BENTENGSUMBAR.COM - Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia masih tinggi meskipun beberapa wilayah seperti DKI Jakarta mulai menunjukkan tren penurunan. Luar Jawa justru mulai menjadi perhatian karena terjadi penambahan kasus yang signifikan.
Para pakar berpendapat bahwa peningkatan kasus disebabkan oleh varian Delta. Kementerian Kesehatan menyebutkan, varian ini enam kali lebih menular daripada varian Alpha B.117 asal Inggris. Badan Litbang Kemenkes RI menemukan bahwa varian Delta mendominasi 86% spesimen dalam 60 hari terakhir.
Belum selesai dengan varian asal India tersebut, varian baru delta berkode AY.1 atau lazim disebut Delta Plus terdeteksi sudah tersebar di beberapa kota di Indonesia di antaranya Mamuju dan Jambi.
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) varian Delta Plus masuk kategori variant of concern (VoC) dan sudah diidentifikasi di 11 negara, termasuk Amerika Serikat.
Pakar virologi India Sunit K Singh menjelaskan mutasi yang terdapat dalam varian Delta Plus adalah K417N, yang juga ditemukan dalam varian Beta. Meski demikian, varian ini tidak memiliki perbedaan gejala yang signifikan dengan varian Delta dan varian Beta (B1351).
Perjalanan Penyebaran Covid-19 di Dalam Negeri
Perjalanan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di Indonesia berawal dari seorang warga Depok yang melakukan kontak fisik dengan WNA asal Jepang pada 14 Februari 2020. Dua hari setelahnya dia mengalami gejala infeksi virus Corona. Lalu 22 Maret 2020, ibunya menunjukkan gejala yang sama.
Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menduga bahwa virus corona jenis SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19 itu sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari 2020.
Puncaknya pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan untuk pertama kalinya kasus Covid-19 di Indonesia. Dari situ, bangsa kita terus bergelut dengan virus asal Wuhan yang dalam kurun waktu hampir dua tahun ini sudah bermutasi menghasilkan beragam varian.
Peneliti sekaligus Ketua Tim WGS SARS-CoV-2 LIPI Sugiyono Saputra memaparkan, sejak penelitian Covid-19 dilakukan di Indonesia, selama lebih dari satu tahun LIPI telah menemukan lebih dari 10 varian Covid-19.
Selain itu, berdasarkan riset yang dilakukan ditemukan pula varian baru asal Indonesia yaitu varian B.1.466.2. Namun Sugiyono menjelaskan bahwa varian lokal ini kasusnya tidak banyak. Varian delta, menurut dia, lebih berbahaya dan lebih mendominasi.
WHO pun baru mengkategorikan varian lokal tersebut dalam kelompok Alerts for Further Monitoring sejak 28 April 2021. Artinya, varian ini berpotensi berbahaya di masa depan karena memiliki perubahan genetik. Hanya saja data bukti-buktinya masih belum cukup sehingga dibutuhkan pengawasan dan penelitian berulang yang kuat.
Sementara itu, Jubir vaksinasi Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan bahwa varian yang sudah masuk ke Indonesia dan perlu diwaspadai ada 3 jenis, yakni B.117 (alfa), B.1351 (beta), dan varian B.1617 (delta). Sedangkan varian B.117 ini diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi sekitar 36% sampai 75% dibandingkan dengan jenis virus yang beredar sebelumnya.
Dia juga mengatakan beberapa faktor yang menjadi penyebab peningkatan kasus di negara-negara yang mengalami lonjakan adalah mobilitas pergerakan masyarakat, adanya varian baru B.117 asal Inggris, kemudian B.1351 asal Afrika Selatan, serta varian mutasi ganda dari India B.1617.
Varian alfa saat ini merupakan varian yang paling banyak dilaporkan oleh orang dari berbagai negara. WHO mencatat berbagai peningkatan kasus sampai 49% varian alfa yang bersirkulasi di Asia Tenggara.
Adapun varian lain yang baru mendapatkan pelabelan sebagai varian of interest dari WHO adalah varian Lambda. Meski demikian di Indonesia sendiri varian gama dan lambda belum ditemukan.
Imbauan Para Pakar
Situasi yang ada di Indonesia mengharuskan masyarakat untuk mematuhi betul apa yang sudah dianjurkan atau dilarang oleh pemerintah. Untuk mencegah penularan lebih luas, Nadia mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi mobilitas.
Adapun Dr. Hermawan Saputra, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia berpendapat cara terbaik memutus mata rantai penularan Covid-19 adalah dengan mencegah infeksi virus corona. Salah satunya ialah menghindari kerumunan.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa kondisi saat ini menjadi alarm bagi individu dan lingkungan sekitar supaya masyarakat memperkuat protokol kesehatan sampai ke pelosok untuk mencegah penularan Covid-19.
Hermawan pun mendorong pemerintah untuk memberdayakan sumber daya hingga ke desa-desa untuk mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat.
Tak hanya itu, vaksinasi juga dinilai penting dalam melawan infeksi varian virus Covid-19. Prof. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, Guru Besar Fak. Kedokteran Hewan Universitas Udayana sekaligus Anggota Tim Pakar Medis Satgas Covid-19, menyampaikan bahwa vaksin sudah diteliti dan terbukti masih efektif melawan varian virus Covid-19 terutama Alfa dan Delta.
Dia pun mendukung percepatan vaksinasi yang dilakukan pemerintah. Berkaca pada Eropa, dengan cakupan vaksinasi 40% sampai 50%, mereka sudah berani menggelar piala Eropa 2020 pada Juni-Juli 2021 lalu.
Menurut Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran, vaksin dinilai sudah efektif memberikan tingkat perlindungan yang diperlukan guna mencegah penularan. Walaupun terinfeksi, jika sudah mendapat vaksinasi, akan mengurangi gejala kesakitan dan risiko kematian bagi pasien.
Selain itu, dia mengimbau agar masyarakat benar-benar menghindari potensi terpapar virus. Kusnandi mengajak warga untuk disiplin menegakkan protokol 5M, selain juga ikut program vaksinasi.
Imbauan juga datang dari politisi-politisi dalam negeri. Salah satunya dari DPR yang menyuarakan agar masyarakat bersama-sama menjadi patriot PPKM dengan mematuhi aturan-aturan yang berlaku selama masa pembatasan mobilitas serta ikut menyukseskan vaksinasi.
Dengan demikian harapannya Indonesia bisa segera mengatasi lonjakan kasus Covid-19 dan mulai mempercepat pemulihan ekonomi.
Laporan: Mela
« Prev Post
Next Post »