*Penulis adalah Aditya, mahasiswa prodi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (Unand) |
Dalam visual novel, pembaca atau pemain tak hanya dapat membaca narasinya saja, namun juga dapat menentukan pilihan yang akan diambil oleh karakter utama yang biasanya menjadi sudut pandang dari visual novel tersebut.
Pilihan-pilihan yang diambil oleh pemain tak jarang akan memengaruhi alur cerita dari visuasl novel tersebut kedepannya.
Salah satu visual novel yang cukup populer yaitu visual novel Doki Doki Literature Club (DDLC) yang diterbitkan oleh Team Salvato pada tahun 2017.
Tema yang diambil oleh visual novel ini adalah romansa, dan psikologi. Dalam visual novel ini juga menampilkan budaya dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang.
Salah satu konsep unik yang diterapkan oleh masyarakat Jepang, dan dimunculkan dalam visual novel ini adalah konsep uchi soto.
Konsep uchi soto adalah sistem sosial dimana masyarakat membedakan cara berperilaku mereka kepada orang yang termasuk kedalam bagian uchi atau dalam serta orang yang termsuk kedalam bagian soto atau luar.
Masyarakat Jepang selalu mengidentifikasikan diri sebagai anggota sebuah kelompok, kemudian mengidentifikasikan orang-orang disekitar mereka dalam kategori dalam (uchi) dan luar (soto) kelompok.
Sikap, gaya bicara, bahkan kosa kata yang digunakan akan berbeda bagi orang di dalam kelompok dengan orang luar (Abdurakhman, 2019:135).
Bagi orang Jepang identifikasi seperti ini dilakukan untuk menjaga nama baik kelompok dari hal-hal yang tidak patut yang akan mencoreng nama baik kelompok tersebut.
Sehingga dengan mereka menerapkan konsep uchi soto ini berharap agar yang tampak oleh orang lain dan masyarakat hanya hal-hal yang patut dilihat dan tidak akan membuat nama baik kelompok mereka tercoreng.
Dalam pola interaksi masyarakat terdapat perbedaan dalam perilaku dan sikap seseorang terhadap orang lain yang bukan anggota uchi-nya sehingga menciptakan dinding pembatas yang berakibat pada sulitnya seseorang bergaul dengan orang lain.
Orang Jepang jarang bersifat terbuka, mereka hanya terbuka pada anggota uchi-nya seperti anggota keluarga dan sahabatnya.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Nakane (1981: 3-4) yang intinya prinsip -prinsip struktur kelompok sosial Jepang jelas tergambar pada struktur rumah tangga.
Konsep lembaga rumah tangga (ie) yang bertahan pada identitas kelompok yang disebut sebagai konsep uchi.
Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan kelompok sosial di Jepang merupakan ciri struktur sosial masyarakat Jepang.
Dalam visual novel DDLC konsep uchi ditunjukkan lewat hubungan antara karakter utama dan karakter perempuan bernama Sayori yang merupakan teman masa kecil karakter utama.
Kedekatan hubungan mereka sebagai teman masa kecil ditunjukkan dalam narasi “Saat aku tiba di rumah Sayori, Aku mengetuk pintunya, sebelum akhirnya aku membuka pintu sendiri dan masuk. Lagi, karena kami begitu akrab dan sudah terbiasa satu sama lain, tidak heran aku bisa langsung masuk ke rumahnya seperti itu”, hal ini menunjukkan bahwa hubungaan mereka sudah sangat dekat, karena karakter utama tidak menunggu Sayori membukakan pintu untuknya dan langsung masuk ke dalam rumah Sayori.
Hal tersebut menunjukkan bahwa karakter utama menganggap Sayori sebagai anggota dari uchi-nya.
Namun, ketika mendekati akhir cerita pertama Sayori mengutarakan hal yang mengejutkan.
“Aku depresi berat sepanjang aku hidup, kamu tau itu? Emang apa yang bikin aku terus-terusan terlambat datang ke sekolah. Karena hamper setiap pagi, aku bahkan nggak tau apa alasanku untuk bangun dari tempat tidur. Apa alasannya aku bangun dan berbuat sesuatu, kalua aku tau, aku jelas ga ada gunanya? Kenapa berangkat sekolah? Kenapa makan? Kenapa berteman? Kenapa bikin orang lain habisin tenaganya Cuma buat peduli sama orang se-nggak berguna aku? Ya seperti itu rasanya. Dan itulah mengapa aku ingin membuat semua orang bahagia.”
Dalam narasi ini ditunjukkan bagaimana karakter Sayori menyembunyikan depresinya dan berusaha membuat orang bahagia.
Hal tersebut ialah penggambaran bagaimana karakter Sayori bersikap kepada anggota soto-nya yaitu anggota ekskul sastra.
Dalam visual novel tersebut terdapat narasi berikut “Emang apa alasannya aku ga cerita ke kamu? Karena kalau aku cerita ke kamu , kamu bakal sia-siain tenaga dan pikiranmu cuma buat aku, daripada lakuin hal-hal yang jauh lebih penting.”.
Pada narasi itu ditunjukkan bagaimana Sayori juga menutupi semua dari karakter utama yang adalah teman masa kecilnya.
Dapat disimpulkan bahwa Sayori masih menganggap karakter utama adalah anggota soto-nya.
Dalam kesehariannya saat di kegiatan ekskul, Sayori dikenal sebagai pribadi yang ceria dan membawa senyum di muka semua orang. Dan itu sangat bertentangan dengan apa yang dia rasakan.
Merasa tidak berguna, dan tidak ingin membuat siapapun khawatir kepadanya mengharuskannya untuk menutupi depresi yang di deritanya, agar dia tidak dianggap lemah dan dikhawatirkan oleh teman-temannya. Seperti itulah bagaimana cara Sayori bersikap kepada anggota soto-nya.
Dalam visual ini cukup tergambarkan bagaimana penerapan uchi soto dalam kehidupan sehari-hari karakter Sayori.
Dalam visual novel ini tergambar bagaimana cara Sayori bersikap ceria dan penuh semangat ketika sedang tidak berada di rumah.
Namun lain halnya ketika ia sedang berada di rumah, rasa depresi yang menghantuinya bahkan sampai membuatnya tidak ingin bangun dari tempat tidurnya.
Semua itu dia lakukan semata-mata tidak ingin membuat teman-temannya khawatir terhadap dirinya.
Aspek-aspek uchi soto memang sangat tergambarkan dari keseharian karakter Sayori dalam visual novel ini, meskipun tidak diberitahu secara gamblang tapi hal itu masih bisa kita amati dari narasi visual novel tersebut.
*Penulis Aditya, mahasiswa prodi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »