Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta, Suara NU "Diyakini" Lari ke Ahok-Djarot, Ini Penjelasannya

Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta, Suara NU "Diyakini" Lari ke Ahok-Djarot, Ini Penjelasannya
BENTENGSUMBAR.COM - Keberadaan Nahdlatul Ulama (NU) dalam Pilkada selalu menjadi daya tarik. Sebab NU yang dulunya pernah menjadi partai politik (kini sebagai organisasi keagamaan non-parpol) selalu memberi harapan. Oleh sebab itu, NU selalu menjadi idola para kandidat yang sedang berkontestasi dalam Pilkada.

Walaupun NU sudah tegas menerapkan khittahnya, masih saja keberadaan NU selalu dicari. Dukungan dari NU selalu dinantikan oleh para kandidat Kepala Daerah hingga Presiden. Problem khittah itulah yang memang menghalangi NU untuk berpolitik praktis. Sehingga slogan: “NU tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana” masih sering terdengar.

Secara kelembagaan, NU memang memilih tidak berpolitik praktis. Namun bagi warga NU tetap dihimbau untuk tidak menjadi golput. Artinya, warga NU tetap berpolitik. Soal pilihan partai politik bagi warga NU, memang bebas. Namun ada partai yang resmi dibidani kelahirannya oleh PBNU, yakni PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih mengamati situasi politik pasca-hasil hitung cepat Pilkada DKI Jakarta. PKB akan mendengar suara basis massa.

"Iya tentu, nanti kita akan mendengarkan berbagai pihak. Komunikasi politik maupun suara-suara basis dan struktur," kata Wakil Sekjen PKB Daniel Johan, Kamis 16 Februari 2017.

Daniel menyebut, belum ada arahan dari Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. PKB bakal menunggu pengumuman resmi hasil penghitungan suara.

Hal Senada sisampaikan Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Kading. Dia menyebut PKB akan berbicara dengan sejumlah pihak terkait koalisi dalam Pilgub DKI putaran kedua.

Diketahui, pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang diusung PKB tak lolos putaran kedua dalam hitung cepat. Pasangan calon gubernur nomor urut satu itu berada di posisi buncit.

"Kita akan mendengar masukan-masukan dari banyak pihak. Termasuk dari NU dan lain-lain, kita masih mempelajarinya," pungkas dia.

Dikutip dari santrinews, menurut H Abdul Moqsith Ghazali, Wakil Ketua Bidang Maudlu’iyyah Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Masa Khidmat 2015-2020, ada tiga kemungkinan membaca arah preferensi politik warga NU DKI Jakarta di putaran kedua nanti.

Pertama, sebagian nahdhiyyin akan golput dengan mengacu pada kaidah fikih “al khuruj minal khilaf mustahab”, mengingat yang satu non muslim dan yang lain ditopang basis “wahabi”. Ini jumlahnya tentu tidak besar.

Kedua, sebagian nahdhiyyin akan menggunakan kaidah fikih “al dharurah tubihu al mahdhurah” sehingga memilih pemimpin non-muslim dianggap pintu dharurat. Mereka bisa “mempolitisasi” keputusan muktamar NU tentang pemimpin non-muslim. Tapi, tak bisa diprediksi seberapa banyak nahdhiyyin yang masuk kelompok kedua ini.

Ketiga, terbuka juga peluang, dengan argumen ukhuwah islamiyah, di putaran kedua ini warga NU akan berkoalisi dengan HTI, PKS, Wahabi, yang menjadi penopang utama pasangan Anies-Sandi.

"Namun, jika kita cermat membaca sejarah, warga NU biasanya “enggan” bekerja sama dengan kelompok-kelompok Islam eks-Masyumi. Itu tradisi persahabatan politik warga NU yang selama ini berjalan. Apa bisa berubah?" jelasnya. (malin/santrinews/metrotvnews)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »