APA yang terjadi seandainya Indonesia jatuh ke tangan Islam radikal ?
Mari kita tengok sebentar bagaimana situasi di Libya. Libya adalah negara ke 4 terbesar di Afrika dan pemilik sumber minyak terbesar no. 10 di dunia.
Libya berubah bentuk dari kerajaan menjadi Republik Sosialis. Kudeta yang dilakukannya tahun 1963, mendudukkan Khaddafi menjadi pemandu revolusi dan merubah Libya secara radikal. Dia pengagum Mao Zedong dan mengikuti langkahnya dalam memberangus media dan melarang partai politik di negaranya.
Khaddafi sangat anti barat dan dia menjadi sponsor kelompok anti imperialisme dan zionisme. Dia-lah yang melatih kelompok radikal dari Jepang seperti Red Brigade, juga Black September dari Palestina, MILF Filipina dan IRA Irlandia. Khaddafi memimpikan Arab bersatu, tapi ia selalu gagal menyatukan bangsa arab. Khaddafi seorang diktator tapi pada eranya, Libya menjadi negara makmur dan tumbuh menjadi negara yang diperhitungkan di Arab baik secara ekonomi maupun politik.
Hingga datanglah jargon Arab Spring atau Revolusi dunia Arab di tahun 2011. Bermula dari Tunisia, apinya menjalar ke Suriah, Yordania, Maroko, Irak dan tentu saja Libya. Panasnya api kebangkitan Arab memanaskan semangat sebagian penduduk Libya untuk mengganti pemimpin yang ada dengan konsep khilafah. Maka mulai-lah keburukan Khaddafi diungkit-ungkit saat ia memimpin Libya.
Masyarakat Libya dipompa dengan jargon Islamic state atau Daulah Islamiyah, dimana digambarkan betapa indahnya ketika Islam menyatukan negara-negara dalam satu kepemimpinan atau khilafah. Kebencian-kebencian ditanamkan dan takbir dikumandangkan di banyak masjid dan mushala kecil dengan tujuan supaya rakyat bergerak untuk menjatuhkan pemimpin yang sah.
Pada waktu yang dirasa tepat, masuklah pemberontak ke Libya dan menguasai kota Zawiya. Para pemberontak itu dikomandani oleh al-qaeda dan al-akfir alhejara sebuah kelompok ekstrimis Islam. Belum dirasa cukup, NATO pun mengirimkan pasukannya untuk menggempur tentara pemerintah dan media-media barat melakukan brain-washing dengan menggambarkan kekejian Muammar Khaddafi dan pemerintahannya. Khaddafi di propagandakan telah membunuhi rakyat sipil yang tidak berdosa termasuk wanita dan anak-anak, padahal yang melakukan pembantaian massal adalah gerakan ekstrimis Islam dan NATO melalui pemboman dengan alasan membantu memulihkan demokrasi di Libya. Mirip dengan yang mereka lakukan di Suriah.
Milovan Drecun seorang wartawann kebangsaan Serbia dalam film pendek berjudul, “ Libya uprising: Crimes against humanity”, menggambarkan bahwa NATO telah membentuk pemerintahan sementara Libya atau TNC dengan mendudukkan para pemimpin Al-qaeda dan terus menerus memberitakan melalui jaringan media internasional mereka bahwa ini keinginan mayoritas rakyat Libya, padahal bukan.
Maka porak porandalah Libya.
Sampai sekarang, Libya terus dihantam perang saudara. Para kepala suku yg dulu berhasil disatukan Khaddafi saling berebut kekuasaan. Belum lagi perang antara Al-qaeda dan ISIS yang berebut khilafah. Yang menderita sudah pasti rakyat Libya dan yang tersenyum karena berhasil menjual senjata dan menguasai minyak Libya adalah AS dan sekutunya.
Hanya saja tidak ada rencana yang sempurna. Menlu Italia baru-baru ini saja mengingatkan Eropa bahwa Libya akan jatuh menjadi negara gagal (fail state) dan akan menjadi Somalia kedua. Libya akan menjadi pengekspor teroris radikal yang bisa menghantam Eropa. Sebuah karma.
Dengan peristiwa berbeda, kita bisa membayangkan betapa pahitnya wajah negara kita jika mereka berhasil melakukan pola yang sama dengan Libya. Dan gerakan-gerakan radikalis berbaju Islam sudah kita lihat dengan mata kepala sendiri ada dimana-mana, dan mereka menanamkan kebencian kepada pemerintah.
Indonesia adalah negara dengan muslim terbesar di dunia. Dengan menguasai negara kita, mereka akan menguasai Asia Tenggara dan habislah kita disini karena mendapat perlakuan yang sama dengan yang didapat rakyat Libya sehari-hari. Di eksekusi hanya karena tidak dapat membaca Alquran, dipenggal hanya karena kesalahan minimal bahkan wanita diperkosa dan dibantai hanya karena tidak mau menikahi para pengusung konsep khilafah.
Masih belum pahit kopinya?
Ditulis Oleh:
Mari kita tengok sebentar bagaimana situasi di Libya. Libya adalah negara ke 4 terbesar di Afrika dan pemilik sumber minyak terbesar no. 10 di dunia.
Libya berubah bentuk dari kerajaan menjadi Republik Sosialis. Kudeta yang dilakukannya tahun 1963, mendudukkan Khaddafi menjadi pemandu revolusi dan merubah Libya secara radikal. Dia pengagum Mao Zedong dan mengikuti langkahnya dalam memberangus media dan melarang partai politik di negaranya.
Khaddafi sangat anti barat dan dia menjadi sponsor kelompok anti imperialisme dan zionisme. Dia-lah yang melatih kelompok radikal dari Jepang seperti Red Brigade, juga Black September dari Palestina, MILF Filipina dan IRA Irlandia. Khaddafi memimpikan Arab bersatu, tapi ia selalu gagal menyatukan bangsa arab. Khaddafi seorang diktator tapi pada eranya, Libya menjadi negara makmur dan tumbuh menjadi negara yang diperhitungkan di Arab baik secara ekonomi maupun politik.
Hingga datanglah jargon Arab Spring atau Revolusi dunia Arab di tahun 2011. Bermula dari Tunisia, apinya menjalar ke Suriah, Yordania, Maroko, Irak dan tentu saja Libya. Panasnya api kebangkitan Arab memanaskan semangat sebagian penduduk Libya untuk mengganti pemimpin yang ada dengan konsep khilafah. Maka mulai-lah keburukan Khaddafi diungkit-ungkit saat ia memimpin Libya.
Masyarakat Libya dipompa dengan jargon Islamic state atau Daulah Islamiyah, dimana digambarkan betapa indahnya ketika Islam menyatukan negara-negara dalam satu kepemimpinan atau khilafah. Kebencian-kebencian ditanamkan dan takbir dikumandangkan di banyak masjid dan mushala kecil dengan tujuan supaya rakyat bergerak untuk menjatuhkan pemimpin yang sah.
Pada waktu yang dirasa tepat, masuklah pemberontak ke Libya dan menguasai kota Zawiya. Para pemberontak itu dikomandani oleh al-qaeda dan al-akfir alhejara sebuah kelompok ekstrimis Islam. Belum dirasa cukup, NATO pun mengirimkan pasukannya untuk menggempur tentara pemerintah dan media-media barat melakukan brain-washing dengan menggambarkan kekejian Muammar Khaddafi dan pemerintahannya. Khaddafi di propagandakan telah membunuhi rakyat sipil yang tidak berdosa termasuk wanita dan anak-anak, padahal yang melakukan pembantaian massal adalah gerakan ekstrimis Islam dan NATO melalui pemboman dengan alasan membantu memulihkan demokrasi di Libya. Mirip dengan yang mereka lakukan di Suriah.
Milovan Drecun seorang wartawann kebangsaan Serbia dalam film pendek berjudul, “ Libya uprising: Crimes against humanity”, menggambarkan bahwa NATO telah membentuk pemerintahan sementara Libya atau TNC dengan mendudukkan para pemimpin Al-qaeda dan terus menerus memberitakan melalui jaringan media internasional mereka bahwa ini keinginan mayoritas rakyat Libya, padahal bukan.
Maka porak porandalah Libya.
Sampai sekarang, Libya terus dihantam perang saudara. Para kepala suku yg dulu berhasil disatukan Khaddafi saling berebut kekuasaan. Belum lagi perang antara Al-qaeda dan ISIS yang berebut khilafah. Yang menderita sudah pasti rakyat Libya dan yang tersenyum karena berhasil menjual senjata dan menguasai minyak Libya adalah AS dan sekutunya.
Hanya saja tidak ada rencana yang sempurna. Menlu Italia baru-baru ini saja mengingatkan Eropa bahwa Libya akan jatuh menjadi negara gagal (fail state) dan akan menjadi Somalia kedua. Libya akan menjadi pengekspor teroris radikal yang bisa menghantam Eropa. Sebuah karma.
Dengan peristiwa berbeda, kita bisa membayangkan betapa pahitnya wajah negara kita jika mereka berhasil melakukan pola yang sama dengan Libya. Dan gerakan-gerakan radikalis berbaju Islam sudah kita lihat dengan mata kepala sendiri ada dimana-mana, dan mereka menanamkan kebencian kepada pemerintah.
Indonesia adalah negara dengan muslim terbesar di dunia. Dengan menguasai negara kita, mereka akan menguasai Asia Tenggara dan habislah kita disini karena mendapat perlakuan yang sama dengan yang didapat rakyat Libya sehari-hari. Di eksekusi hanya karena tidak dapat membaca Alquran, dipenggal hanya karena kesalahan minimal bahkan wanita diperkosa dan dibantai hanya karena tidak mau menikahi para pengusung konsep khilafah.
Masih belum pahit kopinya?
Ditulis Oleh:
Denny Siregar
Pengamat Sosial, Politik, Budaya, dan Agama
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »