BENTENGSUMBAR. COM - Ancaman serius perilaku menyimpang Lesbian, Gay, Bisexual dan Trangender (LGBT) di Sumatera Barat perlu menjadi perhatian bersama seluruh komponen masyarakat. Data Tim Konselor Sumbar Januari - Maret 2018 meningkatkanya angka Kasus HIV Aids 10.507 orang di Sumbar.
"LGBT telah merusak generasi muda Sumbar. Kira-kira di penghujung tahun 2017, kita dikejutkan oleh pemberitaan media massa terkait perkembangan prilaku LGBT Sumbar yang angka cukup besar dan mencoreng Ranah Minang yang dikenal dengan filosofi Adat Bansani Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ASB-SBK)," ungkap Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit saat membuka acara Desiminasi Inovasi Daerah, Ancaman LGBT, Antisipasi serta Penanganannya di Sumatera Barat di Auditorium Gubernuran Sumbar, Kamis, 27 Desember 2018.
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Komisi V DPRD Sumbar, Rektor Perguruan Tinggi, Ketua Pengadilan Agama, Kakanwil Kementerian Agama, Asisten dan Beberapa Kepala Oraganisasi Perangkat Daerah (OPD), Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), Bundo Kanduang, Ketua Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Indonesia, Wanita Muhammadiyah, Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia, Kepala Sekolah, Guru SMA, SMK, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Komunitas, dan Kelompok Masyarakat se-Sumatera Barat.
"Terhadap pemberitaan itu, kita sikapi dengan memerintahkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) untuk melakukan kajian. Dan terungkap LGBT seolah-olah sebagai gaya hidup yang disamarkan sebagai prilaku menyimpang. Penyebaran dilakukan secara massif dan berkembang dengan peningkatan yang signifikan di beberapa kabupaten/kota di Sumbar," ujarnya.
Ia mengatakan, sejarah seringkali mengalami pengulangan, kaum Luth pernah dihancurkam Allah karena prilaku LGBT. "Tentunya kita tidak ingin terjadi di Sumatera Barat, untuk itu mari katakan tidak untuk LGBT dan kita perangi bersama prilaku LGBT dengan langkah-langkah kongkrit guna memusnahkan prilaku LGBT di Sumbar," tegasnya.
Dikatakannya, Pemprov Sumbar bersama DPRD saat ini sedang melakukan proses penyiapan regulasi guna menekan dan mengendalikan LGBT di Sumbar. "Kita bangga dan senang baru Pemko Pariaman telah ada Peraturan Daerah (Perda) LGBT. Mungkin kabupaten/kota yang lain bisa belajar ke Pariaman. Karena saat ini sasaran dari Pelaku LGBT mencari korban anak-anak yang sedang mencari jati diri, SMP, SMA Mahasiswa dan parahnya korban biasanya terjerat jadi pelaku dan mencari korban berikutnya," jelasnya.
"Kita tentu tidak berkeinginan generasi muda Sumatera Barat rusak parah karena pengaruh buruk LGBT. Untuk itu perlu antisipasi dini, orang tua, guru, dosen dan staf pengajar lainnya sebagai benteng masuk pengaruh LGBT," serunya.
Kepala Balitbang, Reti Wafda mengatakan, persoalan LGBT sangat berkaitan dengan peningkatan jumlah penderita HIV/Aids yang tiap tahun terus mengalami peningkatan yang sangat memprihatinkan. Hasil Survei Terpadu Biologis Perilaku dari Tahun 2007, 2011 dan 2015 terlihat bahwa: Prevalensi HIV tertinggi terlihat pada thn 2015 adalah pada kelompok penasun, tetapi prevalensi menurun dibandingkan dengan prevalensi tahun 2007 dari 52.4% turun menjadi 28,78%. Sedangkan pada kelompok LSL terlihat ada peningkatan prevalensi, pada thn 2007 sebanyak 5,33% meningkat pada tahun 2015 menjadi 25,80%.
Untuk itu, kata Reti, untuk butuh arak kebijakan terpadu dalam menyikapi kondisi ini yang terintegrasi, komprehensip, berkesinambungan dalam penanggulangan LGBT dan HIV Aids. Kedua kebijakan rencana aksi kegiatan yang mengimplementasikan dengan melibatkan semua pihak. Dan adanya regulasi kebijakan dalam upaya penanggulangan LGBT dan HIV/Aids.
Editor: Zamri Yahya, SHI
Laporan: Zardi Syahrir
"LGBT telah merusak generasi muda Sumbar. Kira-kira di penghujung tahun 2017, kita dikejutkan oleh pemberitaan media massa terkait perkembangan prilaku LGBT Sumbar yang angka cukup besar dan mencoreng Ranah Minang yang dikenal dengan filosofi Adat Bansani Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ASB-SBK)," ungkap Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit saat membuka acara Desiminasi Inovasi Daerah, Ancaman LGBT, Antisipasi serta Penanganannya di Sumatera Barat di Auditorium Gubernuran Sumbar, Kamis, 27 Desember 2018.
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Komisi V DPRD Sumbar, Rektor Perguruan Tinggi, Ketua Pengadilan Agama, Kakanwil Kementerian Agama, Asisten dan Beberapa Kepala Oraganisasi Perangkat Daerah (OPD), Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), Bundo Kanduang, Ketua Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Indonesia, Wanita Muhammadiyah, Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia, Kepala Sekolah, Guru SMA, SMK, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Komunitas, dan Kelompok Masyarakat se-Sumatera Barat.
"Terhadap pemberitaan itu, kita sikapi dengan memerintahkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) untuk melakukan kajian. Dan terungkap LGBT seolah-olah sebagai gaya hidup yang disamarkan sebagai prilaku menyimpang. Penyebaran dilakukan secara massif dan berkembang dengan peningkatan yang signifikan di beberapa kabupaten/kota di Sumbar," ujarnya.
Ia mengatakan, sejarah seringkali mengalami pengulangan, kaum Luth pernah dihancurkam Allah karena prilaku LGBT. "Tentunya kita tidak ingin terjadi di Sumatera Barat, untuk itu mari katakan tidak untuk LGBT dan kita perangi bersama prilaku LGBT dengan langkah-langkah kongkrit guna memusnahkan prilaku LGBT di Sumbar," tegasnya.
Dikatakannya, Pemprov Sumbar bersama DPRD saat ini sedang melakukan proses penyiapan regulasi guna menekan dan mengendalikan LGBT di Sumbar. "Kita bangga dan senang baru Pemko Pariaman telah ada Peraturan Daerah (Perda) LGBT. Mungkin kabupaten/kota yang lain bisa belajar ke Pariaman. Karena saat ini sasaran dari Pelaku LGBT mencari korban anak-anak yang sedang mencari jati diri, SMP, SMA Mahasiswa dan parahnya korban biasanya terjerat jadi pelaku dan mencari korban berikutnya," jelasnya.
"Kita tentu tidak berkeinginan generasi muda Sumatera Barat rusak parah karena pengaruh buruk LGBT. Untuk itu perlu antisipasi dini, orang tua, guru, dosen dan staf pengajar lainnya sebagai benteng masuk pengaruh LGBT," serunya.
Kepala Balitbang, Reti Wafda mengatakan, persoalan LGBT sangat berkaitan dengan peningkatan jumlah penderita HIV/Aids yang tiap tahun terus mengalami peningkatan yang sangat memprihatinkan. Hasil Survei Terpadu Biologis Perilaku dari Tahun 2007, 2011 dan 2015 terlihat bahwa: Prevalensi HIV tertinggi terlihat pada thn 2015 adalah pada kelompok penasun, tetapi prevalensi menurun dibandingkan dengan prevalensi tahun 2007 dari 52.4% turun menjadi 28,78%. Sedangkan pada kelompok LSL terlihat ada peningkatan prevalensi, pada thn 2007 sebanyak 5,33% meningkat pada tahun 2015 menjadi 25,80%.
Untuk itu, kata Reti, untuk butuh arak kebijakan terpadu dalam menyikapi kondisi ini yang terintegrasi, komprehensip, berkesinambungan dalam penanggulangan LGBT dan HIV Aids. Kedua kebijakan rencana aksi kegiatan yang mengimplementasikan dengan melibatkan semua pihak. Dan adanya regulasi kebijakan dalam upaya penanggulangan LGBT dan HIV/Aids.
Editor: Zamri Yahya, SHI
Laporan: Zardi Syahrir
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »