BENTENGSUMBAR.COM - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menilai, ada upaya sistematis yang ingin mengacaukan kondisi keamanan dalam negeri.
Salah satunya dengan menyebar isu membanjirnya tenaga kerja asing asal China dan kebangkitan paham komunis di Indonesia.
“Isu tentang tenaga kerja asing asal China 10 juta itu hoax. Presiden mengatakan, dari Tiongkok itu hanya 21 ribu, sangat kecil sekali,” kata Gatot saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk ‘Meruwat Indonesia, Merawat NKRI’ di Kantor PP Muhammadiyah, Rabu, 28 Desember 2016.
Demikian pula soal isu kebangkitan paham komunis di Tanah Air. Menurut dia, TNI siap menindak tegas apabila isu tersebut terbukti.
“Enggak usah dikomando. Umat Islam juga pasti siap,” tegas dia.
Gatot mengungkapkan, tujuan utama diangkatnya isu tersebut yakni sebagai upaya untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan demikian, negara lain dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Sebagai negara yang berada di garis ekuator, Indonesia menyimpan banyak cadangan sumber daya alam dan energi.
Itu, kata Gatot, menjadi daya tarik serta minat tersendiri bagi negara asing untuk menguasai Indonesia.
“Tujuannya untuk membingungkan, memprovokasi rakyat, mengadu domba, mengancam persatuan dan kesatuan, dan yang terakhir memecah belah bangsa,” kata dia.
Di samping isu-isu sektarian, rencana peralihan poros kekuatan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari Timur Tengah ke Filipina Selatan juga menjadi ancaman tersendiri bagi Indonesia.
Kawasan tersebut berdekatan dengan Poso yang selama ini dikenal sebagai tempat persembunyian teroris.
Dengan adanya perpindahan markas, Panglima memprediksi, tujuan utama ISIS yaitu bukan hanya untuk menguasai Filipina selatan, melainkan juga mengacaukan kondisi keamanan Indonesia.
Dengan demikian, negara asing dapat berdalih menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk mengatasi persoalan ISIS.
Teridentifikasi
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengaku jajarannya sudah mengidentifikasi penyebar isu serbuan tenaga kerja China di media sosial.
"Itu kan bisa dicari. Dan sudah teridentifikasi," kata Rudiantara di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (27/12/2016).
Namun Rudiantara enggan mengungkapkan identitas akun yang menyebarkan isu tersebut.
Sebab, saat ini Kemenkominfo tengah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan upaya hukum. "Tanya penegak hukum," kata dia.
Rudiantara mengimbau agar media sosial tidak digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan hoax atau berita palsu.
Ia juga mengimbau netizen untuk tidak mudah menyebarkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya.
"Kalau pakai fakta data, sampaikan secara benar. kalau enggak benar, itu kan terjadi pembohongan publik," ucapnya.
Secara terpisah, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ari Dono mengatakan, pihaknya masih terus menelusuri pihak-pihak yang menyebarkan isu serbuan tenaga kerja China.
Sejauh ini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka. "Masih kita trace, dalam lidik," kata dia. (kompas)
Salah satunya dengan menyebar isu membanjirnya tenaga kerja asing asal China dan kebangkitan paham komunis di Indonesia.
“Isu tentang tenaga kerja asing asal China 10 juta itu hoax. Presiden mengatakan, dari Tiongkok itu hanya 21 ribu, sangat kecil sekali,” kata Gatot saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk ‘Meruwat Indonesia, Merawat NKRI’ di Kantor PP Muhammadiyah, Rabu, 28 Desember 2016.
Demikian pula soal isu kebangkitan paham komunis di Tanah Air. Menurut dia, TNI siap menindak tegas apabila isu tersebut terbukti.
“Enggak usah dikomando. Umat Islam juga pasti siap,” tegas dia.
Gatot mengungkapkan, tujuan utama diangkatnya isu tersebut yakni sebagai upaya untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan demikian, negara lain dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Sebagai negara yang berada di garis ekuator, Indonesia menyimpan banyak cadangan sumber daya alam dan energi.
Itu, kata Gatot, menjadi daya tarik serta minat tersendiri bagi negara asing untuk menguasai Indonesia.
“Tujuannya untuk membingungkan, memprovokasi rakyat, mengadu domba, mengancam persatuan dan kesatuan, dan yang terakhir memecah belah bangsa,” kata dia.
Di samping isu-isu sektarian, rencana peralihan poros kekuatan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari Timur Tengah ke Filipina Selatan juga menjadi ancaman tersendiri bagi Indonesia.
Kawasan tersebut berdekatan dengan Poso yang selama ini dikenal sebagai tempat persembunyian teroris.
Dengan adanya perpindahan markas, Panglima memprediksi, tujuan utama ISIS yaitu bukan hanya untuk menguasai Filipina selatan, melainkan juga mengacaukan kondisi keamanan Indonesia.
Dengan demikian, negara asing dapat berdalih menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk mengatasi persoalan ISIS.
Teridentifikasi
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengaku jajarannya sudah mengidentifikasi penyebar isu serbuan tenaga kerja China di media sosial.
"Itu kan bisa dicari. Dan sudah teridentifikasi," kata Rudiantara di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (27/12/2016).
Namun Rudiantara enggan mengungkapkan identitas akun yang menyebarkan isu tersebut.
Sebab, saat ini Kemenkominfo tengah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan upaya hukum. "Tanya penegak hukum," kata dia.
Rudiantara mengimbau agar media sosial tidak digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan hoax atau berita palsu.
Ia juga mengimbau netizen untuk tidak mudah menyebarkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya.
"Kalau pakai fakta data, sampaikan secara benar. kalau enggak benar, itu kan terjadi pembohongan publik," ucapnya.
Secara terpisah, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ari Dono mengatakan, pihaknya masih terus menelusuri pihak-pihak yang menyebarkan isu serbuan tenaga kerja China.
Sejauh ini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka. "Masih kita trace, dalam lidik," kata dia. (kompas)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »