Cinta Buat Onah

CINTA mengandung sejuta makna. Kata yang memiliki arti yang berbeda, tergantung penggunaannya. Kata cinta menuntut pengorbanan. Pun kata cinta menimbulkan kecemburuan.

Seorang lelaki yang mencintai perempuan, maka dia akan siap mengorbankan apa saja untuk membahagiakan perempuan yang dia cinta. Demikian juga sebaliknya, wanita yang mencintai seorang lelaki akan rela berkorban untuk mendapatkan lelaki itu. Bahkan, si wanita akan siap berpisah dengan sanak keluarganya dan pergi bersama lelaki yang dicintainya.

Dalam soal menyimpan rasa cinta, wanita lebih unggul dari lelaki. Wanita sanggup menyimpan rasa cintanya bertahun-tahun lamanya, menunggu waktu yang tepat untuk diungkapkan. Sebaliknya, seorang lelaki lebih mudah mengatakan cinta kepada seorang wanita, bahkan terkadang kata cinta yang diungkapkannya tanpa makna. Kata cinta yang dibarengi rayuan gombal pun acap pula membuat wanita terbuai, terbang penuh angan-angan. Makanya Mansur S melantunkan lagu 'Korban Rayuan Lelaki.'

Ada pengambaran menarik dari washy Rasulullah saw, Imam Ali Khalifatullah soal cara wanita menahan diri untuk mengungkapkan kata cinta, tapi tak sabar sedetik pun terhadap rasa benci. Dalam mengungkapkan rasa benci wanita acap meluap-luap, bahkan diluar kontrol nalar. Imam Ali Khalifatullah berkata, "Wanita sanggup menyimpan rasa cintanya hingga 40 tahun lamanya, namun tak akan sanggup menyembunyikan rasa kebencianya barang sekejappun."

Cinta juga memiliki makna kesetian. Biasanya pasangan yang saling mecintai akan mengharamkan perselingkuhan. Dia akan setia kepada pasangannya. Baginya, pasangan yang dia cintai adalah segala-galanya, dan pintu hatinya akan tertutup kepada yang lain.

"Kamu akan bersama orang yang kamu cintai," demikian disampaikan Rasulullah saw dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab hadis yang paling sahih setelah al Quran. Ini artinya, ketika kita menyatakan cinta kepada orang itu, kita harus siap total bersamanya, baik dalam suka maupun duka.

Cinta juga menuntut saling memahami karakter masing-masing. Sebab, ketika dua anak manusia yang saling mencintai tak memahami karakter pasangannya, maka akan cenderung tercipta konflik di antara mereka. Persoalan kecil akan dibesar-besarkan, dan cenderung berujung pada berakhirnya sebuah hubungan.

Cinta menuntut kita menerima pasangan kita apa adanya. Ketika Anda mencintai seorang pelacur, maka Anda harus siap menerima masa silamnya. Jangan Anda ungkit-ungkit lagi masa silamnya yang kelam. Saat Anda mengungkit itu semua, maka bersiap-siaplah Anda untuk melupakannya.

Ada seorang sahabat yang mencintai dan menikahi seorang pelacur, lantas mengadu kepada Rasulullah saw. Sebab, istrinya masih doyan dipegang lelaki lain, dan dia tak suka hal tersebut. Rasulullah saw memerintahkan sahabat tersebut untuk menceraikannya. Tetapi sahabat tersebut teramat cinta pada istrinya. Abu Dawud menukil dalam kitab hadisnya dan menceritakan kisah tersebut dengan gamblang. Hadis yang senada juga diriwayatkan Nasa'i.

Abu Daud berkata; Husain bin Huraits Al Marwazi menulis surat kepadaku; telah menceritakan kepada kami Al Fadhl bin Musa dari Al Husain bin Waqid dari 'Umarah bin Abu Hafsh dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata; seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; istriku tidak menolak tangan orang yang menyentuhnya. Beliau menjawab: Ceraikanlah dia! Dia berkata lagi; aku khawatir diriku sangat berhasrat kepadanya (sangat mencintainya). Beliau berkata: "Kalau begitu, bersenang-senanglah dengannya!" (HR Abu Dawud No. 1753)

Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Yazid, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dan yang lainnya dari Harun bin Riab dari Abdullah bin 'Ubaid bin 'Umair dan -dari jalur lain- 'Abdul Karim dari Abdulah bin 'Ubaid bin 'Umair dari Ibn Abbas yang dimarfu'kan Abdulkarim dan Harun tidak memarfu'kannya, mereka berdua berkata; telah datang seseorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; aku mempunyai seorang istri yang paling aku cintai, namun ia tidak menolak tangan orang yang menyentuhnya, beliau bersabda: " Ceraikan dia, " ia berkata; aku tidak bisa bersabar berpisah darinya, beliau bersabda: " Bersenang-senanglah dengannya, " Abu Abdurrahman berkata hadits ini tidak kokoh, dan Abdul Karim bukan orang yang kuat, adapun Harun bin Ritsab lebih kuat darinya, dan ia telah memursalkan hadits tersebut, Harun adalah orang yang tsiqah dan haditsnya lebih benar daripada hadits Abdul Karim. (HR Nasai No. 3177)

Ada cerita menarik dari seorang teman. Dia mengaku mencintai seorang pelacur dan pelacur itu juga mencintainya. Dia berusaha keras agar pelacur itu meninggalkan kehidupannya yang setiap hari bergelut dengan dunia malam. Tapi sayang, si wanita tetap ingin melakoni profesinya, walau hanya sekedar menjadi witers girls demi mendapatkan sedikit uang untuk menopang kehidupan mereka.

Si wanita yang terbiasa hidup dengan dunia malam, serba instan dan mudah mendapatkan uang dengan sedikit senyum dan 'pelayanan'. Sementara si lelaki hanya mampu memberi sedikit uang yang sangat jauh dari standar kehidupan di kota ini. Tapi cinta tetap memaksa mereka untuk tetap bersatu, walau acap bertengkar karena tidak adanya saling memahami.

Terkadang ketika seorang lelaki mengungkapkan perasaan didada kepada seorang wanita yang berprofesi sebagai pelacur, lingkungannya akan memvonias tak layak seorang pelacur menerima cinta dari seorang lelaki. Anggapan ini tak salah, karena norma adat dan agama membentuk pemikiran semacam itu.

Allah swt dalam al Quran nan suci berfirman, "Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin." (An Nuur: 3)

Terkait ayat ini, ada cerita menarik dari kisah para sahabat Rasulullah saw, sebagaimana diceritakan Ats Tirmidzi dalam kitab hadisnya yang terkenal itu, Sunan Tirmidzi, yang merupakan salah satu kitab hadis standar dalam khasanah pemikiran Islam.

Telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid telah menceritakan kepada kami Rauh bin Ubadah dari Ubaidullah bin Al Akhnas telah mengkhabarkan kepadaku Amru bin Syua'ib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Seseorang bernama Murtsad bin Abu Murtsad, ia adalah seseorang yang pernah menggendong seorang tawanan dari Makkah hingga ke Madinah. Ketika itu ia mempunyai teman seorang pelacur di Makkah bernama Anaq. Martsad kemudian meminta seseorang diantara tawanan Makkah untuk menggendongnya. Ia berkata: Aku pun datang hingga sampai ke naungan salah satu kebun Makkah di malam purnama. Anaq datang lalu melihat gelapnya naungan di tepi kebun. Saat ia tiba di hadapanku, ia mengenaliku, ia bertanya: Martsadkah ini? Aku menjawab: Iya, aku Martsad. Anaq berkata: Selamat datang, mari menginap ditempat kami malam ini. ia berkata: Aku berkata: Hai Anaq, sekarang Allah telah mengharamkan zina. Anaq kontan berteriak: "Wahai pemilik tenda, orang  inilah yang membawa tawanan-tawanan kalian. Ia berkata: Delapan orang menguntitku, aku menempuh kawasan Khandamah hingga sampai ke salah satu gua. Aku masuk lalu mereka tiba hingga berdiri di atas kepalaku. Mereka kencing, kencing mereka mengenaiku dan mereka dibutakan Allah hingga tidak bisa melihatku. Setelah itu mereka kembali dan aku pun kembali ke temanku, aku menggendongnya, kebetulan ia adalah orang yang berat, aku menggendongnya hingga sampai rumput idzkhir, aku melepas tali pengikatnya yang kebetulan tali tersebut besar. Kemudian aku mengendongnya dan ia cukup menjadikanku kelelahan, hingga akhirnya aku tiba di Madinah. Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam, aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau saya menikahi si 'Anaq? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam diam tidak menjawab apa pun hingga turunlah ayat: "Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin." (An Nuur: 3) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Wahai Martsad, wanita pezina hanya menikahi wanita pezina dan pezina wanita hanya menikahi lelaki pezina atau lelaki musyrik, jangan nikahi dia." Abu Isa berkata: Hadits ini hasan gharib, kami hanya mengetahui hadits ini melalui sanad ini. (HR Tirmidzi No. 3101)

Tapi terkadang, saat rasa cinta telah melanda seorang pria, dia tak akan lagi memperdulikan latar belakang seorang wanita, apakah dia wanita baik-baik yang sering merenung di mesjid. Atau dia wanita murahan yang setiap malam menjual diri demi mendapatkan segepok duit dan sesuap nasi. Akal sehatnya yang selama ini manut pada norma, tertutup rasa cinta tadi. Tanpa berfikir panjang jauh ke depan, dia akan mengejar wanita jalang yang dia cinta, dan terkadang mengorbankan berkarung-karung harta.

Seorang teman bercerita, dia jatuh cinta pada seorang biduan wanita yang memiliki suara merdu tiada duanya. Cinta itu bersambut, si wanita mengiyakan. Hubungan di antara mereka berjalan dengan mesranya. Cinta tulus dibarengi kemesraan membuai teman itu. Yang ada rasa bahagia, seakan dunia dalam genggamannya.

Tapi apa yang dia dapat, cintanya ditikung temannya sendiri. Si wanita itu dilamar oleh temannya itu untuk dijadikan istri muda. Dan biduan wanita yang tak sabar menanti kata pasti dari teman itu, akhirnya menerima lamaran temannya.

Sontak, rasa cinta berobah menjadi jengkel, kesal, marah, karena dikhianati. Sekarung harta yang dipersiapkan untuk biduan itu, akhirnya dia bawa foya-foya ke seantero Nusantara.  Kisah ini tepat sekali penggambarannya oleh penyanyi dangdut Meggy Z dalam hits 'Cinta Hitam.' Penulis masih ingat lirik lagu yang mengambarkan itu semua, "Kini ku sadari cinta mu pada ku. Hartalah semata yang engkau cari. Cinta dan ketulusan tiada kau miliki."

Cinta tulus teman itu dapat dilihat dari pengorbanan yang dia lakukan. Walau dikhianati si biduan wanita, dia tetap memiliki rasa tanggungjawab yang besar membesarkan dan menyekolahkan anak-anak si biduan wanita sampai menamatkan bangku kuliah. Itualah cinta, menuntut pengorbanan, walau cinta dikhianati, tapi rasa kasih sayang tak padam, tapi hanya dialiahkan ke anak-anak si biduan wanita.

Imam Ali Kwh berkata; "Ketika aku memohon kepada Allah kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat. Ketika aku memohon kepada Allah kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk dipecahkan. Ketika aku memohon kepada Allah kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk berpikir. Ketika aku aku memohon kepada Allah keberanian, Allah memberiku situasi bahaya untuk kuatasi. Ketika aku memohon kepada Allah sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang yang bermasalah untuk kutolong. Ketika aku memohon kepada Allah bantuan, Allah memberiku kesempatan. Aku tak selalu memperoleh semua yang kuminta. Tapi aku selalu menerima segala yang aku butuhkan. Doaku terjawab sudah!"

Wallahu'alam bishawab.

Ditulis Oleh

Zamri Yahya, SHI
Sekretaris Komunitas Insan Pers Sumatera Barat (KIP-SB)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »