BENTENGSUMBAR.COM - Survei preferensi politik masyarakat DKI dari Charta Politika Indonesia mengungkapkan, elektabilitas pasangan cagub DKI Jakarta Basuki T Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat mengungguli dua rivalnya dengan raihan 34,3 persen. Sedangkan pasangan nomor urut 3 Anies-Sandi hanya memperoleh 28,5 persen.
Pasangan nomor urut 1 Agus-Sylvi mengalami kecendurungan turun karena hanya menggenggam 19,0 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menyebut, tren elektabilitas top of mind Ahok dan Anies cenderung meningkat sementara Agus menurun.
"Pada Januari 2017 elektabilitas Agus-Sylvi 22,5 persen, sedangkan Ahok-Djarot 31,0 persen. Pasangan Anies-Sandi 23,5 persen. Maka, terdapat tren pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi meningkat sedangkan Agus-Sylvi menurun," kata Yunarto dalam konferensi pers Charta Politika bertajuk "Prediksi Hasil Akhir Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017" di Kantor Charta Politika, Jakarta, Sabtu (11/2).
Pengumpulan data dilakukan pada 3-8 Februari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuisioner terstruktur dengan jumlah sampel sebanyak 764 responden dari 800 yang direncanakan yang tersebar di lima wilayah kota administrasi Jakarta. Metode yang digunakan acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of eror kurang lebih 3,5 persen.
Dalam survei juga terungkap bahwa pasangan Ahok-Djarot merupakan cagub-cawagub yang paling dikenal dan disukai responden. Sebanyak 48,8 persen responden mengaku mengenal Ahok selaku cagub sedangkan 40,2 persen responden mengaku mengenal Djarot selaku cawagub.
Sebanyak 39,1 persen responden mengaku menyukai Ahok selaku cagub, dan 36,4 persen responden menyukai Djarot sebagai cawagub. Sedangkan yang menyukai Anies 33,8 persen, yang suka Agus hanya 22,6 persen.
Para responden juga diberikan pertanyaan, apabila Pilkada DKI dilaksanakan hari ini pasangan mana yang bakal dipilih. Jawaban paling banyak memilih Ahok (39,0 persen), Anies (31,9 persen) dan Agus (21,3 persen). Ahok masih dominan karena cenderung terus meningkat sejak survei Charta Politika yang dilakukan sejak November 2016-Februari 2017.
Responden juga ditanyai tentang serangkaian acara debat yang diselenggarakan Januari 2017. Responden menilai pasangan Ahok-Djarot lebih unggul (36,9 persen) disaingi pasangan Anies-Sandi (32,3 persen) diikuti Agus-Sylvi (15,7 persen).
Menurut Charta Politika, di seluruh wilayah Jakarta (Pusat, Barat, Timur, Utara, dan Selatan), pasangan Anies-Sandi mampu menyaingi pasangan Ahok-Djarot. Pasangan Ahok-Djarot unggul di Jakarta Pusat, Utara, Barat, dan Selatan. Sedangkan Anies-Sandi unggul di Jakarta Timur.
Demikian pula Lembaga Para Syndicate yang mengeluarkan hasil survei pasangan calon (Paslon) Gubernur DKI Jakarta pada Jumat (10/2) kemaren. Hasilnya, paslon nomor urut dua yaitu Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) mengungguli dua Paslon lainnya.
Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (10/2) sore mengemukakan elektabilitas Ahok-Djarot mencapai 33,12 persen. Disusul paslon nomor urut tiga, Anis Baswedan dan Sandiaga Uno sebesar 28,55 persen. Sementara Paslon Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni hanya 25,76 persen.
“Jika Pilkada dilakukan hari ini maka Ahok-Djarot masih teratas, disusul Anis-Sandi. Angka swing voters masih tinggi yaitu 12,57 persen. Debat terakhir malam ini akan menjadi penentuan,” kata Ari.
Ia menjelaskan lembaganya tidak melakukan survei lapangan seperti lembaga-lembaga lain. Lembaganya hanya mengolah, menganalisis dan memprediksi berdasarkan 11 lembaga survei yang telah mempublikasi hasil surveinya.
“Yang kami lakukan adalah model meta survei. Kami mengolah hasil 11 lembaga survei. Ada 24 kali rilis atau publikasi. Kami olah data 11 lembaga itu sejak Oktober 2016 hingga Februari 2017,” jelas Ari.
Dia menegaskan dengan model meta survei, yang dilihat adalah rata-rata dari hasil 11 lembaga survei tersebut. Pengamatan utama adalah pola dan tren yang dihasilkan atas tiga pasangan calon. Dengan cara tersebut bisa dilihat siapa yang punya elektabilitas paling tinggi, termasuk siapa yang berpeluang masuk putaran kedua.
Kesebelas lembaga survei yang dianalisis hasil adalah Indikator Politik Indonesia, SMRC, PolMark Indonesia, Poltracking dan Populi Center. Lembaga lainnya adalah Charta Politica, Lingkaran Survei Indonesia (Denny JA), Lembaga Survei Indonesia (Saiful Mudjani), LKPI, Median, dan Litbang Kompas.
Dari hasil pengamatan 11 lembaga survei itu diketahui pula rata-rata elektabilitas ketiga pasangan calon sejak Oktober 2016 hingga Februari 2017 adalah Ahok-Djarot 31,12 persen. Disusul Agus-Syilvi 26,47 persen dan Anis-Sandi 25,39 persen. Yang tidak menentukan pilihan mencapai 17,45 persen.
“Dari hasil analisis kami, pasangan nomor urut dua akan melaju ke putaran kedua. Penantangnya masih akan ditentukan dalam debat malam ini. Tetapi peluang yang paling besar adalah Anis-Sandi,” ungkapnya.
Pada debat final kandidat gubernur-wakil gubernur Pilgub DKI Jakarta Jumat (10/3) malam ternyata masih diwarnai strategi serangan personal kepada lawan masing-masing, khususnya untuk menghantam calon petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
Pengajar komunikasi Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi mengatakan secara keseluruhan, pasangan nomor satu Agus Harimurti-Sylviana Murni dinilai makin tergerus dan limpahan suaranya direbut oleh Basuki (Ahok)-Djarot dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
“Kalau mau objektif, debat ketiga ini akan semakin menggerus perolehan poin yang dimiliki Agus – Sylvi. Sebaliknya Ahok-Djarot dan pasangan Anies-Sandi mengambil profit taking atau aksi ambil untung dari jalannya debat," ulas Ari.
Lebih lanjut, dia menyayangkan para kandidat yang lebih mengedepankan serangan personal kepada kandidat lainnya. Akibat serangan-serangan personal, para pasangan calon gagal mengeksplorasi program-program yang ditawarkan.
"Pasangan Agus–Silvy semakin terlihat abstrak dalam memaparkan programnya, sedangkan Ahok-Djarot terpancing emosinya akibat serangan personal. Pasangan Anies-Sandi pun juga masih terkesan teoritis,” jelas Ari Junaedi.
Walau demikian, Ari Junaedi menilai bahwa debat final tetap berimbas dengan semakin kurangnya ketidakyakinan para pemilih terhadap kandidat. Menurutnya, angka undecided voters sebesar 7 persen seperti hasil survei berbagai lembaga, akan makin menurun.
"Memasuki minggu tenang, kesempatan para calon untuk mempengaruhi calon pemilih semakin terbatas. Preferensi calon pemilih terhadap pilihannya sudah semakin kuat," kata Ari, yang juga staf ahli bidang Pilkada di Kementerian Dalam Negeri. (by/beritasatu)
Pasangan nomor urut 1 Agus-Sylvi mengalami kecendurungan turun karena hanya menggenggam 19,0 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menyebut, tren elektabilitas top of mind Ahok dan Anies cenderung meningkat sementara Agus menurun.
"Pada Januari 2017 elektabilitas Agus-Sylvi 22,5 persen, sedangkan Ahok-Djarot 31,0 persen. Pasangan Anies-Sandi 23,5 persen. Maka, terdapat tren pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi meningkat sedangkan Agus-Sylvi menurun," kata Yunarto dalam konferensi pers Charta Politika bertajuk "Prediksi Hasil Akhir Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017" di Kantor Charta Politika, Jakarta, Sabtu (11/2).
Pengumpulan data dilakukan pada 3-8 Februari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuisioner terstruktur dengan jumlah sampel sebanyak 764 responden dari 800 yang direncanakan yang tersebar di lima wilayah kota administrasi Jakarta. Metode yang digunakan acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of eror kurang lebih 3,5 persen.
Dalam survei juga terungkap bahwa pasangan Ahok-Djarot merupakan cagub-cawagub yang paling dikenal dan disukai responden. Sebanyak 48,8 persen responden mengaku mengenal Ahok selaku cagub sedangkan 40,2 persen responden mengaku mengenal Djarot selaku cawagub.
Sebanyak 39,1 persen responden mengaku menyukai Ahok selaku cagub, dan 36,4 persen responden menyukai Djarot sebagai cawagub. Sedangkan yang menyukai Anies 33,8 persen, yang suka Agus hanya 22,6 persen.
Para responden juga diberikan pertanyaan, apabila Pilkada DKI dilaksanakan hari ini pasangan mana yang bakal dipilih. Jawaban paling banyak memilih Ahok (39,0 persen), Anies (31,9 persen) dan Agus (21,3 persen). Ahok masih dominan karena cenderung terus meningkat sejak survei Charta Politika yang dilakukan sejak November 2016-Februari 2017.
Responden juga ditanyai tentang serangkaian acara debat yang diselenggarakan Januari 2017. Responden menilai pasangan Ahok-Djarot lebih unggul (36,9 persen) disaingi pasangan Anies-Sandi (32,3 persen) diikuti Agus-Sylvi (15,7 persen).
Menurut Charta Politika, di seluruh wilayah Jakarta (Pusat, Barat, Timur, Utara, dan Selatan), pasangan Anies-Sandi mampu menyaingi pasangan Ahok-Djarot. Pasangan Ahok-Djarot unggul di Jakarta Pusat, Utara, Barat, dan Selatan. Sedangkan Anies-Sandi unggul di Jakarta Timur.
Demikian pula Lembaga Para Syndicate yang mengeluarkan hasil survei pasangan calon (Paslon) Gubernur DKI Jakarta pada Jumat (10/2) kemaren. Hasilnya, paslon nomor urut dua yaitu Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) mengungguli dua Paslon lainnya.
Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (10/2) sore mengemukakan elektabilitas Ahok-Djarot mencapai 33,12 persen. Disusul paslon nomor urut tiga, Anis Baswedan dan Sandiaga Uno sebesar 28,55 persen. Sementara Paslon Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni hanya 25,76 persen.
“Jika Pilkada dilakukan hari ini maka Ahok-Djarot masih teratas, disusul Anis-Sandi. Angka swing voters masih tinggi yaitu 12,57 persen. Debat terakhir malam ini akan menjadi penentuan,” kata Ari.
Ia menjelaskan lembaganya tidak melakukan survei lapangan seperti lembaga-lembaga lain. Lembaganya hanya mengolah, menganalisis dan memprediksi berdasarkan 11 lembaga survei yang telah mempublikasi hasil surveinya.
“Yang kami lakukan adalah model meta survei. Kami mengolah hasil 11 lembaga survei. Ada 24 kali rilis atau publikasi. Kami olah data 11 lembaga itu sejak Oktober 2016 hingga Februari 2017,” jelas Ari.
Dia menegaskan dengan model meta survei, yang dilihat adalah rata-rata dari hasil 11 lembaga survei tersebut. Pengamatan utama adalah pola dan tren yang dihasilkan atas tiga pasangan calon. Dengan cara tersebut bisa dilihat siapa yang punya elektabilitas paling tinggi, termasuk siapa yang berpeluang masuk putaran kedua.
Kesebelas lembaga survei yang dianalisis hasil adalah Indikator Politik Indonesia, SMRC, PolMark Indonesia, Poltracking dan Populi Center. Lembaga lainnya adalah Charta Politica, Lingkaran Survei Indonesia (Denny JA), Lembaga Survei Indonesia (Saiful Mudjani), LKPI, Median, dan Litbang Kompas.
Dari hasil pengamatan 11 lembaga survei itu diketahui pula rata-rata elektabilitas ketiga pasangan calon sejak Oktober 2016 hingga Februari 2017 adalah Ahok-Djarot 31,12 persen. Disusul Agus-Syilvi 26,47 persen dan Anis-Sandi 25,39 persen. Yang tidak menentukan pilihan mencapai 17,45 persen.
“Dari hasil analisis kami, pasangan nomor urut dua akan melaju ke putaran kedua. Penantangnya masih akan ditentukan dalam debat malam ini. Tetapi peluang yang paling besar adalah Anis-Sandi,” ungkapnya.
Pada debat final kandidat gubernur-wakil gubernur Pilgub DKI Jakarta Jumat (10/3) malam ternyata masih diwarnai strategi serangan personal kepada lawan masing-masing, khususnya untuk menghantam calon petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
Pengajar komunikasi Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi mengatakan secara keseluruhan, pasangan nomor satu Agus Harimurti-Sylviana Murni dinilai makin tergerus dan limpahan suaranya direbut oleh Basuki (Ahok)-Djarot dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
“Kalau mau objektif, debat ketiga ini akan semakin menggerus perolehan poin yang dimiliki Agus – Sylvi. Sebaliknya Ahok-Djarot dan pasangan Anies-Sandi mengambil profit taking atau aksi ambil untung dari jalannya debat," ulas Ari.
Lebih lanjut, dia menyayangkan para kandidat yang lebih mengedepankan serangan personal kepada kandidat lainnya. Akibat serangan-serangan personal, para pasangan calon gagal mengeksplorasi program-program yang ditawarkan.
"Pasangan Agus–Silvy semakin terlihat abstrak dalam memaparkan programnya, sedangkan Ahok-Djarot terpancing emosinya akibat serangan personal. Pasangan Anies-Sandi pun juga masih terkesan teoritis,” jelas Ari Junaedi.
Walau demikian, Ari Junaedi menilai bahwa debat final tetap berimbas dengan semakin kurangnya ketidakyakinan para pemilih terhadap kandidat. Menurutnya, angka undecided voters sebesar 7 persen seperti hasil survei berbagai lembaga, akan makin menurun.
"Memasuki minggu tenang, kesempatan para calon untuk mempengaruhi calon pemilih semakin terbatas. Preferensi calon pemilih terhadap pilihannya sudah semakin kuat," kata Ari, yang juga staf ahli bidang Pilkada di Kementerian Dalam Negeri. (by/beritasatu)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »