BENTENGSUMBAR. COM - Politikus PAN Eggi Sudjana berbicara politik banci karena tidak sependapat dengan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang menyebut politik SARA mengemuka sejak Pilgub DKI 2017. Partai Demokrat (PD) menanggapi Eggi.
"Setelah Pilkada DKI 2017, terjadi pengentalan. Kekuatan kiri, sebagian tengah, dan minoritas di satu kubu. Kubu lain kanan, sebagian tengah. Demokrat berupaya tarik sebagian kiri/kanan dan minoritas menyatu di kekuatan tengah agar tidak bipolar yang bahaya. Eggi Sudjana salah tafsir," kata Wasekjen PD Andi Arief dalam keterangan kepada wartawan, Senin, 12 November 2018.
Andi lantas berbicara soal stabilnya iklim politik pada era 2004-2014. Menurut dia, Pilkada DKI 2017 memang mengubah beberapa hal dalam politik.
"Politik stabil 2004-2014 adalah persatuan nasional antara mayoritas tengah, sebagian kiri, dan sebagian kanan, serta kelompok minoritas dalam Indonesia bersatu. Itulah mengapa terjadi kedamaian dalam multipartai dan menopang ekonomi tumbuh," ucap Andi.
"Setelah Pilkada DKI 2017, PDIP menjadi seperti fusi 1973. Sementara dua kelompok fusi lain, Islam dan Nasionalis Tengah, pecah akibat pilpres. Gerindra menjadi kekuatan nasionalis kanan. Islam moderat PKB dan Golkar/Demokrat tetap jadi tengah yang sedang ditarik-tarik dalam 2 kubu," imbuh dia.
Demokrat, kata Andi, selalu belajar dari sejarah. Pada era SBY, katanya, iklim politik stabil. Andi lantas bicara soal kondisi politik era Presiden Joko Widodo yang disebutnya ada semacam bipolarisasi.
"Partai Demokrat belajar dari pendahulu yang presidennya berupaya hindari politik bipolar dengan cara demokratis. Soekarno dengan Nasakom, Soeharto dengan fusi. Sayangnya, mereka lakukan dengan paksaan dan akali UU seperti Jokowi yang ngakali parlemen dan UU serta MK untuk politik bipolar," sebut Andi.
Menurut Andi, Eggi merupakan korban politik bipolar tersebut. Dia menyebut saat ini memang terjadi politik bipolar.
"Eggi Sudjana adalah salah satu dari sekian tokoh politik yang menjadi korban tidak berdosa atas upaya bipolarisasi Jokowi yang mengakali parlemen, UU, dan MK. Eggi terjerumus dalam nikmatnya benturan Islam dan nasionalis seakan jadi laki-laki sejati dengan keislamannya," imbuh Andi.
Sebelumnya, SBY menyebut ada perubahan politik Indonesia sejak Pilkada DKI Jakarta tahun lalu. Perubahan itu ditandai dengan mengemukanya politik identitas dan SARA.
"Politik Indonesia tanpa kita sadari sejak tahun 2017 telah berubah, sejak berlangsungnya Pilkada Jakarta 2017 lalu. Saya berani mengatakan bahwa politik kita telah berubah. Apa yang berubah? Yang berubah adalah makin mengemukanya politik identitas atau politik SARA dan politik yang sangat dipengaruhi oleh ideologi dan paham," kata SBY, Sabtu, 10 November 2018.
Eggi tak sependapat dengan SBY. Dia lalu bicara soal politik banci.
"Saya tidak sependapat dengan SBY. Kalau ngikutin pendapat SBY, jadi banci. Nggak jelas ya. Netral itu setan bisu dalam perspektif tauhid. Dia setan, tapi bisu, tapi kan tetep setan. Saya nggak bilang dia setan. Ini kan soal sikap, jangan dipelintir. Kalau politik banci, benar," kata Eggi, Minggu, 11 November 2018.
(Sumber: detik.com)
"Setelah Pilkada DKI 2017, terjadi pengentalan. Kekuatan kiri, sebagian tengah, dan minoritas di satu kubu. Kubu lain kanan, sebagian tengah. Demokrat berupaya tarik sebagian kiri/kanan dan minoritas menyatu di kekuatan tengah agar tidak bipolar yang bahaya. Eggi Sudjana salah tafsir," kata Wasekjen PD Andi Arief dalam keterangan kepada wartawan, Senin, 12 November 2018.
Andi lantas berbicara soal stabilnya iklim politik pada era 2004-2014. Menurut dia, Pilkada DKI 2017 memang mengubah beberapa hal dalam politik.
"Politik stabil 2004-2014 adalah persatuan nasional antara mayoritas tengah, sebagian kiri, dan sebagian kanan, serta kelompok minoritas dalam Indonesia bersatu. Itulah mengapa terjadi kedamaian dalam multipartai dan menopang ekonomi tumbuh," ucap Andi.
"Setelah Pilkada DKI 2017, PDIP menjadi seperti fusi 1973. Sementara dua kelompok fusi lain, Islam dan Nasionalis Tengah, pecah akibat pilpres. Gerindra menjadi kekuatan nasionalis kanan. Islam moderat PKB dan Golkar/Demokrat tetap jadi tengah yang sedang ditarik-tarik dalam 2 kubu," imbuh dia.
Demokrat, kata Andi, selalu belajar dari sejarah. Pada era SBY, katanya, iklim politik stabil. Andi lantas bicara soal kondisi politik era Presiden Joko Widodo yang disebutnya ada semacam bipolarisasi.
"Partai Demokrat belajar dari pendahulu yang presidennya berupaya hindari politik bipolar dengan cara demokratis. Soekarno dengan Nasakom, Soeharto dengan fusi. Sayangnya, mereka lakukan dengan paksaan dan akali UU seperti Jokowi yang ngakali parlemen dan UU serta MK untuk politik bipolar," sebut Andi.
Menurut Andi, Eggi merupakan korban politik bipolar tersebut. Dia menyebut saat ini memang terjadi politik bipolar.
"Eggi Sudjana adalah salah satu dari sekian tokoh politik yang menjadi korban tidak berdosa atas upaya bipolarisasi Jokowi yang mengakali parlemen, UU, dan MK. Eggi terjerumus dalam nikmatnya benturan Islam dan nasionalis seakan jadi laki-laki sejati dengan keislamannya," imbuh Andi.
Sebelumnya, SBY menyebut ada perubahan politik Indonesia sejak Pilkada DKI Jakarta tahun lalu. Perubahan itu ditandai dengan mengemukanya politik identitas dan SARA.
"Politik Indonesia tanpa kita sadari sejak tahun 2017 telah berubah, sejak berlangsungnya Pilkada Jakarta 2017 lalu. Saya berani mengatakan bahwa politik kita telah berubah. Apa yang berubah? Yang berubah adalah makin mengemukanya politik identitas atau politik SARA dan politik yang sangat dipengaruhi oleh ideologi dan paham," kata SBY, Sabtu, 10 November 2018.
Eggi tak sependapat dengan SBY. Dia lalu bicara soal politik banci.
"Saya tidak sependapat dengan SBY. Kalau ngikutin pendapat SBY, jadi banci. Nggak jelas ya. Netral itu setan bisu dalam perspektif tauhid. Dia setan, tapi bisu, tapi kan tetep setan. Saya nggak bilang dia setan. Ini kan soal sikap, jangan dipelintir. Kalau politik banci, benar," kata Eggi, Minggu, 11 November 2018.
(Sumber: detik.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »