Gaba Haryati Bertekad Perjuangkan Nasib Perempuan

BentengSumbar.com --- Selama ini kaum perempuan acap dipandang sebelah mata, apatah lagi di dunia politik. Patron yang terbentuk selama ini adalah politik adalah dunianya kaum lelaki.

Terbentuknya patron semacam itu tak terlepas dari norma adat dan agama yang dipahami secara keliru. Betapa tidak, norma adat dan agama seakan memposisikan kaum hawa sebagai ibu rumah tangga yang bergelut di dapur, sumur, kasur dan mengasuh anak semata di rumah.

Tak jarang aktivis perempuan bangkit melawan anggapan awam tersebut. Sebut saja misalnya penulis Timur Tengah Fathimah Mernisi, dalam bukunya yang terkenal itu dia berusaha menjelaskan posisi social kaum perempuan yang juga memiliki kewajiban sosial dan politik di luar rumah. Di Ranah Minang sendiri muncul nama Rohana Kudus, seorang penulis dan pejuang hak-hak kemerdekaan kaum perempuan, disamping nama Raden Ajeng Kartini yang membumi di Nusantara.

Dalam sejarah Islam, al Quran bercerita tentang pemimpin perempuan yang sangat demokratis dalam memimpin negerinya. Dia adalah Ratu Balqis, Raja Negeri Saba. Sosok Fathimah Az Zahra ra pun tak luput dari perhatian. Dialah putrid Rasulullah SAW yang terkenal itu. Semasa Abu Bakar ra menjadi Khalifah, dia dengan lantang menuntut haknya dan hak keluarga pasca meninggalnya Rasulullah SAW. Sosok Aisyah ra yang cerdas pun membuat dia terkenal sebagai Mahaguru tempat rujukan sahabat Rasulullah SAW dalam menuntut ilmu.

Bertolak dari itu semua, Gaba Haryati terjun ke dunia politik. Selama ini seabrek aktivitas sosial telah dia lakukan. Aktif di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di daerahnya.

“Selama ini saya berjuang untuk mendidik anak-anak pada usia dini, tapi nampaknya perjuangan itu juga harus dilakukan secara politik. Anggaran untuk pendidikan anak usia dini masih jauh dari harapan, saya bertekad memperjuangkannya di Gedung Bundar Sawahan,” ulasnya.

Menurut Gaba Haryati, keberadaan lembaga Pendidikan Usia Dini (PAUD) perlu mendapat perhatian besar. Pasalnya, pendidikan anak-anak pada usia belia itu sangat menentukan pendidikan pada masa selanjutnya. Salah dalam mendidik anak pada masa kecil, maka akan salah pula selanjutnya.

“Perjuangan terberat itu adalah mendidik anak pada usia dini. Dia masih kertas kosong yang kita cetak sesuai harapan orang tuanya. Di Negara-negara lain, justru pendidikan anak usia dini mendapat tempat lebih dan disuport anggaran yang memadai. Saya ingin Kota Padang menjadi icon pendidikan anak usia dini,” cakapnya. (BY)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »