembantu siap memberikan rekomendasi buku, dan counter komputer interaktif memungkinkan pengunjung mencari buku dengan cepat, serta tersedia counter untuk pustaka digital yang terkoneksi secara online dengan jaringan internet berkecepatan tinggi. Di bagian tertentu, terdapat ruang pameran seni dan media yang menampilkan karya-karya kreatif dari berbagai negara.
Kemudian karena lokasinya adalah pada Gedung mall yang super besar, yaitu starfields suwon yang mempunyai tinggi 8 lantai diatas tanah dan 8 lantai dibawah tanah, maka mengunjungi perpustakaan ini menawarkan pengalaman yang luar biasa, mulai dari melihat berbagai kegiatan budaya hingga kesempatan untuk mempelajari topik-topik terbaru. Perpustakaan Starfields Suwon bukan hanya tempat untuk mencari pengetahuan, tapi juga ruang untuk bereksplorasi dan menginspirasi.
Starfields Suwon seperti lokasi-lokasi publik lainnya sangat mudah dijangkau dengan transportasi umum, tempatnya berdekatan dengan stasiun subway Hwaseo, yang hanya berjarak sekitar 3 menit berjalan kaki pada jalur pedestrian yang nyaman.
Di Suwon atau kota-kota lain di Korsel, masyarakatnya ramah dan helpful pada wisatawan asing, sehingga tidak usah takut tersesat karena bisa bertanya pada penduduk setempat. Untuk bertanya pada masyarakat setempat sangat membantu menggunakan aplikasi translator pada HP, jadi sebaiknya dipastikan bahwa paket data roaming internet internasional sudah dibuka sebelum berangkat dari tanah air, karena tidak semua masyarakat setempat bisa bahasa Inggris.
Selain ramah, dari beberapa hari di Korea terlihat bahwa mereka sangat mencintai produksi dalam negeri, hal ini terlihat dari kendaraan (mobil) di jalan raya, hampir semua yang terlihat (termasuk bus) adalah merk Korea, dengan didominasi oleh Hyundai dan KIA kemudian SsangYong, sangat jarang sekali ada merk lain selain mobil buatan Korea. Dan Sebagian dari mobil-mobil tersebut adalah mobil listrik (EV), termasuk transportasi umum (bus) yang hampir semuanya sudah bermesin listrik (EV). Juga dari gadget yang mereka pakai atau tenteng, sewaktu di subway, kereta atau bus, terlihat semua sibuk dengan perangkat merk Samsung.
Selain itu yang menarik juga adalah kecintaan masyarakatnya terhadap artis negeri sendiri, tidak ada terlihat satupun iklan di videotron yang banyak ditemui (dijalan utama, dalam subway, kereta, bus) diisi oleh artis barat (asing), semuanya adalah artis-artis Korea. Melihat situasi ini membuat senyum getir sendiri, karena kalau di Jakarta, Surabaya, Bandung atau kota besar lainnya di Indonesia, banyak videotron di jalan-jalan utama juga diisi oleh iklan-iklan dari artis-artis Korea, walaupun yang diiklankan itu adalah produk dan jasa buatan Indonesia.
***Penulis adalah Dr. Didi Aryadi, M.Si., Asisten II Setako Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »