BENTENGSUMBAR.COM - Wacana jabatan presiden 3 periode, Jokowi berpasangan dengan Prabowo, hingga Jokowi cawapres Prabowo 2024 terus bergulir.
Guru besar ilmu hukum tata negara Universitas Indonesia (UI) Prof Jimly Asshiddiqie memberikan pandangannya terkait wacana tersebut.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengomentari pernyataan Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari yang mengusulkan agar Jokowi berpasangan dengan Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.
“Apa pengamat politik seperti ini yang disebut oleh Pak Jokowi sebagai (1) mencari muka, (2) menampak muka, atau (3) mau menjerumuskan Pak Jokowi?,” kata Jimly, dikutip Pojoksatu.id dari akun Twitter miliknya, @JimlyAs, Rabu, 17 Maret 2021.
Anggota DPD RI ini membagikan tautan berita berjudul “Pengamat Politik Muhammad Qodari Usul Pasangan Jokowi-Prabowo 2024: Untuk Hadapi Polarisasi”.
Cuitan Jimly mendapat beragam komentar dari warganet. Ada yang bertanya bagaimana kalau dibalik menjadi Jokowi cawapres Prabowo. Prabowo jadi calon presiden dan Jokowi menjadi calon wakil presiden.
“Ini lebih keterlaluan, bukan dari segi hukum tapi etika bernegara. Pasti pak Jokowi lebih tersinggung lagi,” tegas Jimly.
Sebelumnya, pengamat politik dari Indo Barometer Muhammad Qodari mengusulkan pasangan Jokowi-Prabowo maju dalam pemilu 2024. Hal itu untuk menghindari terjadinya polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat.
“Saya deklarator Jokowi-Prabowo pada 2024 untuk menghindari polarisasi,” kata Qodari saat diwawancara di Kompas TV, Selasa, 16 Maret 2021.
Menurut Qodari, ada beberapa alasan mengapa pasangan ini layak diajukan. Yaitu, dukungan partai politik di parlemen hanya PDIP dan Gerindra yang merupakan partai besar saat ini.
PDIP dan Gerindra, kata Qodari, mampu menghimpun 20 persen suara. Sementara yang jadi oposisi hanya PKS dan Partai Demokrat tidak sampai 20 persen.
“Karena itu, dengan majunya pasangan Jokowi-Prabowo, maka akan ada kotak kosong. Dengan kotak kosong maka tensi polarisasi akan kecil,” ucap Qodari.
Source: Pojoksatu
« Prev Post
Next Post »