Ini Doktrin yang Memotivasi Pelaku Bom Bunuh Diri

Ini Doktrin yang Memotivasi Pelaku Bom Bunuh Diri
BENTENGSUMBAR.COM - Aksi bom bunuh diri kelompok teroris dilakukan untuk menimbulkan rasa takut masyarakat. Aksi tersebut muncul karena adanya kesalahan dalam menginterpretasikan makna jihad. Ada doktrin-doktrin yang memotivasi pelaku bom bunuh diri.


Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, menjelaskan, pelaku bom bunuh diri biasanya nekat melakukan aksinya setelah belajar dengan guru yang salah. Sehingga, akhirnya cara menafsirkan ayat jihad pun mengalami kesalahan dan praktik jihadnya juga menjadi ikut salah.


Diungkapkan, pengikut kelompok teroris salah menafsirkan Alquran surat Albqarah Ayat 207 yang bunyinya "dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah."


"Mereka para teroris dan pelaku bom bunuh diri merasa menjadi manusia pilihan yang akan mendapatkan surga tanpa hisab bersama keluarga. Mereka itu taqlid buta kepada guru atau pimpinannya. Sehingga mau saja melakukan aksi bodoh itu," kata Ken Setiawan, di Jakarta, Minggu, 4 April 2021.


Dijelaskan Ken, pengikut kelompok teroris juga salah dalam menafsirkan Alquran surat Al-An'am Ayat 162 yang berbunyi "Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alamin". Adalah petikan doa iftitah yang mengandung arti "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam".


Untuk Allah


Bacaan ini berasal dari Alquran surat Al-An'am Ayat 162 yang bermakna bahwa seluruh hidup manusia, bahkan kematiannya, adalah hanya untuk Allah semata.


Menurut Ken, biasanya yang melakukan aksi bom bunuh diri justru adalah para pengikut recehan, bukan pimpinan atau gurunya. Kondisi ini lagi-lagi terjadi karena adanya anggapan guru atau pimpinan mereka adalah wakil Allah di muka bumi. Jadi perintahnya wajib ditaati seperti dalan ayat di Alquran surat Albaqarah ayat 285 yang berbunyi: "Sami'na Wa Atho' na" artinya kami mendengar dan kami taat.


"Jadi orang yang sudah bergabung dalan kelompok radikal seperti kerbau yang sudah dicokok hidungnya, sehingga mau saja melakukan apapun sesuai perintah pimpinan, termasuk melakukan aksi bom bunuh diri," ungkap Ken.


Atas kondisi itu dirinya berharap agar masyarakat bisa belajar agama kepada ahlinya. Jika sudah ada indikasi anti-Pancasila dan berkeinginan mendirikan mendirikan negara Islam atau khilafah harus diwaspadai.


"Orang yang sudah terpapar radikal juga takfiri yang berciri intoleran, cenderung antibudaya kearifan lokal, senang melabeli kelompok di luar mereka bidah sesat dan kafir," ujarnya.


Dijelaskan Ken, cirri-ciri orang yang sudah terpapar radikal sesungguhnya bisa dengan mudah dibaca. Biasanya adalah kecenderungan lemah di bidang akhlak, perilaku, dan budi pekerti. Mereka lebih menonjol pada hal-hal yang sifatnya ritual keagamaan, identitas keagamaan, tampilan luar keagamaan, sementara ahlaknya tidak mencerminkan orang yang beragama alias jahiliah.


"Di medsos termasuk di grup whatsapp, orang yang terpapar radikal cenderung berisik, dalam komunikasi tidak mau mengalah, dan bila ada yang mengkritik mereka selalu dilabeli anti-Islam dan komunis," kata Ken.


Source: BeritaSatu.com

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »