JABATAN merupakan amanah yang diberikan Allah swt kepada seseorang. Tujuannya, agar amanah atau kepercayaan yang diberikan itu dapat dijalankan dengan baik. Bagi orang yang dimanahkan suatu jabatan dan menjalankannya dengan baik sesuai tupoksi jabatan itu, maka pahala akan diberikan oleh Allah kepada orang tersebut.
Allah swt berfirman, “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah ayat 82). Maksudnya, jabatan yang ditunaikan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ada dan mendatangkan maslahat bagi orang banyak, maka Allah akan memberikan ganjaran sorga atas amal sholeh yang dia lakukan.
Namun sebaliknya, jika jabatan itu dilaksanakan dengan sekehendak hati dan menzalimi seseorang, maka Allah swt mengecam penerima amanah tersebut. Allah swt melaknati orang yang menunaikan amanah yang dipercayakan kepadanya, tapi amanah itu dia sia-siakan dan dipergunakan untuk menzalimi orang lain atau rakyat.
Orang-orang yang mengabaikan amanah yang diberika kepadanya dan bertindak sewenang-wenang atas jabatan yang dipegangnya, maka Allah swt mengancam orang tersebut, jangankan akan masuk sorga, mencium bau sorga saja dia tidak akan dapat. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga." (HR Bukhari)
Rasulullah saw melarang keras kaum muslimin untuk meminta-minta dan rakus terhadap jabatan. Sebab jabatan itu adalah amanah dan ujian yang diberikan Allah swt kepada manusia, bukan semata kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada anak buahnya.
Rasulullah saw bersabda, "Kalian akan rakus terhadap jabatan, padahal jabatan itu akan menjadi penyesalan dihari kiamat, ia adalah seenak-enak penyusuan dan segetir-getir penyapihan." (HR Bukhari).
Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang doyan meminta-minta jabatan akan cenderung menyalahgunakan jabatannya tersebut. Dia akan bertindak zalim pada jabatan yang dipegangnya. Rasulullah saw mengingatkan ummatnya, "Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai." (HR. Ath-Thabrani).
Dalam konsep Siyasah Islamiyyah (Ilmu Ketatanegaraan Islam atau acap juga disebut ilmu yang mempelajari politik Islam), jabatan bukanlah kepercayaan atasan kepada bawahan semata, tetapi merupakan amanah yang dipikulkan kepada seseorang oleh Allah swt untuk menguji seseorang tersebut, apakah dia betul-betul mampu melaksanakannya ataukah tidak. Jika dia mampu melaksanakan amanah itu dengan baik, balasan sorga sudah menanti, tapi jika sebaliknya, jangankan sorga, baunya saja tidak mendapatkan. Alamat badan akan 'balambin' ke api neraka.
Menarik disini, ketika penulis diskusi dengan ustad DR. Khairul Ikhwan, MS, Malin Basa, seorang politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di daerah ini. Dia mengatakan Islam melarang keras seseorang meminta-minta jabatan. Setidaknya, konsep politik semacam ini diterapkan dengan ketat oleh PKS, termasuk oleh kader-kader partai dakwah ini yang memegang tampuk kekuasaan di daerah, semisal Gubernur Sumatera Barat Prof. DR. H. Irwan Prayitno, P. Si, M. Sc Datuk Rajo Bandaro Basa.
Fanomena menarik yang pernah penulis saksikan, setelah Irwan Prayitno dilantik menjadi Gubernur Sumbar, salah seorang yang mengaku orang kampung sang Gubernur menghadap kepadanya dan meminta ditempatkan pada jabatan tertentu di salah satu dinas dilingkungan Pemprovinsi Sumatera Barat, sembari tersenyum Gubernur menjawab, "Anda memiliki hak yang sama dengan yang lain, silahkan ikuti tes yang saya adakan."
Belakangan, orang itu tak kunjung diangkat Gubernur pada jabatan yang dia minta, padahal orang ini tak hanya orang kampung, tetapi masih memiliki hubungan family jauh dengan Gubernur. Usut punya usut, ternyata dia tidak lulus tes pemetaan potensi yang diadakan Gubernur.
Setidaknya, melihat fanomena ini, penulis dapat menyimpulkan, kalau Gubernur yang berasal dari PKS tersebut berusaha dengan ketat menerapkan sistem politik Islam dan membuang jauh-jauh konsep politik ashobiyyah (Paga kampung, Paga Nagari, Urang Kampung Dipatenggangkan) yang membudaya dan merusak tatanan yang ada. Nilai tes pemetaan potensi dan prestasi plus kinerja terhadap tugas yang diberikan kepadanya selama ini, betul-betul menjadi pertimbangan mutlak Gubernur Irwan Prayitno dalam mendudukan seseorang pada posisi jabatan tertentu.
Konsep tidak mau menzalimi seseorang juga dipakai Gubernur Irwan. Setelah dia dilantik, dia tidak serta merta mengganti pejabat yang ada dan menonjobkan mereka. "Sepanjang kinerjanya bagus dan tidak bermasalah, akan tetap saya pakai," ungkap Gubernur Irwan pada salah satu kesempatan ketika berdiskusi dengan penulis.
Alhasil, pejabat yang ada tak ada diganti, tetapi hanya dilakukan penyisipan untuk mengisi 'kursi kosong' karena pejabat lama pensiun atau dianggap bermasalah dan memiliki kinerja yang buruk. Paling banter, sang Gubernur hanya melakukan mutasi jabatan, tanpa mau menonjobkan seseorang.
Sikap ini bertolak belakang dengan kepala daerah yang ada di Sumetara Barat. Kebanyakan mereka, setelah dilantik mereka melakukan perombakan 'kabinet' besar-besaran dan doyan menonjobkan pejabat yang dianggap menjadi lawan politiknya. Politik balas dendam, agaknya itulah istilah yang mereka pakai. Orang-orang yang dianggap loyal dengan kepala daerah sebelumnya mereka ganti dan nonjobkan, tanpa mempertimbangkan kinerja seseorang. Parahnya, perombakan 'kabinet' itu dilakukan tak hanya sekali dalam setahun, bahkan lebih. Dan ini tentu saja akan dapat merusak tatanan yang ada.
Wallahu'alam bishawab.
Allah swt berfirman, “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah ayat 82). Maksudnya, jabatan yang ditunaikan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ada dan mendatangkan maslahat bagi orang banyak, maka Allah akan memberikan ganjaran sorga atas amal sholeh yang dia lakukan.
Namun sebaliknya, jika jabatan itu dilaksanakan dengan sekehendak hati dan menzalimi seseorang, maka Allah swt mengecam penerima amanah tersebut. Allah swt melaknati orang yang menunaikan amanah yang dipercayakan kepadanya, tapi amanah itu dia sia-siakan dan dipergunakan untuk menzalimi orang lain atau rakyat.
Allah swt berfirman, "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (QS Muhammad ayat 22-23).
Orang-orang yang mengabaikan amanah yang diberika kepadanya dan bertindak sewenang-wenang atas jabatan yang dipegangnya, maka Allah swt mengancam orang tersebut, jangankan akan masuk sorga, mencium bau sorga saja dia tidak akan dapat. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga." (HR Bukhari)
Rasulullah saw melarang keras kaum muslimin untuk meminta-minta dan rakus terhadap jabatan. Sebab jabatan itu adalah amanah dan ujian yang diberikan Allah swt kepada manusia, bukan semata kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada anak buahnya.
Rasulullah saw bersabda, "Kalian akan rakus terhadap jabatan, padahal jabatan itu akan menjadi penyesalan dihari kiamat, ia adalah seenak-enak penyusuan dan segetir-getir penyapihan." (HR Bukhari).
Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang doyan meminta-minta jabatan akan cenderung menyalahgunakan jabatannya tersebut. Dia akan bertindak zalim pada jabatan yang dipegangnya. Rasulullah saw mengingatkan ummatnya, "Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai." (HR. Ath-Thabrani).
Dalam konsep Siyasah Islamiyyah (Ilmu Ketatanegaraan Islam atau acap juga disebut ilmu yang mempelajari politik Islam), jabatan bukanlah kepercayaan atasan kepada bawahan semata, tetapi merupakan amanah yang dipikulkan kepada seseorang oleh Allah swt untuk menguji seseorang tersebut, apakah dia betul-betul mampu melaksanakannya ataukah tidak. Jika dia mampu melaksanakan amanah itu dengan baik, balasan sorga sudah menanti, tapi jika sebaliknya, jangankan sorga, baunya saja tidak mendapatkan. Alamat badan akan 'balambin' ke api neraka.
Menarik disini, ketika penulis diskusi dengan ustad DR. Khairul Ikhwan, MS, Malin Basa, seorang politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di daerah ini. Dia mengatakan Islam melarang keras seseorang meminta-minta jabatan. Setidaknya, konsep politik semacam ini diterapkan dengan ketat oleh PKS, termasuk oleh kader-kader partai dakwah ini yang memegang tampuk kekuasaan di daerah, semisal Gubernur Sumatera Barat Prof. DR. H. Irwan Prayitno, P. Si, M. Sc Datuk Rajo Bandaro Basa.
Fanomena menarik yang pernah penulis saksikan, setelah Irwan Prayitno dilantik menjadi Gubernur Sumbar, salah seorang yang mengaku orang kampung sang Gubernur menghadap kepadanya dan meminta ditempatkan pada jabatan tertentu di salah satu dinas dilingkungan Pemprovinsi Sumatera Barat, sembari tersenyum Gubernur menjawab, "Anda memiliki hak yang sama dengan yang lain, silahkan ikuti tes yang saya adakan."
Belakangan, orang itu tak kunjung diangkat Gubernur pada jabatan yang dia minta, padahal orang ini tak hanya orang kampung, tetapi masih memiliki hubungan family jauh dengan Gubernur. Usut punya usut, ternyata dia tidak lulus tes pemetaan potensi yang diadakan Gubernur.
Setidaknya, melihat fanomena ini, penulis dapat menyimpulkan, kalau Gubernur yang berasal dari PKS tersebut berusaha dengan ketat menerapkan sistem politik Islam dan membuang jauh-jauh konsep politik ashobiyyah (Paga kampung, Paga Nagari, Urang Kampung Dipatenggangkan) yang membudaya dan merusak tatanan yang ada. Nilai tes pemetaan potensi dan prestasi plus kinerja terhadap tugas yang diberikan kepadanya selama ini, betul-betul menjadi pertimbangan mutlak Gubernur Irwan Prayitno dalam mendudukan seseorang pada posisi jabatan tertentu.
Konsep tidak mau menzalimi seseorang juga dipakai Gubernur Irwan. Setelah dia dilantik, dia tidak serta merta mengganti pejabat yang ada dan menonjobkan mereka. "Sepanjang kinerjanya bagus dan tidak bermasalah, akan tetap saya pakai," ungkap Gubernur Irwan pada salah satu kesempatan ketika berdiskusi dengan penulis.
Alhasil, pejabat yang ada tak ada diganti, tetapi hanya dilakukan penyisipan untuk mengisi 'kursi kosong' karena pejabat lama pensiun atau dianggap bermasalah dan memiliki kinerja yang buruk. Paling banter, sang Gubernur hanya melakukan mutasi jabatan, tanpa mau menonjobkan seseorang.
Sikap ini bertolak belakang dengan kepala daerah yang ada di Sumetara Barat. Kebanyakan mereka, setelah dilantik mereka melakukan perombakan 'kabinet' besar-besaran dan doyan menonjobkan pejabat yang dianggap menjadi lawan politiknya. Politik balas dendam, agaknya itulah istilah yang mereka pakai. Orang-orang yang dianggap loyal dengan kepala daerah sebelumnya mereka ganti dan nonjobkan, tanpa mempertimbangkan kinerja seseorang. Parahnya, perombakan 'kabinet' itu dilakukan tak hanya sekali dalam setahun, bahkan lebih. Dan ini tentu saja akan dapat merusak tatanan yang ada.
Wallahu'alam bishawab.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua PK. KNPI Kuranji/Humas FKAN Pauh IX
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua PK. KNPI Kuranji/Humas FKAN Pauh IX
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »