Ir H Surya Tri Harto, MT, MBA, seorang profesional bisnis dan praktisi perminyakan, bakal ikut membaca puisi dalam acara "Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar". |
Menurut Surya Tri Harto (STH), puisi menjadi bentuk penyampaian alam pikir yang lebih bebas dan ekspresif, dibanding pantun misalnya yang diatur rima.
"Di era kemerdekaan, puisi menjadi penggalang kekuatan yang ampuh, dengan rangkaian kata dan cara penyampaian yang menyentuh sampai membakar," ujar STH, demikian nama alumni Fakultas Teknik Unand ini akrab disapa, Minggu (18/5/2024).
"Lagu-lagu pun merupakan rangkaian kata puitis yang disampaikan secara melodis," imbuh pria kelahiran Solok tahun 1966 ini, yang merupakan Direktur Human Capital & Corporate Servive di PT Pertamina International Shipping (PIS).
Katanya lagi, lepas dari zaman yang membentuk generasi yang semakin logis dalam berpikir, rangkaian kata puitis yang menstimulasi otak kanan tetap diperlukan untuk keseimbangan dalam membangun jiwa dan raga.
"Malah, jiwanya dulu yang dibangun. Baru raganya. Wallahualam," tukas STH yang merupakan seorang ninik mamak di kampungnya Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, dengan menyandang gelar Datuak Rangkayo Mulia Nan Di Apa.
Apakah generasi milenial dan gen z dapat mengikuti dan memahaminya? "Mestinya bisa dan harus bisa," tegas STH.
Ditambahnya, milenial dan gen z perlu hadir dalam pembacaan puisi Hamid Jabbar, untuk menyeimbangkan logika dan rasa.
"Bersama generasi x dan baby boomers yang mungkin akan bernostalgia dengan kehadiran imajer Sang Penyair. Ayo!," pungkas STH.
Pada acara "Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar", seorang penyair Indonesia dari Ranah Minang, selain Parade Baca Puisi, akan ada pula Orasi Budaya, Testimony Speech, dan Achievement Award untuk Hamid Jabbar atas dedikasinya di dalam berkesenian sampai ajal menjemputnya saat membaca puisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Mei 2004.
Prolog mengenai siapa dan bagaimana sepak terjang Hamid Jabbar semasa hidup akan disampaikan Dr Andria Catri Tamsin, dosen UNP yang juga seorang sastrawan dan penyair.
Kemudian Tausiyah & Doa akan diberikan oleh Buya H Mas'oed Abidin, ulama kharismatik Ranah Minang yang merupakan kakak dari almarhum Hamid Jabbar.
Keduanya akan ikut pula membaca puisi, dan beberapa lainnya dari kalangan sastrawan/penyair, pejabat, akademisi, profesional bisnis, guru dan siswa. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »