BentengSumbar.com --- Salung Pauh sebuah tradisi lisan yang spisifik berbeda dengan salung panjang, saat ini minim generasi. Salung Pauh, di manapun di mainkan orang dan di peragakan orang, namanya akan tetap Salung Pauh, karena salah satu kesenian tradisional Minangkabau.
Tradisi seni Salung Pauh sudah banyak di kenal orang di Nusantra ini sebab memiliki Perbedaan dengan kesenian tradisional lainnya, baik dalam menyajikan cerita di mulai dari tahapan-tahapan, baik bunyi, punya sampiran dan pesan serta kisah cerita sesuai realitanya, berlangsung sekitar 50 tahun atau 100 tahun lalu.
Hal ini di sampaikan Camat Pauh Wardas Tanjung dalam kata sambutannya. pada acara Salung Pauh, digelar oleh Mahasiswa Unand Padang, jurusan Sastra Indonesia dan jurusan Budaya Daerah, di Koto Panjang, Kampung Budaya Wisata, Limau Manis Kec. Pauh Padang, Jum’at malam, (16/5).
Hadir dalam acara semalam Salung Pauh, Camat Lubuk Kilangan (Luki) Syofwan, Lurah Limau Manis Suardiman, Ninik Mamak, urang sumando, Bunda Kanduang, RT, RW dan masyarakat di sekitarnya.
"Jika kita perhatikan Salung Pauh memiliki 6 lobang, bagi penyampaikan kaba (cerita) bunyi tiupan salung sangat di perhatikan, bila lobang di tutup 4 atau 6 bunyi akan berbeda, sehingga penyampai kaba akan dapat memahami dan mengiring irama bunyi salung tersebut," ujarnya.
Wardas merasa prihatin terhadap generasi muda yang enggan mempelajari kesenian tradisional Salung Pauh, sebagai warisan nenek moyang yang turun termurun sejak dahulunya. Bayangkan saja di Kota Padang yang mampu memainkan Salung Pauh hanya berjumlah 3 orang saja.
"Makanya, kita sangat cemas, bila tiga orang ini tiada, tentu sebuah tradisi sangat berharga dan bernilai tinggi akan lenyap pula. Kita berharap kepada generasi muda mari kita pelajari dan lestari budaya kesenian tradisional Salung Pauh di Kota Padang, “ Ujar Camat Pauh.
Sementara itu, Peniup seruling (Salung) Pono dan penyampaian Kaba Ican mengatakan, bahwa generasi muda kelihatan tidak mencintai kesenian tradisional seperti Kesenian Salung Pauh. Anak-anak sebagian besar suka dengan kesenian gaya barat dan tidak peduli kesenian leluhurnya.
“Kami sangat mengharapkan, kesenian leluhur Salung Pauh dapat bangkit kembali di Ranah Minang, diminati para kuala mudanya dan menyadari bahwa kesenian leluhur lebih baik dengan kesenian lainnya," ujar Pono.
Adriati Amir, Dosen Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang mengatakan, untuk mengenalkan Saluang Pauh ke generasi muda, Unand menggalakan mahasiswanya untuk melakukan praktek lapangan sembari melakukan penelitian kesenian tradisional lisan Salung Pauh. Saluang Pauh sungguh luar biasa dan sangat beda sekali dengan kesenian tradisional lainnya.
"Salung Pauh mengisahkan sebuah cerita sangat menarik untuk di dengar dan di pahami, dalam ceritanya dan isinya banyak pesan-pesan tentang kehidupan anak manusia di masa lalu, sebagai contoh bagi kita semuanya," ungkapnya. (BY/Taf)
Tradisi seni Salung Pauh sudah banyak di kenal orang di Nusantra ini sebab memiliki Perbedaan dengan kesenian tradisional lainnya, baik dalam menyajikan cerita di mulai dari tahapan-tahapan, baik bunyi, punya sampiran dan pesan serta kisah cerita sesuai realitanya, berlangsung sekitar 50 tahun atau 100 tahun lalu.
Hal ini di sampaikan Camat Pauh Wardas Tanjung dalam kata sambutannya. pada acara Salung Pauh, digelar oleh Mahasiswa Unand Padang, jurusan Sastra Indonesia dan jurusan Budaya Daerah, di Koto Panjang, Kampung Budaya Wisata, Limau Manis Kec. Pauh Padang, Jum’at malam, (16/5).
Hadir dalam acara semalam Salung Pauh, Camat Lubuk Kilangan (Luki) Syofwan, Lurah Limau Manis Suardiman, Ninik Mamak, urang sumando, Bunda Kanduang, RT, RW dan masyarakat di sekitarnya.
"Jika kita perhatikan Salung Pauh memiliki 6 lobang, bagi penyampaikan kaba (cerita) bunyi tiupan salung sangat di perhatikan, bila lobang di tutup 4 atau 6 bunyi akan berbeda, sehingga penyampai kaba akan dapat memahami dan mengiring irama bunyi salung tersebut," ujarnya.
Wardas merasa prihatin terhadap generasi muda yang enggan mempelajari kesenian tradisional Salung Pauh, sebagai warisan nenek moyang yang turun termurun sejak dahulunya. Bayangkan saja di Kota Padang yang mampu memainkan Salung Pauh hanya berjumlah 3 orang saja.
"Makanya, kita sangat cemas, bila tiga orang ini tiada, tentu sebuah tradisi sangat berharga dan bernilai tinggi akan lenyap pula. Kita berharap kepada generasi muda mari kita pelajari dan lestari budaya kesenian tradisional Salung Pauh di Kota Padang, “ Ujar Camat Pauh.
Sementara itu, Peniup seruling (Salung) Pono dan penyampaian Kaba Ican mengatakan, bahwa generasi muda kelihatan tidak mencintai kesenian tradisional seperti Kesenian Salung Pauh. Anak-anak sebagian besar suka dengan kesenian gaya barat dan tidak peduli kesenian leluhurnya.
“Kami sangat mengharapkan, kesenian leluhur Salung Pauh dapat bangkit kembali di Ranah Minang, diminati para kuala mudanya dan menyadari bahwa kesenian leluhur lebih baik dengan kesenian lainnya," ujar Pono.
Adriati Amir, Dosen Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang mengatakan, untuk mengenalkan Saluang Pauh ke generasi muda, Unand menggalakan mahasiswanya untuk melakukan praktek lapangan sembari melakukan penelitian kesenian tradisional lisan Salung Pauh. Saluang Pauh sungguh luar biasa dan sangat beda sekali dengan kesenian tradisional lainnya.
"Salung Pauh mengisahkan sebuah cerita sangat menarik untuk di dengar dan di pahami, dalam ceritanya dan isinya banyak pesan-pesan tentang kehidupan anak manusia di masa lalu, sebagai contoh bagi kita semuanya," ungkapnya. (BY/Taf)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »