MEMILUKAN. Itulah kata yang pas dan pantas untuk menggambarkan suasana hiruk-pikuk di banyak rumah sakit di Jawa dan Bali. Bukan saja ruang Instalasi Gawat Darurat yang melebihi kapasitas, tapi tak sedikit rumah sakit yang mengubah lorong menjadi bangsal darurat.
Pendek kata, rumah sakit di negeri ini telah terkoyak oleh badai Covid-19. Entah varian Delta atau varian apa, yang jelas rumah sakit tak mampu memberi pelayanan yang maksimal, Bagaikan serpihan standar pelayanan yang tersisa, dan mereka berikan kepada pasien.
Menurut catatan Tim Mitigasi Resiko IDI (Ikatan Dokter Indonesia), sejak Maret 2020 lalu terdapat 1.311 tenaga medis yang meninggal. Mereka terdiri dari 544 dokter, 57 dokter gigi, 432 perawat, 228 bidan, 25 pekerja laboratorium kesehatan, dan 25 apoteker.
Pasokan Oksigen Terlambat
Cerita memilukan tersaji di RUP dr Sardjito, Yogyakarta. Gara-gara pasokan oksigen terlambat, mengakibatakn tewasnya 63 pasien Covid-19. Itu terjadi dalam kurun waktu tak sampai 12 jam pada Sabtu petang hingga Minggu pagi, 3-4 Juli 2021 silam.
"Terkait 63 pasien Covid-19 yang meninggal itu kami jelaskan bahwa jumlah tersebut akumulasi dari hari Sabtu pagi hingga Minggu pagi," kata Direktur Utama RSUP dr. Sardjito Yogyakarta Rukmono Siswishanto Minggu siang 4 Juli 2021, seperti dikutip Koran Tempo.Com.
Boleh jadi, banyak rumah sakit yang gagap dalam menangani lonjakan pasien Covid-19 yang datang bagaikan air bah. Urusan pelayanan bukan sekadar ada kamar inap atau tidak, tapi kesiapan tenaga kesehatan, obat-obatan termasuk oksigen. Oksigen bagi pasien Covid-19 adalah barang vital, karena berkaitan dengan hirupan nafasnya
Cerita Shalimar
Saat Shalimar jatuh sakit, teman dan kerabat menghabiskan berjam-jam mencari rumah sakit dengan tempat tidur cadangan untuk membawanya. “Setelah dia dirawat, Shalimar menghabiskan berjam-jam di koridor rumah sakit sebelum dia bisa mendapatkan tempat tidur,” kata teman dan mantan rekan politiknya Imelda Sari.
Rumah sakit kehabisan oksigen dan teman-temannya, harus berkeliling Jakarta, untuk mencari lebih banyak lagi. Mereka berhasil mendapatkan dua tabunb dengan harga masing-masing sekitar $80. Dia mampu mengamankan tempat tidur, tetapi banyak yang tidak bisa dan mengasingkan diri di rumah, tanpa bantuan medis.
Setidaknya 548 orang telah meninggal dalam isolasi diri dalam beberapa pekan terakhir, menurut Lapor Covid-19, satu koalisi organisasi masyarakat sipil yang mengumpulkan informasi virus corona.
“Ini hanya puncak gunung es,” kata Ahmad Arif, salah satu pendiri kelompok tersebut, yang menambahkan bahwa beberapa orang meninggal di dalam mobil ketika berusaha mencapai rumah sakit.
Bagi orang miskin, isolasi diri hampir tidak mungkin karena banyak yang tinggal di tempat tinggal yang kecil dan sempit
“Dalam kasus pengemudi becak, seperti [sopir] yang meninggal, banyak yang bahkan tidak memiliki rumah dan tidur di becak mereka,” kata Ahmad.
Kapan wabah ini akan berakhir? Sulit dijawab dengan cepat.
Ditulis Oleh Reko Suroko, Wartawan Senior.
« Prev Post
Next Post »