BENTENGSUMBAR.COM - PAN menanggapi pernyataan politikus Partai Demokrat (PD) Andi Arief yang mengatakan di pemerintahan mendatang tidak akan ada oposisi, melainkan 'minoritas terkucilkan'. PAN berbicara soal manfaat oposisi bagi demokrasi.
"Oposisi tetap memiliki manfaat besar jika dilihat dari perspektif demokrasi. Oposisi dengan segala kekuatan yang dimiliki harus tetap menyuarakan aspirasi masyarakat. Kalau tidak ada oposisi, kelompok masyarakat yang berbeda dengan pemerintah tentu tidak bisa menyampaikannya lewat jalur parlemen," kata Wasekjen PAN Saleh Daulay kepada wartawan, Minggu, 30 Juni 2019.
Menurut Saleh, peran oposisi bagi pemerintah dengan sistem demokrasi tidak akan sia-sia. Ia lantas menyinggung soal perolehan suara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 44,50 persen.
Saleh mengatakan para pemilih tersebut merupakan contoh kelompok yang aspirasinya harus diakomodasi. Karena itu, lanjut dia, oposisi penting untuk menyuarakan aspirasi mereka.
"Tidak ada yang sia-sia kalaupun jadi oposisi. Faktanya, ada 44,5 persen masyarakat yang memilih Prabowo-Sandi pada pilpres yang lalu. Kelompok masyarakat ini tentulah masih memperhatikan dan mengikuti semua dinamika politik yang ada. Apalagi, mereka-mereka ini diyakini sebagai pemilih cerdas," tuturnya.
"Jadi, kalaupun oposisinya dianggap minoritas ya tidak apa-apa. Kalaupun dikucilkan, tentu tidak mengurangi peran dan hak konstitusional partai-partai itu di parlemen," tegas Saleh.
Sementara itu, Saleh menegaskan PAN belum menentukan sikap politik pascapilpres. Ia menyebut keputusan menjadi oposisi atau koalisi pemerintah akan ditetapkan melalui rakernas partai.
"Posisi PAN akan ditentukan setelah rakernas nanti. Kecenderungan posisi yang diambil sudah ada. Tetapi karena belum diputuskan secara formal, belum bisa dianggap sebagai langkah dan kebijakan partai," ucapnya.
Andi Arief sebelumnya memandang bakal ada partai minoritas di parlemen. Dia menduga ada dua alasan partai-partai di parlemen nanti jadi minoritas.
"Menurut saya, tidak ada oposisi, yang ada potensi menjadi minoritas di parlemen karena dua hal: pertama, tidak diajak bergabung. Kedua, diajak bergabung tapi menolak. Itulah kenyataan saat ini yang berbeda dengan 2014, di mana Jokowi-JK harus menarik Golkar dan PPP/PAN untuk mayoritas," ucap Andi Arief.
"Dalam demokrasi tidak selalu menjadi minoritas di parlemen adalah pilihan keren dan dianggap merepresentasikan aspirasi masyarakat. Dalam banyak pelajaran justru minoritas dalam parlemen masuk kategori kekuatan terkucil," imbuhnya.
(Source: detik.com)
"Oposisi tetap memiliki manfaat besar jika dilihat dari perspektif demokrasi. Oposisi dengan segala kekuatan yang dimiliki harus tetap menyuarakan aspirasi masyarakat. Kalau tidak ada oposisi, kelompok masyarakat yang berbeda dengan pemerintah tentu tidak bisa menyampaikannya lewat jalur parlemen," kata Wasekjen PAN Saleh Daulay kepada wartawan, Minggu, 30 Juni 2019.
Menurut Saleh, peran oposisi bagi pemerintah dengan sistem demokrasi tidak akan sia-sia. Ia lantas menyinggung soal perolehan suara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 44,50 persen.
Saleh mengatakan para pemilih tersebut merupakan contoh kelompok yang aspirasinya harus diakomodasi. Karena itu, lanjut dia, oposisi penting untuk menyuarakan aspirasi mereka.
"Tidak ada yang sia-sia kalaupun jadi oposisi. Faktanya, ada 44,5 persen masyarakat yang memilih Prabowo-Sandi pada pilpres yang lalu. Kelompok masyarakat ini tentulah masih memperhatikan dan mengikuti semua dinamika politik yang ada. Apalagi, mereka-mereka ini diyakini sebagai pemilih cerdas," tuturnya.
"Jadi, kalaupun oposisinya dianggap minoritas ya tidak apa-apa. Kalaupun dikucilkan, tentu tidak mengurangi peran dan hak konstitusional partai-partai itu di parlemen," tegas Saleh.
Sementara itu, Saleh menegaskan PAN belum menentukan sikap politik pascapilpres. Ia menyebut keputusan menjadi oposisi atau koalisi pemerintah akan ditetapkan melalui rakernas partai.
"Posisi PAN akan ditentukan setelah rakernas nanti. Kecenderungan posisi yang diambil sudah ada. Tetapi karena belum diputuskan secara formal, belum bisa dianggap sebagai langkah dan kebijakan partai," ucapnya.
Andi Arief sebelumnya memandang bakal ada partai minoritas di parlemen. Dia menduga ada dua alasan partai-partai di parlemen nanti jadi minoritas.
"Menurut saya, tidak ada oposisi, yang ada potensi menjadi minoritas di parlemen karena dua hal: pertama, tidak diajak bergabung. Kedua, diajak bergabung tapi menolak. Itulah kenyataan saat ini yang berbeda dengan 2014, di mana Jokowi-JK harus menarik Golkar dan PPP/PAN untuk mayoritas," ucap Andi Arief.
"Dalam demokrasi tidak selalu menjadi minoritas di parlemen adalah pilihan keren dan dianggap merepresentasikan aspirasi masyarakat. Dalam banyak pelajaran justru minoritas dalam parlemen masuk kategori kekuatan terkucil," imbuhnya.
(Source: detik.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »