PESISIR Selatan memiliki panorama alam yang cukup cantik dan mempesona. Kawasan Mandeh misalnya, sekarang kawasaan wisata ini oleh pemerintah pusat masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) mewakili kawasan barat Indonesia. Kawasan wisata potensial lainnya adalah Jembatan Akar, Water Pall Bayang Sani, Cerocok Beach Painan, Bukit Langkisau, Nyiur Melambai serta sejumlah objek wisata sejarah, seperti Pulau Cingkuak (Cengco), Peninggalan Kerajaan Inderapura dan Rumah Gadang Mandeh Rubiah Lunang. Bila semua potensi pariwisata Pesisir Selatan tersebut dapat di kelola secara profesional tentu akan jadi sumber PAD andalan daerah pada masa mendatang.
Negeri Sejuta Pesona yang menjadi julukan bagi Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Di karena kan pesisir selatan ini memiliki destinasi wisata dan panorama yang cantik, sebab itulah di juluki Negeri Sejuta Pesona.
Di sini kita tidak akan membahas wisata mandeh, tidak akan membahas wisata carocok beach painan dan wisata-wisata lainya, tetapi kali ini kita akan membahas tentang wisata Jembatan Akar Bayang, gimana sih sejarahnya kok bisa akar jadi jembatan, gimana sih proses pembuatannya, dan siapa sih orang yang mendirikan jembatan ini, yuk mari kita simak penjelasan di bawah ini.
Jembatan Akar Bayang. Ternyata Sumatera Barat atau pesisir selatan lebih tepatnya di Bayang juga memiliki jembatan akar seperti di Baduy, Banten, dan seperti jembatan akar manca Negara lainnya. Jembatan akar ini bernama Jembatan Akar Bayang.
Jembatan Akar Bayang ini terletak di Kampung Pulut-Pulut, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara. Ditempuh dari Painan, objek wisata yang unik ini berjarak sekitar 24 kilometer. Jika ditempuh dari Kota Padang, wisatawan dapat menemukan jembatan akar ini setelah menempuh perjalanan sekitar 65 kilometer.
Jembatan akar ini terbentuk dari akar-akar pohon beringin yang saling melilit sehingga membentuk jembatan. Jembatan Akar Bayang merupakan jembatan penghubung antara Kampung Puluik-Puluik dan Kampung Lubuk Silau. Di bawah jembatan akar, mengalir deras Sungai Bayang. Jalinan akar-akar pohon beringin yang membentuk jembatan ini dipercaya sudah ada sejak tahun 1916.
Tapi, jembatan itu bersejarah. Terutama bagi penduduk kampung di Bayang Utara. Jembatan Akar – penduduk setempat menyebutnya Titian Aka – memiliki tempat tersendiri di hati warga. Kabar dari mulut ke mulut, jembatan itu dibangun oleh seorang ulama, Pakih Sokan.
Ia merasa iba melihat murid-muridnya di seberang sungai kesulitan mengaji, karena terhadang aliran Sungai Batang Bayang. Sungai itu kian bahaya ketika musim hujan, arusnya deras dan meluap-luap.
Pada tahun 1890, Pakih Sokan berinisiatif membentangkan dua bilah bambu pada dua sisi Sungai Batang Bayang. Ia lalu mengikat bambu itu dengan akar dua pohon beringin yang tumbuh di dua sisi sungai.
Lambat laun, akar dari dua pohon beringin itu bertemu. Lalu berkelindan membentuk jembatan. Sejak dibuat pada 1890, jembatan itu baru bisa digunakan dengan aman pada 1916. Butuh waktu 26 tahun hingga jembatan itu kuat dititi oleh warga.
Kini, jembatan ini memiliki panjang 25 meter dan lebar 1,5 meter, dengan ketinggian dari permukaan sungai sekitar 10 meter. Saat ini, kondisinya semakin lama semakin kuat karena semakin besarnya akar pohon beringin yang membentuknya. Sayangnya, Pakih Sokan tak sempat menikmati jembatan itu.
Kini jembatan itu benar-benar kokoh. Ditopang oleh papan dan kabel baja, membuat warga dengan mudah melewatinya. Ribuan pejalan kaki melintasinya. Bahkan, jembatan ini menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Pesisir Selatan.
Kehadiran Jembatan Akar di Kenagarian Puluik-Puluik mampu merubah daerah tersebut menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini dilatarbelakangi oleh konstruksi Jembatan Akar yang unik dan menarik, dan terletak di kawasan yang memiliki pemandangan alam yang indah.
Di samping itu, secara tradisional Jembatan Akar tetap digunakan sebagai alat tempuh untuk menyeberangi sungai Batang Bayang. Di samping itu, tingginya populasi pengunjung juga mempunyai banyak manfaat, baik sebagai alat penghubung antara dua tempat, atau juga sebagai tempat untuk rekreasi.
Jembatan Akar selalu dikunjungi tiap hari oleh masyarakat sekitar Kenagarian Puluik-puluik, ataupun dari luar Kabupaten Pesisir Selatan, termasuk turis mancanegara.
Untuk memasuki obyek wisata Jembatan Akar Bayang ini, wisatawan dikenakan biaya sebesar Rp 5.000 per orangan. Wisatawan bisa mandi-mandi serta terjun dari atas jembatan ke sungai dan tidak jarang wisatawan yang kesana tidak mengambil foto, pasti wisatawan selalu mengambil foto.
Penulis: M. AKBAR, mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.
« Prev Post
Next Post »