Prof. Indra Yuda, Ph.D: Seniman Sering Dijadikan Objek Penderita

BENTENGSUMBAR.COM - Pengamat Seni Pertunjukan, Prof. Indra Yuda, Ph.D.,  mengatakan akibat tidak adanya kompromi antara pemerintah sebagai penguasa dengan seniman dan karyanya, berakibat seniman selalu jadi objek penderita karena kebermanfaatannya ditentukan oleh "penguasa", akibat ego sentris tidak ditemuinya titiktemu yg saling menguntungkan.

Indra Yuda mengatakan hal tersebut pada Orasi Budayanya di Panggung Ekspresi Forum Perjuangan Seniman (FPS) Sumbar yang digelar di Pelataran Parkir Taman Budaya, Selasa malam (13/6) sebagai protes atas mangkraknya pembangunan Gedung Kebudayaan Sumbar.

Panggung Ekspresi Forum Perjuangan Seniman Sumbar ke VI ini, selain orasi juga menampilkan berbagai jenis kesenian lainnya, selain baca puisi, oleh Fauzul el Nurca, Syarifuddin Arifin,
 MIt Witra Cantik guru SD 02 Batusangkar. Ciloteh Kamal Guci dari Pariaman. 

Selain itu, tari-tarian oleh Galang Dance Company pimpinan Deslenda dan Sanggar Tari Umbuik Mudo Pimpinan Dewi Wisanti dari Pakandangan,  Pariaman.

Ada juga melukis spontan oleh pelukis Jon Wahid, Jon Hardi dari Bali dan Herisman Tojes. 

Diiringi oleh grup band KPJ Sakato dengan lagu-lagu populer oleh Yogi Astra KDI dan Dwi Nugraha  dari Jakarta. 

Panggung ekspresi ini terasa semakin bergairah oleh pembawa acara Viveri Yudi (Mak Kari) dan Stand Up Comedi oleh Afma Tampan dan  Awaluddin Anggang dari Payakumbuh.

Lebih jauh, Indra Yuda yang baru saja menggelar tarian massal pada pembukaan Penas XVI KTNA mengatakan demi terwujudnya pembangunan kemanusiaan seutuhnya dan sektor lain yg terkait, penguasa hendaknya kompromistis. 

"Penguasa jangan main menang sendiri," katanya.

Sebab sejauh ini seniman dan karyanya dan stake holder serta pemerintah sebagai penguasa sering tidak sejalan dalam menentukan kebijakan dan arah pertumbuhan kesenian. 

"Egoisme sektoral ke duanya, mengakibatkan seniman kehilangan ruang kreatif," pungkasnya.

Bahkan pesatnya pembangunan yang berdalih peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), maka ruang kreatif yang bersifat benefit dipaksa jadi ruang bisnis. 

"Ini terjadi karena tidak adanya kompromi yang saling menguntungkan," cakapnya. (if)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »