BENTENGSUMBAR.COM - Para peserta aksi 112 mengucapkan ikrar atau baiat untuk hanya memilih calon Gubernur DKI Jakarta yang muslim, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Pembacaan ikrar dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI), Muhammad Al Khaththath.
Para peserta aksi langsung mengangkat telunjuk ke langit sambil membacakan ikrar.
"Aku bersumpah demi Allah yang maha Agung. Aku siap berjuang mengorbankan jiwa dan harta untuk bela Allah, bela Rasul, bela ulama bela Quran, dan bela Islam," seru para peserta aksi 112.
Mereka juga bersumpah setia untuk berada di bawah komando Imam Besar umat Islam, Habib Rizieq Shihab.
"Siap berjuang bersama para ulama di bawah komando Imam Besar umat Islam Habib Rizieq," ujar para peserta aksi.
"Siap untuk memenangkan Gubernur yang sesuai dengan kriteria fatwa MUI. Aku siap berjuang memenangkan pemimpin yang sesuai dengan kriteria fatwa MUI yaitu pemimpin muslim yang beriman dan bertakwa pada Allah Swt," tegas para peserta aksi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Rikwanto mengatakan aksi 112 adalah doa bersama.
"Walaupun di situ ada pesan-pesan yang tidak bisa dipungkiri ada kaitannya dengan pilkada, kita jujur saja di situ," ucapnya di Warung Daun, Cikini, Sabtu, 11 Februari 2017.
Dia mengatakan, soal adanya ajakan memilih satu pasangan calon, itu kembali kepada masyarakat. Namun dia meminta warga Jakarta dalam memilih harus menganut azas yang sudah ada, yakni langsung, umum, bebas, dan rahasia.
"Jadi artinya, seseorang memberikan pilihannya kepada siapa pun calonnya harus bebas, tidak boleh digiring," ujarnya.
Menurut Rikwanto, ajakan dalam kampanye boleh-boleh saja. Namun, saat di luar kampanye, dia berharap masyarakat tidak sampai merasa terganggu.
"Kan, sudah disampaikan oleh pengelola Istiqlal bahwa masjid itu adalah tempat ibadah, bukan berpolitik," tutur Rikwanto.
"Nanti akan dianalisis, apa yang terjadi di sana (aksi 112)."
Dia mengatakan pihaknya bersama stakeholder lain akan mengkaji aksi 112, apakah ada pelanggaran atau tidak.
Padahal, sebelumnya Anggota Tim Advokasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), Kapitra Ampera membantah bahwa kegiatan itu terkait Pilgub DKI Jakarta.
Ia mengakui GNPF MUI menghormati minggu tenang jelang Pilkada, sehingga kegiatan itu dilaksanakan di luar minggu tenang.
"Oh enggak (terkait Pilkada DKI). Pilkada itu hak konstitusi masyarakat dan ada masa tenang. Masa untuk kontemplasi masyarakat dalam menimbang-nimbang siapa yang harus dipilih," ungkapnya.
"Tentu para calon harus menahan diri juga, jangan sampai memanfaatkan situasi-situasi seperti itu untuk melakukan hal yang kurang baik, tercela," tambahnya. (by/tribunnews/tempo/sindonews)
Pembacaan ikrar dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI), Muhammad Al Khaththath.
Para peserta aksi langsung mengangkat telunjuk ke langit sambil membacakan ikrar.
"Aku bersumpah demi Allah yang maha Agung. Aku siap berjuang mengorbankan jiwa dan harta untuk bela Allah, bela Rasul, bela ulama bela Quran, dan bela Islam," seru para peserta aksi 112.
Mereka juga bersumpah setia untuk berada di bawah komando Imam Besar umat Islam, Habib Rizieq Shihab.
"Siap berjuang bersama para ulama di bawah komando Imam Besar umat Islam Habib Rizieq," ujar para peserta aksi.
"Siap untuk memenangkan Gubernur yang sesuai dengan kriteria fatwa MUI. Aku siap berjuang memenangkan pemimpin yang sesuai dengan kriteria fatwa MUI yaitu pemimpin muslim yang beriman dan bertakwa pada Allah Swt," tegas para peserta aksi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Rikwanto mengatakan aksi 112 adalah doa bersama.
"Walaupun di situ ada pesan-pesan yang tidak bisa dipungkiri ada kaitannya dengan pilkada, kita jujur saja di situ," ucapnya di Warung Daun, Cikini, Sabtu, 11 Februari 2017.
Dia mengatakan, soal adanya ajakan memilih satu pasangan calon, itu kembali kepada masyarakat. Namun dia meminta warga Jakarta dalam memilih harus menganut azas yang sudah ada, yakni langsung, umum, bebas, dan rahasia.
"Jadi artinya, seseorang memberikan pilihannya kepada siapa pun calonnya harus bebas, tidak boleh digiring," ujarnya.
Menurut Rikwanto, ajakan dalam kampanye boleh-boleh saja. Namun, saat di luar kampanye, dia berharap masyarakat tidak sampai merasa terganggu.
"Kan, sudah disampaikan oleh pengelola Istiqlal bahwa masjid itu adalah tempat ibadah, bukan berpolitik," tutur Rikwanto.
"Nanti akan dianalisis, apa yang terjadi di sana (aksi 112)."
Dia mengatakan pihaknya bersama stakeholder lain akan mengkaji aksi 112, apakah ada pelanggaran atau tidak.
Padahal, sebelumnya Anggota Tim Advokasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), Kapitra Ampera membantah bahwa kegiatan itu terkait Pilgub DKI Jakarta.
Ia mengakui GNPF MUI menghormati minggu tenang jelang Pilkada, sehingga kegiatan itu dilaksanakan di luar minggu tenang.
"Oh enggak (terkait Pilkada DKI). Pilkada itu hak konstitusi masyarakat dan ada masa tenang. Masa untuk kontemplasi masyarakat dalam menimbang-nimbang siapa yang harus dipilih," ungkapnya.
"Tentu para calon harus menahan diri juga, jangan sampai memanfaatkan situasi-situasi seperti itu untuk melakukan hal yang kurang baik, tercela," tambahnya. (by/tribunnews/tempo/sindonews)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »