Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Capres PDIP Ganjar Pranowo dalam suatu kesempatan. |
Hal ini tak lepas dari keputusan kubu pendukung Ganjar Pranowo yang mulai mengkritik pemerintahan Joko Widodo, khususnya setelah keputusan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang maju di Pilpres 2024 sebagai calon wakil presiden dari Prabowo Subianto.
"Jangan dilupakan, pendukung Jokowi adalah sumber dari sebagian besar pendukung Ganjar. Ketika kubu Ganjar mengkritik Jokowi yang terjadi adalah pendukung Jokowi itu pergi dari Ganjar," kata Denny JA dikutip dalam keterangan video Ekspresi Data Denny JA yang dirilis Jumat (17/11/2023).
Denny JA mengibaratkan keputusan kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengkritik Jokowi ibarat pisau tajam yang digunakan untuk menusuk diri sendiri.
"Poros dari simpatisan Ganjar dan Mahfud begitu intens dan keras mengkritik soal dinasti politik, isu nepotisme pemerintah Jokowi, juga soal demokrasi yang mendung," kata Denny JA.
"Banyak yang mengira dengan mengkritik Jokowi keras sekali maka dukungan ke Gibran (Prabowo) akan merosot. Yang terjadi, dukungan pada Ganjar-Mahfud yang merosot, sementara dukungan pada Prabowo-Gibran justru naik," tambahnya.
Dalam survei LSI Denny JA pertengahan November 2023, elektabilitas Ganjar dan Mahfud merosot menjadi 28,6%, dari 35,3% pada bulan sebelumnya.
Denny menyebut hasil ini menjadi tingkat elektabilitas terendah yang dialami Ganjar.
"LSI Denny JA sudah melakukan survei setiap bulan sejak bulan Maret 2023. Tak pernah dukungan Ganjar sekecil ini, di bawah 30%, setelah sempat naik di angka di atas 35%," katanya.
Denny JA menambahkan, hasil survei tersebut selaras dengan survei beberapa lembaga lainnya, seperti Indikator Politik, Poltracking, Populi Center, hingga Indobarometer, yang menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu merosotnya dukungan Ganjar dan Mahfud.
Ia menilai isu yang dimainkan simpatisan Ganjar justru hanya menyentuh sebagian kelompok masyarakat.
"Isu mengenai demokrasi mendung atau dinasi politik, dalam kenyataannya ternyata hanyalah menyentuh hati sebagian kecil kalangan terpelajar, aktivis dan lain-lain, yang jumlahnya di bawah 500.000 pemilih saja, itu hanya sekitar 0,25% elektabilitas saja," kata Denny JA.
"Penting atau tidaknya sebuah isu adalah satu hal. Namun, apakah isu itu diyakini publik untuk menurunkan tingkat kepuasan pada Jokowi dan elektabilitas Gibran (Prabowo) menjadi hal yang berbeda," ungkapnya.
Sumber: BeritaSatu.com
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »