BENTENGSUMBAR.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Jumat, 30 Juli 2021 mengatakan, progres upaya memerangi COVID-19 tersendat akibat munculnya varian Delta. Meskipun vaksin COVID-19 yang disetujui oleh WHO masih ampuh melawan penyakit virus corona jenis baru.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) menggambarkan varian Delta sama menularnya dengan cacar air. CDC juga memperingatkan bahwa varian itu dapat menyebabkan penyakit parah, tulis Washington Post yang mengutip dokumen internal CDC.
Infeksi COVID-19 meningkat 80 persen selama empat bulan terakhir di sebagian besar kawasan dunia, ungkap Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Kematian di Afrika --yang hanya 1,5 persen populasinya sudah divaksin-- melonjak 80 persen selama periode yang sama. "Progres yang sulit didapatkan berada dalam bahaya atau hilang, dan sistem kesehatan di banyak negara kini kewalahan," kata Tedros saat konferensi pers.
Pusat Pengendalian Penyakit AS merilis analisis, bahwa orang yang sudah divaksin penuh bisa menyebarkan virus semudah orang yang belum divaksin. Sementara itu suntikan masih efektif untuk penyakit yang parah sampai kematian.
Celine Gounder Seorang Infeksius Dokter Penyakit dan Profesor di Universitas New York mengatakan, meski sudah divaksin dan tidak bergejala atau bergejala ringan, mereka tetap bisa menularkan ke orang lain.
"Sebagai orang yang divaksinasi, jika Anda memiliki salah satu dari infeksi ini, Anda mungkin memiliki gejala ringan, Anda mungkin tidak memiliki gejala, tetapi berdasarkan apa yang kami lihat di sini, Anda dapat menularkan ke orang lain," paparnya.
WHO menyebutkan, varian Delta terdeteksi di 132 negara, sehingga mendominasi dunia.
"Vaksin-vaksin yang saat ini disetujui oleh WHO, semuanya memberikan perlindungan yang signifikan terhadap penyakit parah dan rawat inap dari semua varian, termasuk varian Delta," kata pakar kedaruratan senior WHO, Mike Ryan, seperti dikutip jpnn.com. (Sabtu, 31/7)
"Kita (WHO) sedang memerangi virus yang sama. Namun satu virus yang menjadi lebih cepat dan lebih baik beradaptasi untuk menular di antara kita manusia, itulah perubahannya," lanjutnya.
Kepala teknis COVID-19 WHO, Maria van Kerkhove, menyebutkan bahwa varian Delta sekitar 50 persen lebih menular ketimbang varian asli SARS-CoV-2, yang mulanya muncul di China pada akhir 2019. Sejumlah negara melaporkan lonjakan tingkat rawat inap. Namun tingkat kematian yang tercatat akibat varian Delta tidak lebih tinggi, katanya.
Laporan: Reko Suroko
« Prev Post
Next Post »