BENTENGSUMBAR.COM - Yahya Waloni merupakan pendakwah yang dinilai cukup kontoversial oleh karenanya itu banyak pihak yang mempertanyakan isi ceramahnya.
Yahya Waloni dalam sebuah ceramahnya mengakui bahwa dirinya tak layak dipanggil ustaz.
Ia juga mengakui bahwa dirinya tak suka jika dipanggil ustaz atau ulama. Bahkan ia telah berulang kali mengatakan hal ini di setiap ceramahnya.
Yahya mengatakan bahwa dirinya sebagai seorang mualaf dan pernah kafir tak pantas mendapat panggilan tersebut.
Hal itu terekam dalam video yang diunggah Termometer Islam.
“Sebenarnya kalau menyebut saya ustaz itu saya tidak suka. Karena saya bukan ustaz. Saya cumalah seorang sosok kafirun, orang kafir yang tadinya Allah berikan petunjuk,” katanya, dikutip terkini.id, Jumat, 12 Maret 2021.
“Saya, banyak sekali video-video saya, saya selalu mengatakan ‘saya bukan ustaz, saya bukan ulama,” klaimnya.
Yahya menyebut dirinya seorang Al-Muhtadin atau orang-orang yang diberi petunjuk.
Menurutnya, panggilan ini cocok bagi dirinya dan orang-orang mualaf lainnya.
“Saya lebih mulia, ustaz. Kalau saya dipanggil Al-Muhtadin,” tuturnya.
Ia meminta dirinya untuk tidak dipanggil ustaz melainkan Al-Muhtadin.
“Orang yang dari kafirun mendapat hidayah masuk Islam, jangan dipanggil ustaz, pak, dipanggil mereka Al-Muhtadin, orang yang mendapat petunjuk,” jelasnya lagi.
Yahya juga mengakui bahwa kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an masih kurang.
Yahya mengatakan bahwa meskipun dirinya telah bisa membaca Alquran, namun caranya membaca masih belum baik.
“Lihatlah saya tadi, Pak Kemenag katakan sudah membaca ayat-ayat suci alquran. Betul, Pak. Tapi makhrufnya kocar-kacir, Pak,” ungkapnya.
Yahya dalam video tersebut menegaskan lagi bahwa dirinya sadar ia tidak layak disebut ustaz.
“Tidak layak, tidak cocok saya disebut ustaz, saya sadar diri itu. Apalagi saya orang Sulawesi, perasaannya tinggi sekali, Pak,” ujarnya.
Yahya mengatakan yang penting bagi dirinya pribadi ialah telah mendapatkan keimanan Islam.
Berbeda dengan dirinya yang dulu, kata Yahya, yang lebih mementingkan urusan dunia.
“Kami nggak penting dengan harta dunia ini. Kami nggak penting dengan segala kenikmatan kemewahan dunia ini karena sudah rasa, pak di sana dulu. Jadi saya mau merasakan bagaimana,” tambah Yahya.
Source: makassar.terkini.id
« Prev Post
Next Post »