Keberagaman Itu Sunatullah

Keberagaman Itu Sunatullah
Keberagaman Itu Indah. 
SEBAGAI makhluk Tuhan, tak ada seorang manusia pun yang dapat menolak takdir dilahirkan sebagai etnis tertentu, apakah itu etnis Melayu, Minangkabau, Batak, Jawa atau Tionghoa. Sebagai hamba Tuhan yang selalu bersyukur, tentu kita menerima dengan ikhlas takdir itu, tanpa ada protes sedikit pun kepada Tuhan.

Sebab, protes kepada apa yang ditakdirkan Tuhan adalah bentuk kekufuran akan nikmat Tuhan itu sendiri. Tuhan menciptkan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, tujuannya adalah agar manusia itu saling mengenal. Keberagaman itu merupakan ujian bagi manusia, apakah mereka akan menjadi makhluk yang mulia atau malah menjadi makhluk yang hina.

Keberagaman adalah sunatullah. Tuhan ingin menguji hamba-Nya dengan keberagaman itu. Apakah seorang hamba bisa menerima keberagaman dan menjalani hidup berdampingan, saling berkasih sayang, dengan menerima sunatullah itu, atau tidak? Di sinilah ujiannya.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Qs. Al-Hujarat ayat 13). 

Kalau Tuhan ingin, maka Tuhan tentunya akan menjadikan manusia umat yang satu, tanpa keberagaman. Namun Tuhan ingin menguji manusia dengan keberagaman itu, apakah mereka akan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan kemulian, atau justru malah menjadikan keberagaman itu sebagai pangkal kehancuran dan perpecahan?

“Kalau Allah Menghendaki, niscaya kamu Dijadikan- Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak Menguji kamu terhadap karunia yang telah Diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (Qs. Al-Maidah ayat 48).

Dunia adalah tempat ujian. Semua sisi kehidupan ini adalah ujian. Ada yang diuji dengan kekayaannya, ada yang diuji dengan jabatannya, ada pula yang diuji dengan wajah tampannya. Dan salah satu ujian bagi manusia adalah harus hidup dalam perbedaan.

Memang bukan hal mudah untuk bisa menerima perbedaan di sekitar kita. Namun itulah ujian dari Tuhan untuk meningkatkan kualitas diri setiap manusia. Dalam ayat 48 surah al Maidah itu, Tuhan sama sekali tidak membahas perbedaan yang ada, namun pada akhir ayat itu Allah memfokuskan agar manusia berlomba dalam kebaikan. Tak usah sibuk dengan perbedaan yang dipilih orang, berlombalah untuk menjadi lebih baik dihadapan-Nya.

Sekarang apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi perbedaan ini? Bukankah akhir-akhir ini sering kita dengar kelompok yang memaksakan keyakinannya pada orang lain. Kelompok yang intoleran yang mengharuskan semua orang sama dengannya. Mereka bahkan sampai membunuh mereka yang memilih pilihan yang berbeda. Mereka mengatasnamakan Islam, namun apakah Islam mengajarkan pemaksaan dalam menghadapi perbedaan?

Tuhan Yang Maha Esa menciptakan mereka berbangsa dan bersuku yang berbeda adalah untuk saling mengenal kelebihan masing-masing. Untuk saling belajar dan saling menghormati. Saling belajar dan hidup berdampingan. Tapi nyatanya, kini suku-suku dan bangsa-bangsa tidaklah saling menghargai satu sama lain.

Mereka saling berbangga diri dan meremahkan selain sukunya. Mereka menganggap selain rasnya adalah orang rendahan bahkan layak untuk dibunuh. Padahal dengan tegas Tuhan mengakhiri ayat 13 surah Al-Hujarat itu,  bahwa yang paling mulia diantara kalian bukanlah bergantung dari suku atau bangsanya, yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertakwa.

Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thariq. Semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Persatuan Media Sumatera Barat (PMSB).

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »