BentengSumbar.com --- Tekad Bupati Sijunjung, Yuswir Arifin melepaskan Jorong Muaro Kaluai dari belenggu tersolir, terisolasi dan tertinggal, sudah terwujud. Sepanjang 6,5 kilometer jalan yang selama ini menyebabkan Jorong Muaro Kaluai tersolir, terisolasi dan tertinggal, telah selesai dibangun dan sudah bisa dilalui dengan kendaraan roda empat.
Jalan menuju Muaro Kaluai dalam Nagari Langki, Kecamatan Tanjung Gadang itu ditinjau oleh bupati bersama ketua DPRD Mukhlis. R, sejumlah kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Muspika Tanjung Gadang.
Bahkan bupati serta ketua DPRD langsung memasang portal dan mencor kedudukannya, supaya jalan tidak dilalui truk col disel, agar sarana perhubungan itu tidak rusak dan hancur.
Bupati mengatakan, sepanjang 6,5 kilometer jalan yang selama ini menyebabkan Jorong Muaro Kaluai tersolir, terisolasi dan tertinggal, dibangun dengan dana partisipatif Kabupaten Sijunjung tahun 2013 Rp300 juta.
Pembangunan jalan setapak menjadi jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat, aitem pekerjaannya tidak saja pembukaan, pelebaran, pengerasan dan pengerekelan, tapi juga pembuatan dua unit jembatan dan dua unit plat dwiker.
Karena dikerjakan secara swadaya, nilai akhir jalan yang dibangun mencapai Rp500 juta. Rp200 juta yang merupakan swadaya masyarakat, terdiri dari tenaga serta bahan yang dicari, seperti pasir, kerekel, batu dan kayu.
Supaya Muaro Kaluai benar-benar lepas dari belenggu tersolir, terisolasi dan tertinggal, setelah pembangunan jalan selesai, di jorong itu akan dibangun berbagai sarana dan prasarana, seperti lokal jauh SD, puskesmas pembantu, mushalla dan rumah warga.
“Berbagai sarana dan prasarana itu akan kita bangun dalam satu kawasan, supaya masyarakat terkosentrasi dalam satu lokasi. Tidak seperti rumah penduduk yang sekarang berpencar, tersuruk, terpencil yang jarak dari satu rumah ke rumah yang lain cukup jauh,” jelas Bupati Yuswir Arifin.
“Memasuki Muaro Kaluai, kita seperti diseret ke tahun-tahun sebelum kemerdekaan. Sebuah jorong, atau bahkan taratak nan sunyi. Tidak ada sekolah, tidak ada apa-apanya di sini, kecuali sebuah surau reot. Itupun tidak dipakai lagi.
Jangan tanya pendidikan ana-anak. Mereka seperti melihat bulan tergayut di langit tua. Jauh dan tinggi, tak mungkin tangan menggapai. Pendidikan seperti nama asing di situ. Inilah desa yang sesungguhnya menjadi potret buram negeri kita”.
Menurut kepala Jorong Muaro Kaluai, Aprizal karena tidak bersekolah sebagian besar remaja jorong ini, buta huruf. Sudahlah buta huruf, tak pandai pula mengaji.
Keringkerontangnya remaja Muaro Kaluai dari ilmu, disamping faktor terpencil dan terisolasi, juga lantaran jorong itu tidak memiliki sarana umum, selain sebuah surau reot. Itu pun tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
“Jangan tanya dimana TK, SD, langgar, masjid dan puskesmas kepada rakyat Muaro Kaluai, mereka tidak memilikinya, karena satu-satunya sarana umum yang ada hanya sebuah surau reot, itupun tidak dipergunakan”, jelas kepala jorong diamini sejumlah masyarakat. (Buya/Rel)
Jalan menuju Muaro Kaluai dalam Nagari Langki, Kecamatan Tanjung Gadang itu ditinjau oleh bupati bersama ketua DPRD Mukhlis. R, sejumlah kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Muspika Tanjung Gadang.
Bahkan bupati serta ketua DPRD langsung memasang portal dan mencor kedudukannya, supaya jalan tidak dilalui truk col disel, agar sarana perhubungan itu tidak rusak dan hancur.
Bupati mengatakan, sepanjang 6,5 kilometer jalan yang selama ini menyebabkan Jorong Muaro Kaluai tersolir, terisolasi dan tertinggal, dibangun dengan dana partisipatif Kabupaten Sijunjung tahun 2013 Rp300 juta.
Pembangunan jalan setapak menjadi jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat, aitem pekerjaannya tidak saja pembukaan, pelebaran, pengerasan dan pengerekelan, tapi juga pembuatan dua unit jembatan dan dua unit plat dwiker.
Karena dikerjakan secara swadaya, nilai akhir jalan yang dibangun mencapai Rp500 juta. Rp200 juta yang merupakan swadaya masyarakat, terdiri dari tenaga serta bahan yang dicari, seperti pasir, kerekel, batu dan kayu.
Supaya Muaro Kaluai benar-benar lepas dari belenggu tersolir, terisolasi dan tertinggal, setelah pembangunan jalan selesai, di jorong itu akan dibangun berbagai sarana dan prasarana, seperti lokal jauh SD, puskesmas pembantu, mushalla dan rumah warga.
“Berbagai sarana dan prasarana itu akan kita bangun dalam satu kawasan, supaya masyarakat terkosentrasi dalam satu lokasi. Tidak seperti rumah penduduk yang sekarang berpencar, tersuruk, terpencil yang jarak dari satu rumah ke rumah yang lain cukup jauh,” jelas Bupati Yuswir Arifin.
“Memasuki Muaro Kaluai, kita seperti diseret ke tahun-tahun sebelum kemerdekaan. Sebuah jorong, atau bahkan taratak nan sunyi. Tidak ada sekolah, tidak ada apa-apanya di sini, kecuali sebuah surau reot. Itupun tidak dipakai lagi.
Jangan tanya pendidikan ana-anak. Mereka seperti melihat bulan tergayut di langit tua. Jauh dan tinggi, tak mungkin tangan menggapai. Pendidikan seperti nama asing di situ. Inilah desa yang sesungguhnya menjadi potret buram negeri kita”.
Menurut kepala Jorong Muaro Kaluai, Aprizal karena tidak bersekolah sebagian besar remaja jorong ini, buta huruf. Sudahlah buta huruf, tak pandai pula mengaji.
Keringkerontangnya remaja Muaro Kaluai dari ilmu, disamping faktor terpencil dan terisolasi, juga lantaran jorong itu tidak memiliki sarana umum, selain sebuah surau reot. Itu pun tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
“Jangan tanya dimana TK, SD, langgar, masjid dan puskesmas kepada rakyat Muaro Kaluai, mereka tidak memilikinya, karena satu-satunya sarana umum yang ada hanya sebuah surau reot, itupun tidak dipergunakan”, jelas kepala jorong diamini sejumlah masyarakat. (Buya/Rel)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »