KARYA sastra sebagai salah satu cabang seni lahir dari tradisi lisan ke tradisi tulisan. Perpindahan dari tradisi lisan ke tradisi tulisan bertujuan agar karya sastra tersebut dapat dibaca oleh generasi berikutnya. Demikian juga yang terjadi dengan karya sastra di negara Thailand.
Karya sastra pertama Thailand disebutkan di dalam alfabet Thailand dan dimulailah periode pertama sejarah sastra. Pada tahun 1952, menurut Pluang Na Nakhon, periode Sastra Thailand dikategorikan berdasarkan kepada catatan yang ada dalam Prasasti Raja Ram Khamhaeng, sebagai karya sastra Thailand pertama.
Dalam bukunya, ia memuat kutipan dari Goethe sebagai berikut: "Kemunduran sastra menunjukkan kemunduran suatu bangsa".
Karya sastra di negara “gajah putih” ini pada mulanya ditulis dengan menggunakan huruf Khemer, Sansekerta dan Bali. Hal ini karena pada waktu itu aksara Thai belum tercipta. Aksara Thai baru ada semasa kerajaan Sukhothai pada tahun 1257 yang terdapat pada batu prasasti mengenai Raja Ram Khamhaeng.
Prasasti Raja Ram Khamhaeng Aksara Thai
Berdasarkan pendapat Pluang Na Nakhon dalam bukunya History of Thai Literature (1952), periode karya sastra Thai dibagi ke dalam empat periode, yaitu:
1. Periode Sukhothai (1257-1377)
2. Periode Ayutthaya (1350-1767)
3. Periode Thonburi (1767-1782)
4. Periode Rattanakosin (1782-1925)
Pembagian periode karya sastra ini berdasarkan nama ibu kota sebagai pusat kekuasaan kerajaan pada masa itu dan disesuaikan dengan penelitian Antropologi yang telah membagi kekuasaan kerajaan-kerajaan di Thailand.
Pada periode Sukhothai, karya yang dihasilkan terdapat pada batu-batu prasasti di Wat Mahathat dan Wat Si Chum, menunjukkan karakteristik karya asli sastra Thai yang ditulis dalam bahasa Thai mengenai kemenangan kerajaan Sukhothai terhadap kerajaan Khmer. Pemerintahan Trai Phum karya Phaya Lithai adalah akhir dari era ini. Setiap karya sastra mempunyai tujuan politik untuk memperkuat status kerajaan.
Selain itu, Pluang Na Nakhon menjelaskan dalam History of Thai Literature (1952) periode Sukhothai mempunyai bukti sejarah yang kurang. Bukti sejarah itu sendiri memainkan peran penting karena menjadi kriteria untuk mendefinisikan sastra Thailand selanjutnya.
Dari perspektif antropologi, metodologi dalam studi awal memberi arti penting bagi arkeolog. Ilmu yang mempelajari benda-benda sastra seperti manuskrip, yang dapat berupa daun lontar (Bai Laan) atau prasasti batu (Silaa Jaareuk).
Pada periode Ayutthaya karya sastra yang dihasilkan lebih banyak berbentuk puisi. Dalam periode ini, karya sastra produktif dihasilkan oleh para penyair. Puisi-puisi ini disebut dengan Klong, Ray, Kap, dan Chan yang dapat pada buku Samutkot Khamchan, Jindamanee, Kap Ho Klong, Klong Kamsuan, dan Lilit Phra Lo.
Selanjutnya pada periode Krung Thon Buri, karya yang dihasilkan lebih banyak mengulang karya sastra sebelumnya dikarenakan banyak yang musnah dibakar pada masa kekuasaan kerajaan Burma.
Sekalipun hanya 15 tahun, tetapi karya yang dihasilkan sangat mengagumkan seperti Ramakien ditulis oleh Somdej Phrachao Taksin yang Agung dan Inao Khamchan Oleh Chaophraya Phrakhlang.
Periode Rattanakosin merupakan pengulangan dari periode Ayutthaya yang menghasilkan karya sastra terbaru seperti seni drama dan puisi.
Penulis yang menghasilkan karya sastra bukan saja dari kalangan bangsawan tetapi juga dari kalangan orang biasa yang mendapat kepercayaan dari raja.
Periode Rattanakosin terbagi kepada dua angkatan yaitu angkatan Rattanakosin awal dan Rattanakosin tengah.
Karya yang dihasilkan oleh Rattanakosin awal adalah Ramakien, Inao, Samkok, Kap He Chom Khrueang Khao Wan, Khun Chang Khun Phaen, Nirasnarin, Lilittalengpai dan Klong Lokniti.
Karya yang dihasilkan oleh Angkatan Rattanakosin tengah adalah seperti Thawathotsamat, Klai Ban, Ngo Pa, Khwam phayabat, Madanabhada, Venit Vanit, Sakuntala, Vetan Tales dan Kamanita.
*Nadiya Yaseengo (Thailand)
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Susastra Universitas Andalas, Padang
2021.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »