HAMPIR semua milenial pasti mengetahui platform Youtube, mungkin yang tidak mengetahui hanya beberapa persen, dan itupun, boleh jadi mereka yang belum merasakan akses internet didaerah mereka tinggal.
Raffi Ahmad, Baim Wong, Atta Halilintar, Sule, Andre Taulany dan sederet artis lainnya yang telah memiliki akun channel. Mereka ini Rising Star dunia per- Youtube-an Indonesia saat ini. mereka popular, digandrungi, jadi rujukan, bahkan sahabat bagi kaum rebahan yang kerjanya hanya menghabis paket internet disudut kamar mereka.
Sederet artis ini telah menjadikan Youtube sebagai pendapatan tambahan karena banyak diantara mereka yang diliburkan karena dampak Covid-19. Pendapatan dari Youtube ini cukup menggiurkan jika dicermati.
Sebut saja, Raffi Ahmad, lebih-kurang bisa menghasilkan 10 miliar per bulan. Begitu juga dengan Baim Wong, bisa menghasilkan 10-13 miliar per bulan (mengacu Data Social Blade 2020). Bagi mereka, ini merupakan bisnis sekunder yang bisa dilakukan berbarengan dengan aktivitas dan kegiatan sehari-hari.
Kalkulasi keuntungan yang mereka dapatkan, dilihat dari jumlah subscribe, lama nonton (watch time), dan iklan. Semakin banyak dan menarik video yang di upload maka akan semakin menambah jumlah penonton dan iklan yang akan ditayangkan. Sehingga, pendapatan akan semakin berlipat.
Fenomena inilah yang dikalangan milenial menjadi prospek yang menjanjikan.
Disamping kerjanya menyenangkan, hasilnya pun menggiurkan, tanda kutip, jika memenuhi ketentuan. Karena, diantara perilaku milenial, mereka tidak bisa dikekang bekerja dalam ruangan berlama-lama. Mobilitas milenial berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat lain. Untuk itu, mereka sangat cocok berprofesi sebagai Youtuber.
Perubahan Sosial
Sudah mafhum diketahui, dampak perkembangan youtube menjadikan para milenial lebih memilih dan cenderungan ke youtube. Selain bisa eksis, juga bisa cepat popular dikenal orang banyak karena perkembangan dari penonton yang terus bertambah. Sehingga, kalau kita lihat perkembangan youtube hampir kebanyakan dari pengguna platform lain beralih terjun ke youtube disebabkan beberapa keuntungan yang didapatkan lebih dibandingan platform lain.
Jika dicermati, dari anak umur 6 tahun keatas sampai mereka yang remaja, 17 tahun keatas. Dapat diamati, dari kelompok teman, rata-rata hampir semua pengguna smartphones, mereka menunduk, menonton youtube, bermain game online dan mencari informasi yang bermanfaat (milenial bijak).
Menurut hasil riset pasar Statista 2020, Lembaga platform digital Indonesia, mengatakan, 92 persen pengguna internet menjadikan youtube sebagai tujuan pertama mencari konten video. Topik yang dipilih beragam. Makanan, teknologi, politik, sosial, budaya, internasional, komedi, lifestyle, berita dan banyak pilihan sesuai kebutuhan pengguna.
Dampak Negatif
Lalu, apa dampak buruk dari perkembangan youtube ini bagi sosial sekitar? Pertama, seseorang akan lebih individualis tanpa peduli terhadap lingkungan sosial. Contoh, Ketika seorang youtuber sedang membuat konten, mereka tidak akan peduli terhadap apa yang terjadi disekitarnya, mereka hanya memikirkan konten selesai dengan menarik dan sempurna.
Kedua, hal-hal yang seharusnya bersifat privasi menjadi konsumsi publik. Misal, masalah cekcok dalam rumah tangga, beberapa artis ada yang menjadikan masalah rumah tangga menjadi konsumsi publik yang seharusnya dirahasiakan dari mata publik. Tujuan mereka, agar semakin naik rate dan viral di media sosial. Sehingga, menjadi bahan perbincangan yang menempati puncak tertinggi. Atau istilah lain, trending topic.
Ketiga, sifat bangga memamerkan kebaikan yang telah dilakukan. Dalam islam disebut, riya. Yang seharusnya bersifat personal, namun demi sebuah konten menjadi konsumsi publik. Contoh, seorang youtuber merekam moment ketika bagi bantuan kepada kaum yang membutuhkan.
Tukang kebersihan (seragam orange). Biasanya, diajak dialog dulu, menanyakan; berapa penghasilan, sudah makan apa belum, bagaimana keluarga dirumah, sekolah dimana anaknya, cukup tidak hasil dari bekerja, dan beberapa pertanyaan terkait yang mengundang simpati penonton.
Tiga persoalan ini, biasanya sering para youtuber menggunakannya sebagai keywords, yang dampaknya lebih mengena kepada para subscribers dan penonton. Maka, perlu kebijakan dan hati Nurani dari para youtuber, untuk lebih menggunakan cara-cara kreatif yang tidak merugikan salah satu pihak, yang menggunakan ide-ide kreatif, yang lebih mengedukasi penonton terhadap suatu konten.
Banyak contoh, salah satunya, konten podcast Deddy Corbuzier yang memberikan pencerahan terhadap suatu isu, baik politik, sosial, budaya, criminal, korupsi dan sebagainya. Juga, konten Dahlan Iskan dan Sandiaga Uno juga dapat memberi edukasi yang mendidik bagi milenial. Sehingga, nilai-nilai kemanusiaan tidak menjadi dagangan komersil yang hanya mencari keuntungan materi semata.
Ditulis Oleh: Muhammad Irsyad Suardi, Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Universitas Andalas.
Raffi Ahmad, Baim Wong, Atta Halilintar, Sule, Andre Taulany dan sederet artis lainnya yang telah memiliki akun channel. Mereka ini Rising Star dunia per- Youtube-an Indonesia saat ini. mereka popular, digandrungi, jadi rujukan, bahkan sahabat bagi kaum rebahan yang kerjanya hanya menghabis paket internet disudut kamar mereka.
Sederet artis ini telah menjadikan Youtube sebagai pendapatan tambahan karena banyak diantara mereka yang diliburkan karena dampak Covid-19. Pendapatan dari Youtube ini cukup menggiurkan jika dicermati.
Sebut saja, Raffi Ahmad, lebih-kurang bisa menghasilkan 10 miliar per bulan. Begitu juga dengan Baim Wong, bisa menghasilkan 10-13 miliar per bulan (mengacu Data Social Blade 2020). Bagi mereka, ini merupakan bisnis sekunder yang bisa dilakukan berbarengan dengan aktivitas dan kegiatan sehari-hari.
Kalkulasi keuntungan yang mereka dapatkan, dilihat dari jumlah subscribe, lama nonton (watch time), dan iklan. Semakin banyak dan menarik video yang di upload maka akan semakin menambah jumlah penonton dan iklan yang akan ditayangkan. Sehingga, pendapatan akan semakin berlipat.
Fenomena inilah yang dikalangan milenial menjadi prospek yang menjanjikan.
Disamping kerjanya menyenangkan, hasilnya pun menggiurkan, tanda kutip, jika memenuhi ketentuan. Karena, diantara perilaku milenial, mereka tidak bisa dikekang bekerja dalam ruangan berlama-lama. Mobilitas milenial berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat lain. Untuk itu, mereka sangat cocok berprofesi sebagai Youtuber.
Perubahan Sosial
Sudah mafhum diketahui, dampak perkembangan youtube menjadikan para milenial lebih memilih dan cenderungan ke youtube. Selain bisa eksis, juga bisa cepat popular dikenal orang banyak karena perkembangan dari penonton yang terus bertambah. Sehingga, kalau kita lihat perkembangan youtube hampir kebanyakan dari pengguna platform lain beralih terjun ke youtube disebabkan beberapa keuntungan yang didapatkan lebih dibandingan platform lain.
Jika dicermati, dari anak umur 6 tahun keatas sampai mereka yang remaja, 17 tahun keatas. Dapat diamati, dari kelompok teman, rata-rata hampir semua pengguna smartphones, mereka menunduk, menonton youtube, bermain game online dan mencari informasi yang bermanfaat (milenial bijak).
Menurut hasil riset pasar Statista 2020, Lembaga platform digital Indonesia, mengatakan, 92 persen pengguna internet menjadikan youtube sebagai tujuan pertama mencari konten video. Topik yang dipilih beragam. Makanan, teknologi, politik, sosial, budaya, internasional, komedi, lifestyle, berita dan banyak pilihan sesuai kebutuhan pengguna.
Dampak Negatif
Lalu, apa dampak buruk dari perkembangan youtube ini bagi sosial sekitar? Pertama, seseorang akan lebih individualis tanpa peduli terhadap lingkungan sosial. Contoh, Ketika seorang youtuber sedang membuat konten, mereka tidak akan peduli terhadap apa yang terjadi disekitarnya, mereka hanya memikirkan konten selesai dengan menarik dan sempurna.
Kedua, hal-hal yang seharusnya bersifat privasi menjadi konsumsi publik. Misal, masalah cekcok dalam rumah tangga, beberapa artis ada yang menjadikan masalah rumah tangga menjadi konsumsi publik yang seharusnya dirahasiakan dari mata publik. Tujuan mereka, agar semakin naik rate dan viral di media sosial. Sehingga, menjadi bahan perbincangan yang menempati puncak tertinggi. Atau istilah lain, trending topic.
Ketiga, sifat bangga memamerkan kebaikan yang telah dilakukan. Dalam islam disebut, riya. Yang seharusnya bersifat personal, namun demi sebuah konten menjadi konsumsi publik. Contoh, seorang youtuber merekam moment ketika bagi bantuan kepada kaum yang membutuhkan.
Tukang kebersihan (seragam orange). Biasanya, diajak dialog dulu, menanyakan; berapa penghasilan, sudah makan apa belum, bagaimana keluarga dirumah, sekolah dimana anaknya, cukup tidak hasil dari bekerja, dan beberapa pertanyaan terkait yang mengundang simpati penonton.
Tiga persoalan ini, biasanya sering para youtuber menggunakannya sebagai keywords, yang dampaknya lebih mengena kepada para subscribers dan penonton. Maka, perlu kebijakan dan hati Nurani dari para youtuber, untuk lebih menggunakan cara-cara kreatif yang tidak merugikan salah satu pihak, yang menggunakan ide-ide kreatif, yang lebih mengedukasi penonton terhadap suatu konten.
Banyak contoh, salah satunya, konten podcast Deddy Corbuzier yang memberikan pencerahan terhadap suatu isu, baik politik, sosial, budaya, criminal, korupsi dan sebagainya. Juga, konten Dahlan Iskan dan Sandiaga Uno juga dapat memberi edukasi yang mendidik bagi milenial. Sehingga, nilai-nilai kemanusiaan tidak menjadi dagangan komersil yang hanya mencari keuntungan materi semata.
Ditulis Oleh: Muhammad Irsyad Suardi, Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Universitas Andalas.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »