BENTENGSUMBAR.COM - Ekonom senior Rizal Ramli menceritakan kisah pertemanannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pertemanan itu berawal saat Jokowi yang masih tercatat sebagai Gubernur DKI Jakarta, meminta tolong terkait penyelesaian proyek Mass Rapid Transit (MRT) yang mangkrak.
Sebagai catatan, Rizal masih menjabat penasihat ekonomi Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) ketika Jokowi meminta tolong.
Menurut Rizal, Jokowi sangat ingin proyek MRT bisa rampung, tetapi terhambat karena nilai proyek yang tinggi.
Jokowi, seperti dikisahkan Rizal, telah mengganti direksi agar proyek MRT jalan.
Namun, penggantian itu bukan solusi. Proyek MRT masih belum jalan juga.
Hal itu diungkapkan Rizal melalui keterangan resmi tim medianya, Minggu, 25 Oktober 2020.
Rizal sendiri mengisahkan pertemanan dengan Jokowi saat mengisi program pada saluran Youtube Karni Ilyas Club.
"Saya sudah ganti direksinya buat menurunkan biaya, enggak jalan juga. Sepertinya harus negosiasi sama Jepang-nya langsung. Saya enggak punya hubungan di luar negeri, minta tolong Mas Rizal,” kata Rizal menirukan ucapan Jokowi.
Sepekan setelah itu, Rizal Ramllllli bertemu dengan bos MRT yang dimaksud Jokowi di Tokyo, Jepang.
Rizal Ramli pun meminta kepada bos tersebut untuk renegosiasi di Jakarta. Dengan begitu, proyek tetap bisa jalan kembali.
“Akhirnya proyek itu jalan,” tutur Rizal Ramli.
Kabar bakal jalannya proyek MRT, kata Rizal, membuat semringah Jokowi.
Jokowi lantas mengusut Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alis Ahok untuk menemui Rizal Ramli.
Ahok datang untuk meminta Rizal sebagai Komisaris Utama MRT. Namun, kata Rizal, tawaran itu ditolak.
Rizal mengaku tidak mengharapkan imbalan ketika membantu proyek MRT.
“Saya enggak mencari kerjaan, gue sibuk. Kalau Jokowi perlu gue, perlu gue mencarikan solusi, enggak apa-apa, network kami banyak,” ucap Rizal Ramli yang kemudian menolak tawaran tersebut ke Ahok.
Kisah pertemanan dua tokoh itu, terus berlanjut saat Jokowi terpilih sebagai Presiden RI pada 2014.
Jokowi pun mengajak Rizal untuk masuk kabinet dan memegang kendali bidang ekonomi
Namun, keinginan Jokowi pupus. Sebab, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menolak keberadaan Rizal di kabinet ekonomi.
Rizal mengaku tidak heran JK menolaknya ke kabinet.
Hal yang sama juga pernah dilakukan JK kepada Rizal saat era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) periode pertama pada 2004.
“Last minutes saya ditunjuk jadi menteri perindustrian di kabinet pertama SBY. Saya nolak, itu bukan keunggulan saya,” kisah Rizal Ramli.
Hal yang sama terjadi waktu era Jokowi. JK terang-terangan selalu menentang kehadiran Rizal di kabinet.
“Waktu di (era pemerintahan) Jokowi, dia minta saya jadi Menko Perekonomian, Pak JK enggak setuju.”
Hingga suatu hari, Rizal mengaku dipanggil Jokowi ke Istana Bogor. Kala itu, Jokowi sudah menjabat Presiden RI selama setahun.
Saat Rizal datang, Jokowi menerangkan di Istana tak ada kopi dan makanan. Sebab, Jokowi sudah menyuruh banyak pesuruh istana untuk keluar. Hal itu dilakukan demi meminimalisir kebocoran kedatangan Rizal Ramli.
Saat pertemuan, Jokowi meminta Rizal menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Kemaritiman). Tawaran itu ditolak Rizal karena tidak menguasai bidang ilmu tersebut.
Namun, kata Rizal Ramli, Jokowi bersikukuh.
Jokowi justru beranggapan Rizal mengerti masalah dan pemberani.
Dua sikap itu yang dinilai pas untuk jabatan menteri.
"Saya maunya Mas Rizal, karena Mas Rizal orangnya berani, yang kedua, mengerti masalah. Kalau cuma modal berani saja, ya, preman. Kalau ngerti masalah tak ada keberanian, enggak ada perubahan. Jadi saya mau Mas Rizal," kenang Rizal menirukan ucapan Jokowi.
Berkali-kali Rizal menolaknya. Dia bilang kepada Jokowi, silakan menghubunginya kembali jika ada masalah apa pun, Rizal siap membantu.
Akhirnya, Jokowi disebut Rizal mengeluarkan jurus.
Jokowi dengan gaya khas Jawa, menunjukkan kerendahan hatinya pada Rizal agar mau menjabat Menko Kemaritiman.
“Mas Rizal, yang minta tolong sebenarnya bukan saya, tapi yang minta tolong rakyat Indonesia yang kepengin hidupnya lebih baik," tutur Rizal menirukan ucapan Jokowi.
Jurus itu rupanya ampuh. Rizal bersedia menjabat Menko Kemaritiman.
Hanya saja, Rizal memasang yarat untuk mau menjabat Menko Kemaritiman, dan dipenuhi Jokowi.
"Mendengar itu saya lemes. Akhirnya saya bilang saya ambil hikmahnya, tetapi dengan satu permintaan, enggak lapor-lapor ke Pak JK dan dikabulkan,” ucap Rizal Ramli.
Saat itu, banyak hal yang dilakukan. Namun pada akhirnya dia dipanggil untuk diganti karena Istana bilang sedang membutuhkan reorganisasi.
“Ada orang yang terganggu dengan adanya saya. Dahulu JK sangat dominan di tiap sidang kabinet, begitu ada saya, bubar, karena Pak Jokowi lebih dengar saya,” tandas Rizal Ramli.
(*)
« Prev Post
Next Post »