MASYARAKAT Minangkabau, dikenal kaya dengan khasanah budaya yang ditandai dengan banyaknya tradisi atau kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi berarti segala sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang turun temurun dari nenek moyang.
Apapun yang dilakukan oleh manusia secara turun temurun dari setiap aspek kehidupannya yang merupakan upaya untuk meringankan hidup manusia dapat dikatakan sebagai “tradisi” yang berarti bahwa hal tersebut adalah menjadi bagian dari kebudayaan.
Salah satu tradisi yang ada diminangkabau yaitu tradisi balimau. Tradisi balimau merupakan tradisi mandi yang menggunakan limau (jeruk nipis) yang berkembang di kalangan masyarakat minangkabau dan biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian diwariskan secara turun temurun. Tradisi ini dilakukan untuk membersihkan diri secara lahir dan bathin.
Proses pelaksanaan Tradisi Balimau diawali dengan tahapan persiapan, yaitu mempersiapkan perlengkapan dan alat yang akan digunakan dalam Tradisi Balimau. Peralatan dan perlengkapan juga mempunyai aturan-aturannya tersendiri yang telah ada sejak dahulu. Dalam persiapan ini dapat terlihat rasa kekeluargaannya yang saling membantu dan bekerja sama dalam mempersipkan peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan.
Dalam melakukan tradisi ini, kita hanya mandi layaknya mandi biasa, namun di penghujung mandi diakhiri dengan siraman air dari rendaman bunga tujuh rupa bercampur limau (jeruk nipis). Tradisi ini biasanya dilakukan masyarakat minangkabau sebelum memasuki bulan ramadhan yang berlangsung dari matahari terbit hingga terbenam. Tradisi ini juga disebut sebagai bakasai (mandi dengan bunga rampai).
Zaman dulu, tidak setiap orang bisa mandi dengan bersih karena tidak ada sabun, banyak juga wilayah yang kekurangan air, sibuk bekerja dan lain-lain. Saat itu, pengganti sabun dibeberapa wilayah minangkabau yaitu limau (jeruk nipis) karna limau bisa melarutkan minyak dan keringat dibadan.
Tradisi balimau sangat digemari oleh masyarakat minangkabau mulai dari anak-anak hingga orang tua. Dalam pelaksanaan tradisi ini pun masyarakat juga sekaligus mempererat tali persaudaraan sesama muslim. Tradisi balimau ini terus berlangsung setiap tahunnya. Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa tradisi balimau ini merupakan ritual wajib yang harus dilakukan.
Namun seiring berjalannya waktu, banyak perubahan yang terjadi pada tradisi ini. Jika dahulu Balimau dijadikan sebagai tradisi atau adat untuk menyambut bulan suci Ramadhan sebagai simbol untuk mensucikan diri sehari sebelum puasa namun sekarang hal tersebut sudah berbeda lagi. Saat ini, Balimau lebih dimaknai dengan bertamasya ke tempat-tempat pemandian. Bahkan, para muda-mudi menjadikan momen ini sebagai ajang hura-hura dan berpacaran. Bagi remaja-remaja, Balimau hanya tinggal sebagai simbol.
Perubahan yang terjadi dalam Balimau ini merupakan perubahan yang disebabkan berubahnya perilaku masyarakat Minangkabau dalam merayakannya. Namun, kita sebagai masyarakat minangkabau, harus pandai dalam menyikapi perubahan yang terjadi agar tradisi ini tetap mengandung nilai positif.
*Penulis Wisnu Anggara, Mahasiswa Sastra Minangkabau Universitas Andalas.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »