Salat Berjamaah di Ruang Kerja Wawako Emzalmi. |
BEBERAPA tokoh dan pemuka masyarakat asal Padang---maksudnya yang berpandam pekuburan, yang berpusaka tinggi dan bertepian mandi di Padang atau yang jelas sosok jeraminya di kota ini---sangat menginginkan kalau walikota Padang ke depan bagusnya orang Padang.
Acap benar saya mendengar di lepau-lepau sudut kota ini “kembalikan kota Padang pada si Padang”. Kencang benar gemuruh dan spirit Padang untuk Padang. Sebagian dengan nada emosional ada yang berkata begini: “ Saatnya walikota Padang orang Padang, bantuak nan indak adoh se urang santiang nan dari awak rang Padang ko”.
Siapa calonnya?
Ada Desri Ayunda nak rang Koto tangah, ada Iswandi (anggota DPRD Padang) nak rang Kuranji, ada Zulhefi Sikumbang Nak Rang Alai Gunung Pangilun dan ada Emzalmi—wakil walikota kita kini---yang sangat disayang dan kebanggaan rang Kototangah, Kuranji, Pauh, Luki, Bungus dan Lubeg serta beberapa kecamatan lainnya.
Ada banyak nama beberapa tokoh nak rang Padang.
Kalau diminta pendapat saya, tegaknya di mana? Saya akan tegak pada “data” dan pada kenyataan yang ada dan terbangun kini di kota yang kita cintai ini. Bukannya saya tidak suka kalau walikota Padang harus orang Padang. Tapi, saya hanya melihat dan membaca data. Tak bisa dipungkiri, di tangan Mahyeldi dan Emzalmi kota ini terbangun dengan bagus.
Pasangan ini benar-benar serasi. Mereka bagai sepasang sayap, saling memberi kekuatan. Mahyeldi kuat karena Emzalmi, Emzalmi kuat karena Mahyeldi. Dua-duanya saling tukuk tambahi.
Sekiranya, pasangan ini pecah dan belah, dan maju sendiri-sendiri dengan pasangan baru, niscaya belum akan tentu mereka meraih kemenangan dengan mudah. Saya yakini, akan muncul kuda hitam di tengah padang yang akan mengalahkan incumbent. Percayalah!
Tapi, kalau atau andaikata Mahyeldi dan Emzalmi tetap berpasangan berdua, maka pasangan ini tak akan terkalahkan.Mengapa, saya membaca kekuatan mahyeldi. Dan saya membaca pula kekuatan Emzalmi. Mereka benar-benar tokoh yang mengakar-rumput di tengah kota ini. Kuat!
Kalau andaikata terbaca ada riak, antara Mahyeldi dan Emzalmi, itu biasa. Bukankah permukaan danau tanpa riak tak indah dipandang mata? Bukankah, rumahtangga tanpa sedikit bertengkar-tengkar tanggung, tak seru. Kadang pertengkaran dalam rumah tangga, ketika ada damai dan saling memaafkan, ujungnya sungguh sangat hangat dalam kemesraan yang luar biasa.
Saya hanya berharap, lanjutkan sajalah pasangan Mahyeldi dan Emzalmi.Pasangan ini banyak manfaatnya bagi kota kita. Kalau mereka cabik, itu kerugian bagi kita. Mengapa? Karena, Mahyeldi-Emzalmi adalah “asset” kita bersama.
Doa saya, mari kita lanjutkan. Tak ada cabik yang tak dapat dijahit. Tak ada pecah yang tak dapat disusun kembali. Mari kita bersama-sama; demi kota ini.
Dan pada Senin (2/10) siang menjelang Zhuhur, saya singgah ke ruang Wakil walikota. Saya singgah ke ruang Pak Emzalmi. Sebelum bercakap-cakap, saya sempatkan diri sholat berjemaah. Pak Em imamnya. Dan sebenarnya saya juga hendak bercakap-cakap dengan Walikota, dengan Pak Mahyeldi, karena sudah lama saya tak bertemu beliau.
Dan sebagai rakyat berderai, saya hanya berharap; Mahyeldi-Emzalmi, ayo lanjutkan!
Ditulis Oleh:
Pinto Janir
Seniman dan Budayawan asal Padang, Sumatera Barat
Acap benar saya mendengar di lepau-lepau sudut kota ini “kembalikan kota Padang pada si Padang”. Kencang benar gemuruh dan spirit Padang untuk Padang. Sebagian dengan nada emosional ada yang berkata begini: “ Saatnya walikota Padang orang Padang, bantuak nan indak adoh se urang santiang nan dari awak rang Padang ko”.
Siapa calonnya?
Ada Desri Ayunda nak rang Koto tangah, ada Iswandi (anggota DPRD Padang) nak rang Kuranji, ada Zulhefi Sikumbang Nak Rang Alai Gunung Pangilun dan ada Emzalmi—wakil walikota kita kini---yang sangat disayang dan kebanggaan rang Kototangah, Kuranji, Pauh, Luki, Bungus dan Lubeg serta beberapa kecamatan lainnya.
Ada banyak nama beberapa tokoh nak rang Padang.
Kalau diminta pendapat saya, tegaknya di mana? Saya akan tegak pada “data” dan pada kenyataan yang ada dan terbangun kini di kota yang kita cintai ini. Bukannya saya tidak suka kalau walikota Padang harus orang Padang. Tapi, saya hanya melihat dan membaca data. Tak bisa dipungkiri, di tangan Mahyeldi dan Emzalmi kota ini terbangun dengan bagus.
Pasangan ini benar-benar serasi. Mereka bagai sepasang sayap, saling memberi kekuatan. Mahyeldi kuat karena Emzalmi, Emzalmi kuat karena Mahyeldi. Dua-duanya saling tukuk tambahi.
Sekiranya, pasangan ini pecah dan belah, dan maju sendiri-sendiri dengan pasangan baru, niscaya belum akan tentu mereka meraih kemenangan dengan mudah. Saya yakini, akan muncul kuda hitam di tengah padang yang akan mengalahkan incumbent. Percayalah!
Tapi, kalau atau andaikata Mahyeldi dan Emzalmi tetap berpasangan berdua, maka pasangan ini tak akan terkalahkan.Mengapa, saya membaca kekuatan mahyeldi. Dan saya membaca pula kekuatan Emzalmi. Mereka benar-benar tokoh yang mengakar-rumput di tengah kota ini. Kuat!
Kalau andaikata terbaca ada riak, antara Mahyeldi dan Emzalmi, itu biasa. Bukankah permukaan danau tanpa riak tak indah dipandang mata? Bukankah, rumahtangga tanpa sedikit bertengkar-tengkar tanggung, tak seru. Kadang pertengkaran dalam rumah tangga, ketika ada damai dan saling memaafkan, ujungnya sungguh sangat hangat dalam kemesraan yang luar biasa.
Saya hanya berharap, lanjutkan sajalah pasangan Mahyeldi dan Emzalmi.Pasangan ini banyak manfaatnya bagi kota kita. Kalau mereka cabik, itu kerugian bagi kita. Mengapa? Karena, Mahyeldi-Emzalmi adalah “asset” kita bersama.
Doa saya, mari kita lanjutkan. Tak ada cabik yang tak dapat dijahit. Tak ada pecah yang tak dapat disusun kembali. Mari kita bersama-sama; demi kota ini.
Dan pada Senin (2/10) siang menjelang Zhuhur, saya singgah ke ruang Wakil walikota. Saya singgah ke ruang Pak Emzalmi. Sebelum bercakap-cakap, saya sempatkan diri sholat berjemaah. Pak Em imamnya. Dan sebenarnya saya juga hendak bercakap-cakap dengan Walikota, dengan Pak Mahyeldi, karena sudah lama saya tak bertemu beliau.
Dan sebagai rakyat berderai, saya hanya berharap; Mahyeldi-Emzalmi, ayo lanjutkan!
Ditulis Oleh:
Pinto Janir
Seniman dan Budayawan asal Padang, Sumatera Barat
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »