SEORANG laki laki berusia di atas 60 tahun tiba tiba nyelonong masuk rumah saya. Saya kaget, kok begitu berani dia masuk, padahal belum sempat saya persilahkan.
Tidak seperti biasanya, dia langsung duduk di kursi tamu pada deretan yang agak ke dalam, yang lazimnya ditempati tuan rumah.
"Kini sagalo raso jo malu batinggaan mah. Ndak ado tampek batenggang lai," katanya mengawali pembicaraan.
Saya tanyakan apa masalah? Dia lantas bercerita, bahwa sejak beberapa hari terakhir ini tidak ada lagi pekerjaan.
Mengojek tidak bisa lagi, karena motor dilarang bawa penumpang. Calon penumpang juga takut, sehingga langganan yang biasanya naik ojek, lebih suka jalan kaki. Mendingan Ojol, masih bisa jemput antar barang atau makanan.
"HP ko ndak Badariang lai. Kapatang lai juo badariang tigo kali. Tapi hari ko, lah patang lo hari alun ado badariang HP ko lai," jelasnya.
Lelaki tua ini sehari hari bekerja sebagai tukang ojek biasa. Rutenya Lubeg-Pasar Raya. Pelanggannya cukup menelpon jika hendak ke pasar, lalu dia jemput.
Akan tetapi sejak Pasar Raya ditutup, pelanggannya tidak ada lagi. Pelanggan lain juga tidak ada yang mau naik ojek, karena takut diturunkan di pos chekpoint.
Sementara, katanya, bantuan yang dijanjikan pemerintah belum juga turun.
"Paniang kini mah, jo aa anak bini ka diagiah makan," keluhnya, sembari berharap saya memberinya uang seberapa suka.
Ini adalah contoh warga yang terdampak oleh kebijakan PSBB dalam rangka pencegahan meluasnya penularan covid-19.
Pasti banyak warga yang bernasib sama dengan lelaki ini, meski berbeda profesi.
Oleh sebab itu saya mengimbau agar Pemda segera mencairkan bantuan bagi warga yang terdampak ini.
Jika masih dibiarkan berlanjut, akan membuat suasana menjadi tidak kondusif. Angka krimal bisa meningkat. Tentu makin banyak masalah yang harus dihadapi.
(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »