BENTENGSUMBAR.COM - Ramainya protes kewajiban PCR bagi penumpang pesawat ternyata tak hanya dirasakan oleh rakyat kebanyakan.
Alasan Pemerintah mewajibkan PCR bagi penumpang pesawat adalah sebagai alat tracing Covid-19, dan kewaspadaan meski Covid-19 di Indonesia makin turun.
Kewajiban ini juga diklaim sebagai antisipasi libur akhir tahun yang biasanya mobilitas masyarakat menggunakan angkutan pesawat meningkat.
Tetapi bagi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis ia mengakui lebih baik menghindari aturan tersebut.
Ia mengaku untuk perjalanan di wilayah Jawa lebih senang menggunakan mobil pribadi. Ia juga mengaku tak nyaman dengan tes PCR dengan colok-colok.
Melalui akun media sosialnya @cholilnafis mengungkapkan secara pribadi sebisa mungkin menghindari tes PCR, baik dalam perjalanan maupun di pertemuan yang mewajibkan melakukan tes PCR.
"Secara pribadi saya sebisa mungkin menghindari PCR, bahkan sebagian teman memilih tak hadir pertemuan yg mewajibkan PCR," akunya.
Tak hanya karena harus membayarnya tetapi Cholil Nafis yang juga dosen UIN Syarif Hidayatyullah ini mengungkapkan dirinya malas jika hidungnya mesti dicolok-colok. Apalagi dengan membayar.
"Malas dicoloknya, repot ke dokternya apalagi membayarnya," akunya pada 30 Oktober 2021.
Tak hanya dua hal itu yang membuatnya malas melakukan tes PCR. Cholil Nafis mengungkapkan kewajiban PCR dan membayar biaya tes, akan membuat keuntungan pebisnis PCR melambung di tengah kondisi ekonomi rakyat yang makin sulit.
"Tapi bagi pebisnisnya melambung keuntungannya," tambahnya.
Cholil Nafis juga mengungkapkan dirinya lebih memilih menggunakan kendaraan sendiri selama bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi.
"Selama masih bisa dijangkau via darat maka saya lakukan darat aja biar tak dicolok. Apalagi ke Jawa sampe’ ke Jawa Timur saya lalui dg kendaraan sendiri," tutupnya. (Seputartangsel)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »