BentengSumbar.com --- Bangsa pelupa, itualah yang acap disematkan sebagian peneliti kepada bangsa ini. Betapa tidak, bangsa ini sering melupakan sejarah perjuangannya sendiri dalam merebut, dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pelaku-pelaku sejarah yang memperjuangkan tegaknya NKRI seringkali hanya dikenang jasa-jasanya ketika peringatan 'Hari Pahlawan Nasional' atau '17 Agustusan.' Pada hari bersejarah itu, serentak diadakan tabur bunga di Makam Pahlawan.
Untuk sekedar mengingat kembali, kami mencoba mengajak kita semua untuk mengingat pelaku sejarah yang menumpas peperangan rakyat Jawa melawan Belanda. Perlawanan rakyat Jawa 'berhenti' ketika Sang Pengeran yang legendaris itu ditangkap. Disaat Pangeran Diponegoro ditumpas oleh pasukan pribumi dari Tanah Manado.
Xaverius Dotulong
Xaverius Dotulong adalah salah satu pemimpin dari suku Tonsea yang berkedudukan di Kema kini. Saat berkorespondensi dengan Gubernur Ternate Robertus Padtbrugge, Xaverius Dotulong menggunakan bahasa Melayu yang ternyata sudah banyak digunakan oleh pedagang-pedagang yang berdagang di wilayah nusantara. Xaverius Dotulong adalah anak dari Runtukahu Lumanauw yang tinggal di Kema dan merintis pembangunan tempat ini.
Groot-Majoor Tololiu Hermanus Willem Dotulong, lahir di Kema, 12 Januari 1795 dan meninggal di Sonder, 18 November 1888. Ia adalah cece dari Xaverius Dotulong, seorang sahabat Gubernur Maluku. Ia yang memimpin pasukan Tulungan dari keresidenan Manado membawahi 1241 orang pasukan yang menolong Belanda membasmi Perang Jawa (Perang Diponegoro). Pasukannyalah yang menangkap Pangeran Diponegoro (dari Kapitein Benjamin Thomas Tawalijn SIGAR asal Langowan).
Kapiten Langowan
Siapakah dia? Tawajln Sigar ini tetua keluarga di Langowan, yang pernah menjadi kapiten ketika pasukan Tulungan atau pasukan bantuan (hulptroepen) dari suku-suku di Minahasa dikirim ke Jawa untuk membantu memadamkan perlawanan Pangeran Diponegoro.
Pengiriman hulptroepen dari Minahasa dilakukan dua gelombang. Pertama pada tahun 1826, dan kedua pada 1829. Kapiten Tawajlin Sigar diberangkatkan di gelombang kedua, di bawah pimpinan Mayor Tololiu Herman Willem Dotulong, tokoh utama pasukan Tulungan.
Menurut Bode Grey Talumewo, peneliti muda dan pengumpul data sejarah Minahasa, Kapiten Langowan ikut membantu Dotulong selama tugas di Jawa.
Bode menjelaskan, turunan Kapiten Langowan, yaitu Benyamin Thomas Sigar yakni Bastian Sigar yang memiliki anak Laurents T Sigar, Kepala Walak Langowan. Anak Laurents diberi nama Philip Sigar yang tak menjabat apa pun. Dari Philip lahirlah Philip LF Sigar.
Philip inilah yang merupakan ayah Dora Sigar. Dora Sigar yang dibawa ayahnya ke Utrecht, Belanda, bertemu Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo di negeri itu, mereka kemudian menikah. (Sumber: wikipedia/tribunnews.com/langowan.com)
Pelaku-pelaku sejarah yang memperjuangkan tegaknya NKRI seringkali hanya dikenang jasa-jasanya ketika peringatan 'Hari Pahlawan Nasional' atau '17 Agustusan.' Pada hari bersejarah itu, serentak diadakan tabur bunga di Makam Pahlawan.
Untuk sekedar mengingat kembali, kami mencoba mengajak kita semua untuk mengingat pelaku sejarah yang menumpas peperangan rakyat Jawa melawan Belanda. Perlawanan rakyat Jawa 'berhenti' ketika Sang Pengeran yang legendaris itu ditangkap. Disaat Pangeran Diponegoro ditumpas oleh pasukan pribumi dari Tanah Manado.
Xaverius Dotulong
Xaverius Dotulong adalah salah satu pemimpin dari suku Tonsea yang berkedudukan di Kema kini. Saat berkorespondensi dengan Gubernur Ternate Robertus Padtbrugge, Xaverius Dotulong menggunakan bahasa Melayu yang ternyata sudah banyak digunakan oleh pedagang-pedagang yang berdagang di wilayah nusantara. Xaverius Dotulong adalah anak dari Runtukahu Lumanauw yang tinggal di Kema dan merintis pembangunan tempat ini.
Groot-Majoor Tololiu Hermanus Willem Dotulong, lahir di Kema, 12 Januari 1795 dan meninggal di Sonder, 18 November 1888. Ia adalah cece dari Xaverius Dotulong, seorang sahabat Gubernur Maluku. Ia yang memimpin pasukan Tulungan dari keresidenan Manado membawahi 1241 orang pasukan yang menolong Belanda membasmi Perang Jawa (Perang Diponegoro). Pasukannyalah yang menangkap Pangeran Diponegoro (dari Kapitein Benjamin Thomas Tawalijn SIGAR asal Langowan).
Kapiten Langowan
Siapakah dia? Tawajln Sigar ini tetua keluarga di Langowan, yang pernah menjadi kapiten ketika pasukan Tulungan atau pasukan bantuan (hulptroepen) dari suku-suku di Minahasa dikirim ke Jawa untuk membantu memadamkan perlawanan Pangeran Diponegoro.
Pengiriman hulptroepen dari Minahasa dilakukan dua gelombang. Pertama pada tahun 1826, dan kedua pada 1829. Kapiten Tawajlin Sigar diberangkatkan di gelombang kedua, di bawah pimpinan Mayor Tololiu Herman Willem Dotulong, tokoh utama pasukan Tulungan.
Menurut Bode Grey Talumewo, peneliti muda dan pengumpul data sejarah Minahasa, Kapiten Langowan ikut membantu Dotulong selama tugas di Jawa.
Bode menjelaskan, turunan Kapiten Langowan, yaitu Benyamin Thomas Sigar yakni Bastian Sigar yang memiliki anak Laurents T Sigar, Kepala Walak Langowan. Anak Laurents diberi nama Philip Sigar yang tak menjabat apa pun. Dari Philip lahirlah Philip LF Sigar.
Philip inilah yang merupakan ayah Dora Sigar. Dora Sigar yang dibawa ayahnya ke Utrecht, Belanda, bertemu Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo di negeri itu, mereka kemudian menikah. (Sumber: wikipedia/tribunnews.com/langowan.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »