Festival Tabot Masyarakat Kota Bengkulu. |
BENTENGSUMBAR.COM - Bulan Muharram kalender Hijriah memiliki arti yang mendalam bagi warga kota Bengkulu. Betapa tidak, pada tanggal 1-10 Muharram digelar Festival Tabot (baca juga tabut, red).
Festival Tabot diselenggarakan berdasarkan Pesta Budaya Tabot yang dilaksanakan oleh masyarakat kota Bengkulu dalam rangka memperingati gugurnya Sayyidina Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW, di Padang Karbala (Irak). Perayaan ini telah diselenggarakan secara tetap oleh masyarakat kota Bengkulu sejak abad 14.
Masyarakat kota Bengkulu percaya bahwa apabila perayaan ini tidak mereka selenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila perayaan Tabot ini penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual dan kolosal.
Seperti yang dilansir antarabengkulu.com, Senin, 10 Oktober 2016, ribuan warga Kota Bengkulu memadati lapangan Tugu Merdeka atau dikenal juga dengan lapangan "View Tower" untuk menyaksikan prosesi "Tabut besanding" yakni malam puncak ritual Tabut untuk memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein di pertempuran Padang Karbala.
"Malam "arak gedang" dan "Tabut besanding" menjadi malam puncak ritual tabut sebelum acara puncak yaitu pembuangan tabut," kata Ketua Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Bengkulu Ahmad Syiafril di Bengkulu.
Tabut yang berarti peti adalah lambang peti yang berisi jenazah Husien yang diarak keluarga Tabut Bengkulu untuk mengikuti ritual tabot tebuang pada 10 Muharam menuju pemakaman Karabela yang mencerminkan kawasan Karbala di Irak.
Ritual Tabut selama 10 hari yang digelar mulai 1 Muharram hingga 10 Muharram merupakan peringatan terhadap mati syahidnya Husein di Padang Karbala.
"Tabut besanding" adalah rangkaian bangunan Tabot yang dibuat oleh KKT imam dan bangsal.
Sebelum prosesi " Tabut besanding", KKT menggelar ritual "naik pangkek" atau menaikkan "jari-jari" ke puncak bangunan tabut. Ritual "naik pangkek" dilakukan setelah shalat ashar, bertempat di gerga atau markas pembuatan tabut imam dan bangsal.
Tabut yang telah dilengkapi "jari-jari" (terbuat dari tembaga) yang bermakna sebagai simbol jasad cucu Nabi Muhamad SAW yakni Husein.
Selanjutnya tabut tersebut diarak menuju Jalan Ahmad Yani Kota Bengkulu untuk mengikuti ritual "arak gedang" dilanjutkan "tabut besanding" dengan puluhan tabut lainnya.
Tabut atau rangkaian peti tersebut mencapai setinggi tiga sampai lima meter. Tabot yang berwarna warni tersebut semakin meriah dan menarik perhatian karena dipasang lampu kerlap-kerlip sehingga sangat indah dilihat pada malam hari.
Upacara tabutt dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru Hijriah dan memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW bernama Husien dalam perang di Padang Karbala.
Ritual tabut yang digelar KKT telah dikembangkan oleh Pemda Provinsi Bengkulu dengan istilah "Festival Tabut" yang dirangkai dengan pertunjukan seni budaya dan pasar rakyat. Sejak tahun 1990 Pesta Budaya Tabot ditingkatkan menjadi Festival Wisata di Propinsi Bengkulu dan telah menjadi Budaya Bengkulu, yang diberi nama Festival Tabot.
Dalam Festival Tabot, perayaan yang semula hanya berisikan upacara-upacara ritual diperkaya dengan berbagai atraksi tambahan yang mampu memberi hiburan kepada masyarakat dan wisatawan. Selama 10 hari pelaksanaan Festival Tabot, masyarakat dan wisatawan dapat menyaksikan rangkaian upacara ritual Tabot dan menikmati berbagai pegelaran seni-budaya serta lomba-lomba kreasi seni tradisional Bengkulu, seperti : lomba Ikan-Ikan, lomba Telong-Telong (mungkin berasal dari kata Tengloleng atau Lampion dalam bahasa Cina), lomba Dol, lomba tari, Lomba Barong Landong (mirip Ondel-Ondel Betawi) dan sebagainya. (malin)
Festival Tabot diselenggarakan berdasarkan Pesta Budaya Tabot yang dilaksanakan oleh masyarakat kota Bengkulu dalam rangka memperingati gugurnya Sayyidina Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW, di Padang Karbala (Irak). Perayaan ini telah diselenggarakan secara tetap oleh masyarakat kota Bengkulu sejak abad 14.
Masyarakat kota Bengkulu percaya bahwa apabila perayaan ini tidak mereka selenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila perayaan Tabot ini penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual dan kolosal.
Seperti yang dilansir antarabengkulu.com, Senin, 10 Oktober 2016, ribuan warga Kota Bengkulu memadati lapangan Tugu Merdeka atau dikenal juga dengan lapangan "View Tower" untuk menyaksikan prosesi "Tabut besanding" yakni malam puncak ritual Tabut untuk memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein di pertempuran Padang Karbala.
"Malam "arak gedang" dan "Tabut besanding" menjadi malam puncak ritual tabut sebelum acara puncak yaitu pembuangan tabut," kata Ketua Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Bengkulu Ahmad Syiafril di Bengkulu.
Tabut yang berarti peti adalah lambang peti yang berisi jenazah Husien yang diarak keluarga Tabut Bengkulu untuk mengikuti ritual tabot tebuang pada 10 Muharam menuju pemakaman Karabela yang mencerminkan kawasan Karbala di Irak.
Ritual Tabut selama 10 hari yang digelar mulai 1 Muharram hingga 10 Muharram merupakan peringatan terhadap mati syahidnya Husein di Padang Karbala.
"Tabut besanding" adalah rangkaian bangunan Tabot yang dibuat oleh KKT imam dan bangsal.
Sebelum prosesi " Tabut besanding", KKT menggelar ritual "naik pangkek" atau menaikkan "jari-jari" ke puncak bangunan tabut. Ritual "naik pangkek" dilakukan setelah shalat ashar, bertempat di gerga atau markas pembuatan tabut imam dan bangsal.
Tabut yang telah dilengkapi "jari-jari" (terbuat dari tembaga) yang bermakna sebagai simbol jasad cucu Nabi Muhamad SAW yakni Husein.
Selanjutnya tabut tersebut diarak menuju Jalan Ahmad Yani Kota Bengkulu untuk mengikuti ritual "arak gedang" dilanjutkan "tabut besanding" dengan puluhan tabut lainnya.
Tabut atau rangkaian peti tersebut mencapai setinggi tiga sampai lima meter. Tabot yang berwarna warni tersebut semakin meriah dan menarik perhatian karena dipasang lampu kerlap-kerlip sehingga sangat indah dilihat pada malam hari.
Upacara tabutt dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru Hijriah dan memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW bernama Husien dalam perang di Padang Karbala.
Ritual tabut yang digelar KKT telah dikembangkan oleh Pemda Provinsi Bengkulu dengan istilah "Festival Tabut" yang dirangkai dengan pertunjukan seni budaya dan pasar rakyat. Sejak tahun 1990 Pesta Budaya Tabot ditingkatkan menjadi Festival Wisata di Propinsi Bengkulu dan telah menjadi Budaya Bengkulu, yang diberi nama Festival Tabot.
Dalam Festival Tabot, perayaan yang semula hanya berisikan upacara-upacara ritual diperkaya dengan berbagai atraksi tambahan yang mampu memberi hiburan kepada masyarakat dan wisatawan. Selama 10 hari pelaksanaan Festival Tabot, masyarakat dan wisatawan dapat menyaksikan rangkaian upacara ritual Tabot dan menikmati berbagai pegelaran seni-budaya serta lomba-lomba kreasi seni tradisional Bengkulu, seperti : lomba Ikan-Ikan, lomba Telong-Telong (mungkin berasal dari kata Tengloleng atau Lampion dalam bahasa Cina), lomba Dol, lomba tari, Lomba Barong Landong (mirip Ondel-Ondel Betawi) dan sebagainya. (malin)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »