Dewi Sri Dalam Kepercayaan Masyarakat Indonesia

DEWI Sri adalah dewi padi dalam mitologi Jawa. Dia merupakan salah satu dewi yang sangat penting dan dihormati dalam tradisi pertanian di Jawa dan Indonesia. 

Dewi Sri sering dianggap sebagai simbol kesuburan, kemakmuran, dan kelimpahan hasil panen.Menurut legenda, Dewi Sri adalah putri dari Batara Guru, dewa tertinggi dalam agama Jawa. 

Dia dipercaya bertanggung jawab atas kelimpahan hasil pertanian dan keberhasilan panen.

Dewi Sri sering digambarkan sebagai seorang wanita cantik dengan wajah yang memancarkan kebaikan dan kesuburan. 

Dalam beberapa lukisan atau ukiran tradisional, dia sering digambarkan dengan tumpukan padi di kepalanya.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Jawa melakukan berbagai upacara dan persembahan kepada Dewi Sri untuk memohon berkahnya dalam pertanian.

Meskipun Dewi Sri merupakan dewi yang penting dalam tradisi pertanian Jawa, perannya juga meluas ke dalam aspek-aspek kehidupan lainnya. 

Dia sering dianggap sebagai pelindung keluarga, simbol keharmonisan, dan sumber keberuntungan. 

Kisah Dewi Sri menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa dan Indonesia. 

Meskipun zaman telah berubah, warisan dan penghormatan terhadap Dewi Sri masih dipelihara dan dihormati oleh banyak orang, terutama mereka yang bergantung pada pertanian dan sumber daya alam. 

Dalam kepercayaan rakyat Indonesia, Dewi Sri memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat terutama dalam bidang pertanian. 

Dewi Sri dianggap sebagai dewi kesuburan dan kemakmuran, yang dapat memberikan kelimpahan hasil panen dan keberhasilan dalam bercocok tanam. 

Dewi sri di indonesia dapat dihubungkan dengan mitos tentang asal  muasal tumbuhan terutama terhadap tumbuhan padi,mitos ini juga berkaitan erat dengan pemujaan kesuburan terutama pada masyarakat berbudaya agraris di seluruh dunia yang sudah lanjut usia. 

Kata sri berasal dari bahasa sangsakerta  sri yang artinya kesuburan (properity), kekayaan (welfare), keberuntungan (good fortune), kesehatan (wealth), keindahan (beauty), personifikasi (personification). 

Sri dalam bahasa sansakerta dipakai juga sebagai awalan dalam menyebut nama-nama orang terhomat atau suci seperti Sri Baginda, Sri Rama dan lain sebagainya. 

Mitos mengenai padi ini selalu dikaitakan dengan dewi sri  dan sudah sudah berkembang di berbagai daerah seperti daerah jawa,sunda dan bali.

Dewi Sri atau Dewi Laksmi dikenal sebagai istri dari Dewa Wisnu yang dipercaya sebagai Dewa pelindung bagi Trimurti agama hindu. 

Dalam khasanah ikonografi Dewi Sri digambarkan memegang sriphala (buah bilwa atau kawista) dewi sri ditemani dua perempuan yangmembawa chauri (alat pengebut lalat) dan empat gajah yang membawa ghata (kendi). 

Dewi sri atau Dewi Laksmi digambarkan memiliki dua,empat dan delapan tangan dengan memakai accesoriss sangkha (cangkang kerang) sedangkan jika bertangan empat dan delapan.

Dalam tradisi upacara adat di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa, Bali, dan beberapa daerah lainnya, Dewi Sri sering dihormati melalui berbagai ritual. 

Petani akan mengadakan upacara-upacara seperti Sedekah Bumi, Slametan, atau ritual lainnya untuk memohon berkah dan kesuburan dari Dewi Sri. 

Mereka akan memberikan persembahan berupa padi, buah-buahan, atau hasil pertanian lainnya sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada Dewi Sri.

Kisah Dewi Sri dalam kepercayaan rakyat Indonesia memberikan makna penting tentang hubungan manusia dengan alam dan pentingnya menjaga keberlangsungan alam serta keseimbangan dalam ekosistem pertanian.

Dewi Sri juga dianggap sebagai pelindung dan penyayang, yang memberikan kemakmuran kepada mereka yang menghormatinya dengan penuh rasa syukur. 

Ada beberapa daerah yang mempercayai tentang adanya dewi sri di antaranya sebagai berikut:

Dewi Sri di Jawa Tengah

Menurut kepercayaan masyarakat jawa tengah dewi sri dihubungkan dengan sri sedhana. 

Sedana berasal dari bahasa Sanskerta, Sādhana yang merupakan nama lain dari wisnu. 

Dalam Sri Sedana diceritakan Dewi Sri, istri Batara Wisnu mendapat tugas untuk mengajarkan kepada manusia cara bercocok tanam. 

Ia turun ke bumi menjadi putri raja Medang Kamulan dengan nama Sri juga dan mempunyai saudara laki-laki yang bernama sedana.

Dewi Sri di Madura

Masyarakat madura mempercayai bahwasanya padi dimulai dari Batara Guru menciptakan seorang perempuan yang cantik diberi nama Ratna Dumilah.

Kecantikan Ratna Dumilah menyebabkan Batara Guru jatuh cinta kepada ciptaannya sendiri dan ingin memperistrinya. 

Ratna Dumilah mengajukan tiga syarat, yaitu makanan yang tidak membosankan, pakaian yang tidak pernah rusak, dan gamelan yang dapat berbunyi sendiri. 

Batara Guru yang tidak bisa memenuhi syarat tersebut memaksa untuk menjamah Ratna Dumilah. 

Sebelum sempat dijamah, Ratna Dumilah meninggal. Tempat dikuburkannya Ratna Dumilah tumbuh kelapa,padi, enau, bambu, dan umbi-umbian.

Dewi Sri di Bali

Masyarakat bali mempercayai khususnya pemeluk agama hindu mempercayai bahwa dewi sri itu juga disebut sebagai Sri Sadhana atau Rambut Sadhana, Dewi Danu, atau Dewa Ayu Manik Galih.

Didalam ceritanya disebutkan bahwasanya Batara guru pemimpin para dewa akan mendirikan bangunan baru dikayangan. 

Ia meminta semua dewa ikut menyumbang bahan bangunan yang diperlukan.

Dewa Anta tidak dapat menyumbang bahan bangunan karena tidak dapat membawa bahan bangunan karena ia tidak punya tangan dan kaki. 

Dewa Anta menghadap ke Batara Narada sambil menangis, dan air matanya berubah menjadi telur.

Telur tersebut  diberikan kepada Batara Guru yang berubah menjadi bayi perempuan yang diberi nama Nyi Pohaci ( Nyi Sri Pohaci )

Dewi Sri di Kalimantan

Masyarakat kalimantan mempercayai bahwasanya tumbuh-tumbuhan khusus nya padi berasal dari kisah putri liung. 

Di Desa Tanah Lingo mengalami bencana kelaparan karena terjadinya kemarau yang panjang, masyarakat desa bermusyawarah dengan kepala desa yang bernama Datu Baru Taun, diketahui bahwa penyebab bencana adalah ulah manusia yang banyak melanggar aturan para leluhur. 

Dosa tersebut dapat diampuni jika mengurbankan seorang manusia. 

Anak Datu Baru Taun, Putri Liung, menyerahkan dirinya untuk dikurbankan.

Datu Baru Taun sedih karena yang akan dikurbankan adalah putri semata wayangnya, namun demi keselamatan desa akirnya dia melepaskannya.

*Ditulis Oleh: Hamni Aulia, Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »