BENTENGSUMBAR.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie komentari ceramah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab.
Jimly menyebut bahwa ceramah Habib Rizieq Shihab bersifat menantang dan dipenuhi dengan kebencian.
Hal ini disampaikan Jimly Asshiddiqie melalui laman Twitter pribadinya pada Rabu, 18 November 2020.
Mula-mula mantan ketua MK tersebut, menyinggung soal bagaiamana kepemimpinan yang ideal dijalankan.
Ia menjelaska bahwa tugas utama dari sebuah kepemimpinan itu ada empat yakni mengadilkan, merukunkan, memakmurkan dan mengawal kebebasan.
Hal ini bertujuan untuk kemajuan sebuah peradaban. Lebih lanjut Jimly Asshiddiqie menyebut jika sebuah kepemimpinan tidak mampu memenuhi empat tugas tersebut maka kepemimpinan sudah tidak diperlukan.
"Benar, tugas kepemimpinan dalam kehidupan bersama ialah (1) mengadilkan (2) merukunkan (3) memakmurkan (4) & mengawal kebebasan agar tratur untuk mendorong kreatifitas & inovasi ke arah pencerahan & kemajuan peradaban. Jika tidak, maka tidak diperlukan pemimpin sama sekali," tegas Jimly Asshiddiqie dikutip dari laman Twitter pribadinya pada Rabu, 18 November 2020.
Melalui cuitan berbeda Jimly Asshiddiqie kemudian membandingkan antara pemimpin dengan gerakan perlawanan.
Ia menjelaskan bahwa disamping banyaknya yang mengkritik kepemimpinan pemerintah. Publik juga dibuat marah oleh gerakan perlawanan yang secara terang-terangan mengucap kata-kata keras dan kasar.
Bahkan Jimly Asshiddiqie menyebut seakan-akan kelompok tersebut tidak peduli dengan aturan negara.
"Tapi banyak yang marah kepada gerakan perlawanan kepada negara yang diumbar dengan kata-kata keras & kasar seolah tidak peduli aturan bernegara," tegas Jimly Asshiddiqie.
Hal ini lantas melahirkan praktik kekerasan hukum atas nama ketegasan, dampak turunannya akan semakin kompleks karena kelompok tersebut akan merasa diperlakukan secara tidak adil.
Jimly menjelaskan bahwa akibat kejadian tersebut lahirlah penilaian bahwa aparat sebagai alat politik.
"Maka muncul praktik kekerasan hukum atas nama ketegasan? Risikonya pasti dirasakn tidak adil. Bahkan aparat dapat saja dinilai jadi alat politik. Maka stop dulu saling benci & tunda dulu persaingan," lanjutnya.
Melalui cuitan berbeda, Jimly Asshiddiqie kemudian mengomentari ceramah Habib Rizieq.
Jimly menjelaskan bahwa ceramah Habib Rizieq tersebut merupakan contoh ceramah yang bersifat menantang dan bermuatan kebencian.
Lebih lanjut mantan ketua MK tersebut meminta kepada aparat untuk menindak hal tersebut.
"Ini contoh ceramah yg bersifat menantang & berisi penuh kebencian & permusuhan yang bagi aparat pasti harus ditindak," jelas Jimly.
Jimly kembali menegaskan jika ceramah bermuatan provokasi dibiarkan maka akibatnya akan meluas.
Ia juga meminta supaya ceramah seperti itu dihentikan, lebih lanjut Jimly menyarankan agar dakwah dilakukan hikmah.
"Jika dibiarkan provokasinya bisa meluas & melebar. Hentikan ceramah seperti ini, apalagi atasnamakan dakwah yang mesti dengan hikmah & mau'zhoh hasanah," pungkas Jimly.
Dalam ceramahnya Imam Besar FPI tersebut menyinggung soal kinerja pemerintah dan lebih khusus Polri.
Habib Rizieq juga menyinggung kasus pemenggalan guru di Perancis akibat dugaan penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
"Saya himbau kepada pemerintah, khususnya kepada Kepolisian kita kasih tau. Kalau tidak mau terjadi peristiwa seperti di Perancis penghina nabi dipenggal saudara," tegas Habib Rizieq.
"Kami minta tolong kalau ada laporan penista-penista agama proses dong, yang menghina nabi, menghina Islam, menghina ulama, Proses! Kalau tidak di proses jangan salahkan umat Islam kalau besok kepalanya ditepokkan dijalanan," lanjutnya.
"Takbir! Allahu Akbar! Siap Bela Nabi! Siap Bela Nabi! Siap Mati untuk Rasullullah! Takbir!," pungkasnya.
Sumber: Jurnal Presisi
« Prev Post
Next Post »