BENTENGSUMBAR.COM - Ruhut Sitompul, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengomentari terkait pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Majelis Tinggi Pertimbangan Partai Demokrat dalam podcast yang ia unggah di Facebook pada Kamis,18 Maret 2021.
Ruhut menilai bahwa pernyataan-pernyataan SBY dalam podcast tersesbut ibaratnya seperti ‘menepuk air di dulang,terpercik muka sendiri.’
Dilansir dari wikiquote.org, peribahasa itu memiliki dua makna. Pertama, apabila berbuat sesuatu yang jahat, maka perkara itu akan terkena kembali kepada orang yang melakukan. Kedua, melakukan sesuatu perbuatan yang memalukan nama baik sendiri.
Ruhut menilai bahwa apa yang dilakukan kader-kader Demokrat di Kongres Luar Biasa (KLB) Sibolangit merupakan dampak dari perbuatan SBY sendiri.
Mantan kader Demokrat ini juga menyinggung bahwa AHY adalah Ketua Umum yang masih belum berpengalaman sehingga ia mendukung Ketum Moeldoko dan Sekjen Jhoni Allen Marbun.
“Pak SBY di podcast ibarat menepuk air di dulang terpercik muka sendiri. Itulah yang dilakukan kaderr-kader Demokrat sekarang. Dan Ketumnya AHY masih bau kencur. Suka memfitnah pembunuhan karakter, berita bohong tipu muslihat. Lahirlah KLB Sibolangit Ketum PD Pak Moeldoko, Sekjen JAM. MERDEKA!” tulis @ruhutsitompul pada Jumat,19 Maret 2021.
Adapun Podcast yang disinggung Ruhut merupakan video berdurasi 18 menit 42 detik yang berisi cerita puitis yang ditulis SBY dengan judul “Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Lambat, Tapi Pasti.”
Sebagai catatan, meskipun ditulis oleh SBY, cerita dalam video tersebut tidak dibacakan oleh SBY langsung.
Berikut adalah potongan kalimat dalam podcast yang mungkin disinggung oleh Ruhut dalam cuitannya soal pembunuhan karakter.
“Era kini, adalah era politik pasca kebenaran. Artinya, politik tanpa disertai kebenaran. Banyak fitnah, pembunuhan karakter, berita bohong serta muslihat dan tipu daya. ,” kata SBY.
Selanjutanya,SBY juga menyinggung bahwa era politik saat ini banyak diwarnai dengan rayuan uang dan kekuasaan sehingga banyak yang menjadi korban.
Ia juga menyinggung bahwa kini para pemimpin partai dengan berjuang mencari keadilan di tengah kondisi politik saat ini.
“Banyak yang berduka dan menjadi korban. Terkadang uang dan kekuasaan menyatu, menjelma menjadi kekuatan maha dahsyat yang bisa melindas dan menggilas siapa saja. Menghalalkan segala cara bukanlah sebuah aib dan pertanda matinya etika.”
“Menghalalkan segala cara bukanlah sebuah aib dan pertanda matinya etika. Di tengah suasana seperti itu, engkau dan para pemimpin partai yang saat ini tengah mencari keadilan, mesti berbangga karena kalian tak tergoda untuk mudah berburuk sangka. Menuduh sembarangan. Sifat yang tidak suudzon, adalah sifat yang terpuji.”
Source: makassar.terkini.id
« Prev Post
Next Post »