BENTENGSUMBAR.COM - Pendakwah sekaligus Sekretaris DPD PCNU Kota Banjarmasin, Habib Ali Khaidir Al Kaff menyebutkan, kebijakan pemerintah menggeser PHBI Maulid Nabi Muhammad Saw merupakan tindakan yang sangat tidak etis.
“Ini sangat tidak etis, mencederai hati umat muslim dan melukai hati umat Islam seluruh Indonesia bahkan dunia,” ujarnya, Rabu, 20 Oktober 2021, dilansir dari Koranbanjar.net.
Alasan lanjut Habib Ali, 12 Rabiul Awal merupakan hari kelahiran junjungan, raja seluruh penduduk bumi dan langit ini lebih mulia dari Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
Dikatakan, kalau alasan pemerintah melalui pengumuman Menteri Agama, mengatakan terlalu banyak libur atau disebut tanggal 19 Oktober yakni tanggal merah itu hari kejepit, kenapa tidak tanggal 17 Agustus yang dimundurkan pula.
“Kalau hari libur Maulid Nabi dikatakan sebagai hari kejepit, mengapa hari libur 17 Agustus tidak diundur pula,” tanyanya.
Lebih menyesalkan bagi mantan anggota DPRD Kalimantan Selatan dari Fraksi Partai PPP ini, alasan terkait hari kejepit yang berkenaan dengan hari Maulid Nabi Muhammad Saw ini juga keluar dari mulut Wakil Presiden yang merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ke-7, KH. Ma’ruf Amin.
“Beliau sebagai Wakil Presiden sekaligus ulama, mengapa berkata begitu, mengapa tidak 17 Agustus yang dimundurkan, jangan menyakiti umat yang mencintai nabinya,” ucap Habib Ali.
Sebenarnya sambung Habib Ali, kalau hari Senin masuk kemudian Selasa libur, dan Rabu masuk lagi itu tidak masalah, pemerintah cukup memberikan penegasan kepada ASN seluruh Indonesia.
“Artinya apa, di sini pemerintah lemah dalam mengatur, mengurus ASN di seluruh Indonesia, hanya sekadar masalah seperti itu saja pemerintah tidak berdaya,” cetusnya lagi.
Sementara buyut Habib Basirih (Habib Hamid Bahasyim), yang juga tokoh para habib di Banjarmasin, Habib Faturrahman Bahasyim sangat menyesalkan adanya kebijakan menggeser hari libur Maulid Nabi Muhammad Saw.
“Sebenarnya jujur secara nurani, ulun (saya) sangat menyesalkan adanya kebijakan ini,” ucapnya.
Dirinya agak prihatin terhadap pergeseran hari libur Maulid Nabi Muhammad Saw yang sebenarnya bentuk apresiasi pemerintah terhadap hari sakral tersebut demi menghormati umat muslim di dunia, khususnya di Indonesia.
Meskipun tidak mengurangi esensi atau nilai keistimewaan maulid itu sendiri walau hari libur itu baik dimajukan maupun dimundurkan, akan tetapi seharusnya hal itu jangan dilakukan pemangku kebijakan pusat.
“Walau sama sekali tidak mengurangi kecintaan umat muslim kepada Rasulullah, namun di mana apresiasi pemerintah kok bisa menggeser-geser hari libur lahirnya Nabi Muhammad?” cetusnya.
Namun dirinya yakin, kebijakan menggeser hari libur Maulid Nabi Muhammad Saw ini tidak akan selamanya. Tokoh ulama intelektual ini berharap kebijakan mengubah hari libur besar umat Islam untuk tahun-tahun berikutnya tidak terulang lagi.
Di samping itu, Habib Fatur, panggilannya sehari-hari, mengingatkan jangan karena perbedaan pendapat mengenai pergeseran hari libur Maulid Nabi mengakibatkan terjadinya perpecahan umat dan Islam seolah menentang pemerintah.
“Kami berharap kebijakan ini stop di tahun ini, jangan lagi mengubah-ubah hari besar Islam, apalagi Islam adalah agama terbesar di Indonesia,” harapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »