Awak media juga disuguhkan penampilan totalitas para penari yang membawakan karya tari 'Asok dari Tungku.' Penampilan yang membuat decak kagum penonton. |
"Kami terus melakukan latihan. Menjelang pementasan, masih ada 8 kali latihan lagi," ungkap Ery Mefri didampingi Angga Mefri, produser/manager Nan Jombang Dance Company, saat jumpa pers dengan awak media, Sabtu, 20 Juli 2024.
Sebelum jumpa pers digelar, awak media diajak untuk melihat museum Ery Mefri yang menggambarkan perjalanan hidup Sang Maestro yang tertatih-tatih, jatuh bangun membangunan Nan Jombang Dance Company hingga sesukses hari ini.
Awak media juga disuguhkan penampilan totalitas para penari yang membawakan karya tari 'Asok dari Tungku.' Penampilan yang membuat decak kagum penonton.
Ery Mefri, melalui 'Asok dari Tungku' bersama Nan Jombang Dance Company, menghidupkan kembali nilai-nilai Minangkabau.
Ya, itulah yang tampak dari penampilan para penari tersebut.
'Asok dari Tungku' merupakan sebuah karya yang merupakan letupan dari Kecemasan akan pudarnya pengetahuan tradisional dan pandangan kritis terhadap situasi sosial di Minangkabau.
Karya ini menggali makna dalam dari "Tigo Tungku Sajarangan" yang menghubungkan manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Melalui silek dan dendang, Ery Mefri menyuarakan nilai-nilai kehidupan yang mendalam.
Melalui karya tari 'Asok dari Tungku', Ery Mefri mengambarkan hancurnya tatanan nilai di Minangkabau karena sifat "aden" orang Minang saat ini.
"Tatan moral ke Minangan tak lagi dijaga, anak-anak tak lagi menghormati orang tua. Itu bukan salah mereka, tapi karena kita tidak mengenalkan tatanan nilai itu kepada mereka," cakapnya.
Untuk kembali ke tatanan nilai Minangkabau yang terpelihara di Rumah Gadang, maka orang Minang harus kembali dengen ketelanjangan, harus menyingkirkan ego "aden".
"Akibat ego atau 'aden' tadi, kita saling bertengkar yang ditunjukan dengan peragaan silat dalam karya 'Asok dari Tungku' tadi. Akibatnya Rumah Gadang akan hancur, tatanan nilai kemingkabauan tak lagi dipakai," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Ery Mefri mengajak semua pihak untuk kembali membangun tatanan nilai keminangkabau an dengan meninggalkan ego "aden" tersebut.
"Ego "aden" itu hanya merusak. Aden hebat, aden kayo, aden bapitih, aden sultan, bisa membeli apa saja, termasuk kekuasaan politik. Ini yang menyebabkan runtuhnya tatanan nilai tersebut," jelas Sang Maestro Ery Mefri. (*)
Pewarta: Zamri Yahya
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »