BENTENGSUMBAR. COM - Maraknya isu SARA yang menerpa Partai Perindo sangat disesalkan oleh Ketua DPW Partai Perindo Provinsi Sumatera Barat, Muhammad Tauhid.
"Ini yang sangat kita sayangkan. Isu SARA itu sengaja mereka lempar untuk melemahkan perjuangan Partai Perindo, tapi semangat kami tidak surut dalam membesarkan partai," ungkapnya, Kamis, 2 Agustus 2018, di Padang.
Ia menegaskan, semua pengurus Partai Perindo Sumbar adalah muslim, kecuali di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Itu pun karena kondisi dan situasi di daerah tersebut.
"Semua pengurus Perindo Sumbar Muslim, kecuali di Mentawai, karena kondisi dan situasi di sana tidak memungkinkan," ungkap bakal calon anggota DPR RI dari Dapil Sumbar 1 ini.
Termasuk bakal calon anggota legislatif dari Partai Perindo di Sumbar, jelas Tauhid, semuanya muslim, kecuali di Mentawai. Partai lain juga ada pengurus dan bacalegnya non muslim.
Kasus terbaru menghantam Perindo di Sumbar adalah bantuan Yayasan Pesantren Indonesia yang didirikan Hary Tanoesoedibjo dan beberapa orang ulama dari berbagai ormas Islam.
"Yayasan itu tidak ada kaitannya sebenarnya dengan Perindo, karena itu pribadi Pak HT dan beberapa orang ulama. Bantuan yang diberikan pun berdasarkan masukan dari para ulama, seperti Mahfud MD, Ketua Umum PBNU, Gus Solah. Namun tak ada kaitan dengan Partai Perindo," ujarnya.
Cerintanya, kata Tauhid, waktu itu Hary Tanoesoedibjo dalam suatu perjalanan dari Surabaya. Ia pun singah di salah satu pesantren dan setelah melihat kondisi pesantren tersebut timbul niat Hary Tanoesoedibjo untuk mendirikan Yayasan Peduli Pesantren.
"Ini murni gerakan kemanusian oleh Pak HT bersama beberapa orang ulama. Tapi saya dengar di Sumbar ada penolakkan dari beberapa orang ulama. Padahal, di Sumbar belum ada rencana pemberian bantuan," tegasnya.
Tauhid menceritakan salah seorang temannya pernah menceritakan kepadanya. Temannya itu tinggal di Jerman. Temannya itu memberitahu Tauhid, di Jerman itu ada masjid termegah yang dibangun berkat bantuan non muslim dan gereja.
"Untuk itu, saya meminta kepada para ulama, jangan dijadikan agama itu untuk kepentingan politik. Mari kita melihat partai politik ini, landasannya adalah Pancasila dan UUD 45," cakapnya.
Digunakannya isu SARA untuk menghambat perkembangan Partai Perindo di Sumbar, menurut Tauhid, tidak tepat. Karena setiap warga negara mempunyai hak bersama partai politik yang sah dan legal serta diakui Undang-undang.
(by)
"Ini yang sangat kita sayangkan. Isu SARA itu sengaja mereka lempar untuk melemahkan perjuangan Partai Perindo, tapi semangat kami tidak surut dalam membesarkan partai," ungkapnya, Kamis, 2 Agustus 2018, di Padang.
Ia menegaskan, semua pengurus Partai Perindo Sumbar adalah muslim, kecuali di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Itu pun karena kondisi dan situasi di daerah tersebut.
"Semua pengurus Perindo Sumbar Muslim, kecuali di Mentawai, karena kondisi dan situasi di sana tidak memungkinkan," ungkap bakal calon anggota DPR RI dari Dapil Sumbar 1 ini.
Termasuk bakal calon anggota legislatif dari Partai Perindo di Sumbar, jelas Tauhid, semuanya muslim, kecuali di Mentawai. Partai lain juga ada pengurus dan bacalegnya non muslim.
Kasus terbaru menghantam Perindo di Sumbar adalah bantuan Yayasan Pesantren Indonesia yang didirikan Hary Tanoesoedibjo dan beberapa orang ulama dari berbagai ormas Islam.
"Yayasan itu tidak ada kaitannya sebenarnya dengan Perindo, karena itu pribadi Pak HT dan beberapa orang ulama. Bantuan yang diberikan pun berdasarkan masukan dari para ulama, seperti Mahfud MD, Ketua Umum PBNU, Gus Solah. Namun tak ada kaitan dengan Partai Perindo," ujarnya.
Cerintanya, kata Tauhid, waktu itu Hary Tanoesoedibjo dalam suatu perjalanan dari Surabaya. Ia pun singah di salah satu pesantren dan setelah melihat kondisi pesantren tersebut timbul niat Hary Tanoesoedibjo untuk mendirikan Yayasan Peduli Pesantren.
"Ini murni gerakan kemanusian oleh Pak HT bersama beberapa orang ulama. Tapi saya dengar di Sumbar ada penolakkan dari beberapa orang ulama. Padahal, di Sumbar belum ada rencana pemberian bantuan," tegasnya.
Tauhid menceritakan salah seorang temannya pernah menceritakan kepadanya. Temannya itu tinggal di Jerman. Temannya itu memberitahu Tauhid, di Jerman itu ada masjid termegah yang dibangun berkat bantuan non muslim dan gereja.
"Untuk itu, saya meminta kepada para ulama, jangan dijadikan agama itu untuk kepentingan politik. Mari kita melihat partai politik ini, landasannya adalah Pancasila dan UUD 45," cakapnya.
Digunakannya isu SARA untuk menghambat perkembangan Partai Perindo di Sumbar, menurut Tauhid, tidak tepat. Karena setiap warga negara mempunyai hak bersama partai politik yang sah dan legal serta diakui Undang-undang.
(by)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »