BentengSumbar.com --- Satu dari sekian banyak silat nusantara yang terancam punah adalah Silat Harimau. Konon silat yang berasal dari warisan kerajaan Minangkabau kini tak banyak yang menguasai. Bahkan untuk orang minang sendiri tak banyak mengetahui.
Selain kalah tenar dengan seni bela diri Impor, proses mewarisi juga mandek. Hal itu yang kemudian menjadi masalah pada pelestarian warisan budaya Indonesia.
Silat Harimau tidak begitu mudah diturunkan ke sembarang orang. Pakem ini kemudian berakibat tidak terjadinya regenerasi pesilat Harimau. Hingga pada akhirnya, silat Harimau keluar dari pakem yang bisa membahayakan keberadaannya.
Setidaknya ada aliran-aliran silat di Minang yang lebih dahulu ada seperti Kuciang Siam, Anjiang Mualim ,dan Harimau Champa. Aliran-aliran silat yang ada kemudian dikembangkan dan lantas diberi nama silat Harimau. Terkait tahun berapa nama tersebut muncul, tidak diketahui dengan pasti.
Intisari silat Harimau terinspirasi dari gerak-gerakan Harimau. Kuda-kuda dan sikap waspada persis menyerupai Harimau. Maka tak heran, jika mitos yang berkembang mengatakan jika pesilat yang menguasai silat Harimau maka dirinya kelak akan berubah wujud menjadi Harimau.
Meski mitos yang berkembang seputar silat Harimau begitu kental. Seperti pencak silat lain, nuansa islami juga dominan dalam filosofi yang terkandung didalamnya.
Untuk belajar silat, guru memperkenalkan nilai-nilai agama lebih dulu kepada murid. Seperti pada tradisi Minang, silat zahir bertujuan mencari silaturahmi, batin silat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan jika ingin berniat jahat maka terlebih dahulu telah disingkirkan.
Filosofi tersebut tertuang dalam ungkapan," Awas rasa jangan hilang, berlantai sebelum roboh, bersiang menebas sebelum tumbuh." Ungkapan tersebut lantas terimplementasi melalui gerakan kuda-kuda yang berdiri dengan huruf alif yang bermakna pesilat berdiri beserta Allah, berdiri dua kali menyerupai huruf lam dan berdiri dengan menyerupai huruf hijaiyah 'Kha'.
Karakter keras, bukan basa-basi dan tegas menjadi ciri utama ajaran silat harimau. Karena memang didesain untuk mematikan lawan dengan jurus-jurus berbahaya dengan menyerang langsung daerah vital musuh, baik dengan gaya lenting atau terkam Harimau. Oleh karena itu, silat Harimau kemudian dikenal dengan silat beraliran keras. Demikian keras, hingga potensi penyalahgunaan ilmu begitu besar.
Untuk mengatasinya, para guru memberikan pendalaman agama disetiap sesi latihan guna memperkuat iman dan mental anak didiknya. Paling tidak, silat Harimau bisa diturunkan walau belum banyak yang benar-benar menguasai. Bahkan ada tiga orang yang menguasai silat Harimau yakni satu orang Indonesia dan dua orang kebangsaan Inggris. Kebanyakan orang asing yang belajar silat Harimau karena tertarik dengan keunikan filosofi dan ritme setiap gerakan yang tidak dimiliki seni beladiri lain.
Hal mencengangkan lain, ketika Silat Harimau kemudian didokumentasikan melalui sebuah film berjudul "Merantu", sutradaranya merupakan kebangsaan Inggris yang begitu tertarik terhadap keberadaan pencak silat.
Salah seorang Mahaguru Silat Harimau adalah Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam, yang akrab dipanggil Datuk Edwel, yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 6 Juli 1963. Datuk Edwel mewarisi ilmu silat Harimau dari kakek buyutnya, Inyiak Angguik, yang dikenal memiliki ilmu telepati turun-temurun dengan Harimau Sumatera di hutan dekat kampung halamannya, Balingka, Agam, Sumatera Barat pada masa kolonial.
Inyiak Angguik memelihara 8 ekor Harimau yang semuanya hidup liar di hutan Pasaman sebelah kampung mereka. Dengan para Harimau itulah Inyiak Angguik melatih jurus-jurus silat di kolong rumah panggungnya dengan bergelut dan bercanda. Jurus-jurus silat ini akhirnya berkembang alami meniru gerak Harimau Sumatera, bergelut satu sama lain dan kini dikenal sebagai Silat Harimau. (ogah/dari berbagai sumber)
Selain kalah tenar dengan seni bela diri Impor, proses mewarisi juga mandek. Hal itu yang kemudian menjadi masalah pada pelestarian warisan budaya Indonesia.
Silat Harimau tidak begitu mudah diturunkan ke sembarang orang. Pakem ini kemudian berakibat tidak terjadinya regenerasi pesilat Harimau. Hingga pada akhirnya, silat Harimau keluar dari pakem yang bisa membahayakan keberadaannya.
Setidaknya ada aliran-aliran silat di Minang yang lebih dahulu ada seperti Kuciang Siam, Anjiang Mualim ,dan Harimau Champa. Aliran-aliran silat yang ada kemudian dikembangkan dan lantas diberi nama silat Harimau. Terkait tahun berapa nama tersebut muncul, tidak diketahui dengan pasti.
Intisari silat Harimau terinspirasi dari gerak-gerakan Harimau. Kuda-kuda dan sikap waspada persis menyerupai Harimau. Maka tak heran, jika mitos yang berkembang mengatakan jika pesilat yang menguasai silat Harimau maka dirinya kelak akan berubah wujud menjadi Harimau.
Meski mitos yang berkembang seputar silat Harimau begitu kental. Seperti pencak silat lain, nuansa islami juga dominan dalam filosofi yang terkandung didalamnya.
Untuk belajar silat, guru memperkenalkan nilai-nilai agama lebih dulu kepada murid. Seperti pada tradisi Minang, silat zahir bertujuan mencari silaturahmi, batin silat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan jika ingin berniat jahat maka terlebih dahulu telah disingkirkan.
Filosofi tersebut tertuang dalam ungkapan," Awas rasa jangan hilang, berlantai sebelum roboh, bersiang menebas sebelum tumbuh." Ungkapan tersebut lantas terimplementasi melalui gerakan kuda-kuda yang berdiri dengan huruf alif yang bermakna pesilat berdiri beserta Allah, berdiri dua kali menyerupai huruf lam dan berdiri dengan menyerupai huruf hijaiyah 'Kha'.
Karakter keras, bukan basa-basi dan tegas menjadi ciri utama ajaran silat harimau. Karena memang didesain untuk mematikan lawan dengan jurus-jurus berbahaya dengan menyerang langsung daerah vital musuh, baik dengan gaya lenting atau terkam Harimau. Oleh karena itu, silat Harimau kemudian dikenal dengan silat beraliran keras. Demikian keras, hingga potensi penyalahgunaan ilmu begitu besar.
Untuk mengatasinya, para guru memberikan pendalaman agama disetiap sesi latihan guna memperkuat iman dan mental anak didiknya. Paling tidak, silat Harimau bisa diturunkan walau belum banyak yang benar-benar menguasai. Bahkan ada tiga orang yang menguasai silat Harimau yakni satu orang Indonesia dan dua orang kebangsaan Inggris. Kebanyakan orang asing yang belajar silat Harimau karena tertarik dengan keunikan filosofi dan ritme setiap gerakan yang tidak dimiliki seni beladiri lain.
Hal mencengangkan lain, ketika Silat Harimau kemudian didokumentasikan melalui sebuah film berjudul "Merantu", sutradaranya merupakan kebangsaan Inggris yang begitu tertarik terhadap keberadaan pencak silat.
Salah seorang Mahaguru Silat Harimau adalah Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam, yang akrab dipanggil Datuk Edwel, yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 6 Juli 1963. Datuk Edwel mewarisi ilmu silat Harimau dari kakek buyutnya, Inyiak Angguik, yang dikenal memiliki ilmu telepati turun-temurun dengan Harimau Sumatera di hutan dekat kampung halamannya, Balingka, Agam, Sumatera Barat pada masa kolonial.
Inyiak Angguik memelihara 8 ekor Harimau yang semuanya hidup liar di hutan Pasaman sebelah kampung mereka. Dengan para Harimau itulah Inyiak Angguik melatih jurus-jurus silat di kolong rumah panggungnya dengan bergelut dan bercanda. Jurus-jurus silat ini akhirnya berkembang alami meniru gerak Harimau Sumatera, bergelut satu sama lain dan kini dikenal sebagai Silat Harimau. (ogah/dari berbagai sumber)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »