BENTENGSUMBAR.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan bahwa ternyata sebagian besar pasokan batu bara untuk pembangkit listrik PLN dibeli dari trader alias makelar. Hal ini menjadi salah satu penyebab PLN mengalami krisis batu bara saat harga di pasar global melambung tinggi.
Para trader ini tidak memiliki tambang sendiri, sehingga mereka tidak memiliki kewajiban mengalokasikan 25 persen produksi batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO). Berbeda dengan produsen-produsen batu bara yang terikat kewajiban DMO.
Maka ketika harga batu bara di pasar global meroket, para makelar boleh saja menjual semua batu bara ke luar negeri. Apalagi tidak ada kontrak jangka panjang dengan PLN. Inilah salah satu penyebab PLN krisis batu bara.
Selain itu, para trader akan kesulitan memenuhi permintaan PLN ketika kebutuhan naik. Soalnya mereka bukan produsen batu bara.
Karena itu untuk pengamanan pasokan dalam jangka panjang, Luhut memerintahkan PLN supaya membuat kontrak jangka panjang secara langsung dengan produsen-produsen batu bara. Tidak boleh lagi beli lewat makelar.
"PLN agar membeli batu bara dari perusahaan tambang batu bara yang memiliki kredibilitas dan komitmen pemenuhan yang baik. Jangan lagi membeli dari trader yang tidak memiliki tambang. Serta menggunakan kontrak jangka panjang untuk kepastian suplai," kata Luhut dalam keterangan resmi, Senin (10/1).
PLN juga diminta Luhut agar meningkatkan kemampuan bongkar batu bara di masing-masing PLTU.
Direktur Energi Primer PLN Dicopot Erick Thohir
Menteri BUMN Erick Thohir memberhentikan Rudy Hendra Prastowo dari posisinya sebagai Direktur Energi Primer PLN pada 6 Januari 2022 lalu. Keputusan ini berkaitan dengan krisis batu bara yang dialami PLN sehingga pemerintah terpaksa melarang ekspor batu bara per 1 Januari 2022 supaya listrik di dalam negeri tidak padam.
Erick membeberkan alasannya memberhentikan Rudy Hendra Prastowo. Ia mengatakan, ada yang salah dalam manajemen stok batu bara PLN sehingga terjadi krisis. PLN tidak banyak membuat kontrak jangka panjang dengan produsen-produsen batu bara.
"Indonesia ini negara yang produksi batu bara, kalau krisis aneh, ini ada yang salah. Hong Kong yang tidak banyak batu bara tidak krisis. Artinya apa? Ada yang harus diperbaiki. Salah satunya pada saat rapat jelas, PLN harus membuat kontrak jangka panjang," kata Erick seperti dikutip dari akun Instagramnya, Minggu (9/1).
Erick menuturkan, dirinya sudah mengingatkan direksi PLN soal potensi terjadinya krisis batu bara sejak setahun lalu. Tapi ternyata manajemen PLN tidak melakukan perbaikan seperti yang diharapkan.
Setahun yang lalu, Erick sudah meminta agar PLN mengikat produsen-produsen batu bara dengan kontrak jangka panjang. Patokan harganya menggunakan harga Domestic Market Obligation (DMO) yaitu USD 70 per ton. Jika harga batu bara suatu saat jatuh hingga di bawah USD 70 per ton, PLN bisa saja merevisi kontrak. Hal inilah yang belum dilakukan PLN sampai terjadi krisis batu bara.
Selain kontrak jangka panjang, Erick mengatakan bahwa masih ada perbaikan-perbaikan lain yang harus dilakukan. Namun melihat tidak ada perbaikan dalam setahun terakhir, Erick mengaku terpaksa mengambil langkah tegas dengan mencopot Direktur Energi Primer PLN.
"Kita mesti punya roadmap besar dengan perencanaan kebutuhan kita, termasuk antisipasi cuaca dan lain-lain, kita sudah ingatkan! Tapi kalau terjadi lagi, harus ada perbaikan. Ternyata kita sidak juga masih ada sesuatu yang kurang baik. Makanya dengan berat hati, kita harus mengambil tindakan tegas, dengan mengganti direksinya," tutupnya.
Sumber: Kumparan
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »