Mantan Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi tak terima Presiden Jokowi dinobatkan alumni UGM paling memalukan. |
Lutfi yang juga alumni UGM itu justru punya penilaian sebaliknya bahwa Jokowi adalah salah satu putra terbaik Indonesia. Juga salah satu presiden terbaik.
“Saya terus terang kecewa dengan komentar semacam itu. Saya merasa Pak Jokowi ini menjadi salah satu putra terbaik bangsa dan salah satu presiden terbaik yang pernah dimiliki Indonesia,” kata Lutfi dikutip dari Instagramnya, Senin (18/12/2023).
Ia menyebut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) UGM tak kapabel menobatkan Jokowi demikian. Menurutnya para pengurus BEM KM UGM sepuluh tahun terakhir masih duduk di bangku sekolah.
“Untuk adik di luar sana, 10 tahun lalu mungkin masih di Sekolah Menengah Pertama. Belum bisa membandingkan dengan presiden yang lalu,” ujarnya.
Sebagai orang yang pernah bekerja di bawah kepemimpinan Jokowi, ia menilai mantan Wali Kota Solo itu sosok luar biasa, salah satunya sangat mengerti statistik
“Sebagai orang yang lebih tua, beliau ini luar biasa. Bisa menjabarkan angka statistik dan bisa membuat strategi membuat bangsa Indonesia seperti sekarang ini,” jelasnya.
“Dia tuh ngerti banget angkanya. Jadi kita tuh tumbuh sekian tumbuh sekian. Dia mengerti statistik dan kemudian menjabarkannya itu menjadi strategi ya kan ya,” tambahnya.
Ia mengatakan, kemajuan Indonesia saat ini tak lepas dari Presiden dua periode itu. Dilihat dari infrastruktur, investasi, dan hirilisasi yang dilakukan.
“Beliau hirilisasnya luar biasa, angka investasinya luar biasa, infrastrukturnya luar biasa,” terangnya.
“Karena itu Indonesia sekarang mempunyai trajectory yang sangat baik untuk kelur dari middle income trap,” sambungnya.
Ia pun mengajak masyarakat menghargai Jokowi. Agar Indonesia bisa jadi negara maju dan bermartabat.
“Oleh karena itu mari kita menghargai beliau dan marilah kita menghargai perbedaan. Sopan, santun, arif, dan bijaksana adalah nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Mari kita majukan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bangsa yang bermartabat,” tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) diberikan gelar sebagai alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) paling memalukan.
Gelar ini diberikan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) UGM saat acara diskusi publik dan mimbar bebas di utara Bundaran UGM.
Hal tersebut terlihat dalam banner di mana foto Jokowi diedit sedemikian rupa dengan latar belakang istana dan Gedung UGM bertuliskan BEM KM UGM Presents Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan'. Di bawahnya tertulis 'Mr Joko Widodo' dan di pojok bawah terdapat tulisan '2014-2024?', '1980-1985'.
Ketua BEM KM UGM Gielbran Mohammad mengatakan pemberian nominasi ini merupakan wujud kekecewaan karena selama dua periode kepemimpinan Jokowi masih banyak permasalahan fundamental yang sampai sekarang belum terselesaikan.
Padahal, menurut Gielbran, Jokowi punya banyak waktu untuk menyelesaikan masalah itu.
"Mulai dari kasus korupsi, yang sekarang justru, pimpinan KPK yang notabene merupakan garda terdepan pemberantasan korupsi justru menjadi pelaku kriminal," kata Gielbran, Jumat (8/12/2023).
Ada beberapa indikator yang menurutnya membuat Jokowi mendapat gelar tersebut.
"Belum bicara soal kebebasan berpendapat. Revisi UU ITE sangat amat mempermudah para aktivis untuk dikriminalisasi, belum bicara soal konstitusi," sambungnya.
"Terbukti bersalahnya hakim konstitusi sidang MKMK itu menjadi gerbang awal menjadi bukti empiris bahwa pada kenyataannya memang MK tidak independen, erat kelindannya dengan kedekatan personal kekeluargaan antara Jokowi dan Anwar Usman dan itu sudah terbukti," katanya.
Gielbran menambahkan di akhir masa kepemimpinannya, Jokowi layaknya seorang raja Jawa.
"Demokrasi anjlok di hampir 10 tahun kepemimpinan beliau semestinya di waktu yang panjang tersebut beliau punya momentum dan punya waktu yang lebih banyak untuk meningkatkan indeks demokrasi kita, indeks demokrasi kita terus merosot," katanya.
"Jelas banyaknya korban yang diskriminasi, kemudian sekarang banyak sekali intimidasi dan represifitas. Kita menyebutnya tidak hanya semacam orde baru tapi orde paling baru karena bentuk represifitasnya dibentuk dikemas dalam bentuk yang lain tetapi kejamnya sama. Otoriternya sama tapi dibungkus layaknya seorang yang innocent yang tak berdosa," katanya.
Dia juga menyoroti soal dinasti politik yang saat ini sudah terpampang nyata. Baginya hal itu tidak mencerminkan nilai-nilai UGM.
"Beliau yang secara vulgar terpampang di depan mata kita, sehingga saya rasa tadi tidak ada momentum lain selain sekarang untuk menobatkan beliau sebagai alumnus UGM yang paling memalukan," tutupnya.
Sumber: fajar.co.id
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »