Mahyeldi Ansharullah, berbaur bersama ribuan warga saat gelaran tradisi Serak Gulo. |
Gubernur juga menyatakan kebanggaannya, karena tradisi Serak Gulo telah mendapatkan pengakuan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) dari Kemendikbudristek RI.
"Alhamdulillah, kita patut bersyukur, Kementerian Dikbudristek telah menetapkan 21 WBTbI di Sumbar, dan salah satunya adalah tradisi Serak Gulo, yang tetap eksis kita pertahankan hingga hari ini," ucap Gubernur saat membuka gelaran seremonial tersebut.
Gubernur menyebutkan, masih bertahannya perayaan tradisi serak gulo di Kota Padang, menjadi bukti atau simbol hadirnya kerukunan antar warga di Sumbar, terlepas dari apa pun latar belakang suku, ras, serta agama yang dianut. Oleh karena itu, ia berharap agar perayaan tradisi Serak Gulo terus dilaksanakan setiap tahun.
"Kita patut bangga pada perayaan tradisi Serak Gulo ini, terlebih sudah masuk dalam jajaran WBTbI dari Kemendikbudristek RI. Untuk itu mari kita sama-sama menjaga dan melestarikannya," ucapnya lagi.
Selain itu, Gubernur menginginkan perayaan tradisi Serak Gulo pada tahun 2024 dapat berlangsung lebih meriah lagi.
Bahkan bila perlu, agar dikemas selama satu pekan penuh, dan dikemas sebagai festival yang dipadukan dengan kesenian-kesenian khas India dan kesenian khas budaya lokal lainnya, sehingga dapat lebih menarik minat wisatawan.
"Kami sangat mengapresiasi semangat dan dedikasi dari semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyelenggarakan kegiatan tahunan Serak Gulo ini, yang berpotensi menjadi salah satu iven penting dalam kalender budaya kita," ucap Gubernur yang turut didampingi oleh Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Syaifullah.
Sementara itu, Ketua Persatuan Keluarga Muhammadan (PKM) Kota Padang, M. Fauzan mengatakan, tradisi Serak Gulo berawal dari tradisi di Kota Madras di India Selatan, yang dibawa oleh seorang wali bernama Sahud Hamid yang dikenal sebagai salah seoranh tokoh penyebar ajaran Islam.
"Beliau sering berbagi dalam bentuk gula, karena itu sampai saat ini tradisi berbagi gula dengan masyarakat terus kita lakukan dengan nama Serak Gulo. Kami sangat bersyukur, tradisi ini mendapat dukungan dari Pemprov Sumbar dan Pemko Padang, serta berbuah pengakuan Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Kemendikbudristek RI," ucap Fauzan. (adpsb/nov)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »