BENTENGSUMBAR.COM - Tradisi balimau kerap dilakukan sebahagian masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) dalam menghadapi bulan puasa. Biasanya, sebahagian masyarakat Sumbar balimau di sungai-sungai, seperti di sepanjang aliran Lubuk Minturun, Kota Padang, dan berbagai daerah lainnya di Sumbar.
Antropolog dari Universitas Andalas (Unand) Sidarta Pujiraharjo, S.Sos, M.Hum menjelaskan, tradisi balimau oleh masyarakat Sumbar telah dilakukan bertahun-tahun lalu.
"Latar belakang dari balimau adalah membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadan. Sesuai dengan ajaran agama Islam, dengan menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa," ucapnya saat ditemui Harian Rakyat Sumbar, Rabu (22/3)
Balimau sendiri, menurut Sidarta Pujiraharjo merupakan kegiatan bersih-bersih diri pada zaman dahulu dengan menggunakan jeruk nipis pengganti sabun yang sifatnya melarutkan minyak atau keringat di badan dan dilakukan di kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian.
"Di Jawa sendiri kegiatan balimau ini dinamakan padusunan yang dilakukan oleh masyarkat Jawa Tengah, dengan cara berendam atau berendam di sumber air yang bertujuan mensucikan diri sebelum Ramadhan datang. Selain itu, di Taksikmalaya juga ada tradisi keramasan yang dilakukan menjelang masuknya bulan suci Ramadhan dengan mandi berjamaah di sepanjang aliran sungai," tambahnya.
Sidarta Pujiraharjo menekankan, budaya balimau sendiri tidak ada dalam ajaran Islam. Dalam agama Islam sendiri mengajarkan dalam menyambut bulan suci Ramadhan hendaklah mensucikan diri, jasmani dan rohani.
"Jadi, saya melihat balimau ini merupakan akulturasi kebudayaan Hindu dengan Islam. Budaya Hindu juga ada proses pensucian diri. Jadi kebiasan balimau merupakan hasil dari proses akulturasi dua kebudayaan ini telah berlangsung cukup lama. Artinya, terjadinya sinkretisme yang merupakan
mencampuradukkan berbagai unsur aliran atau paham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan," paparnya.
"Islam sendiri mengharuskan melakukan mensucikan diri jasmani dan rohani tersebut mengarah kepada membersihkan diri, dengan saling maaf bermaafan antara kerabat, keluarga, teman sejawat dan lingkungan masyarakat setempat," jelasnya.
Melihat tradisi balimau saat ini, Sidarta Pujiraharjo menilai telah terjadi pergeseran nilai yang dilakukan oleh generasi milenial.
"Saya melihat terjadi pergeseran nilai tradisi balimau pada saat ini. Yang jelas balimau yang awalnya bertujuan untuk membersihkan diri, tetapi pada saat ini di pemandian terjadi pencampuran pria dan wanita saat balimau, maksudnya balimau telah terjadi pergeseran nilai. Saya melihat balimau saat ini terjadinya proses interaksi bagi muda mudi di lokasi balimau. Apalagi tidak ada pembatasan pria dan wanita saat balimau," tutupnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »